Keterkaitan Ekonomi Antarsektor Transportasi Regional

Dilihat bedasarkan wilayah, Sektor Kunci di Sumatera adalah sektor Industri dan Perdagangan, di Jawa-Bali sektor Industri 3, Bangunan 5 dan Perdagangan 6, di Kalimantan sektor Industri, Sulawesi sektor Industri dan Bangunan serta di ROI hanya di sektor Industri. Gambar 31. Sektor Kunci IRIO Indonesia Tahun 2000 Berdasarkan Tabel IRIO Tahun 2005, terlihat bahwa sektor Industri 3 dan Bangunan 5 masih merupakan sektor kunci di Indonesia, sedangkan sektor Perdagangan 6 mengalami penurunan nilai Backward linkages. Bila diperhatikan bedasarkan wilayah, maka sektor kunci di Sumatera masih dominan oleh sektor Industri, sedangkan sektor Perdagangan bukan lagi merupakan sektor kunci. Di wilayah Jawa- Bali, hanya sektor Industri 3 yang masih tetap sebagai sector kunci, sedangkan sektor Bangunan 5, Perdagangan 6 sudah tidak merupakan sektor kunci lagi. Untuk wilayah Kalimantan yang masih merupakan sektor kunci adalah sektor Industri, demikian juga di ROI, sedangkan di Sulawesi adalah sektor Industri dan Bangunan. Gambar 32. Sektor Kunci IRIO Indonesia Tahun 2005 Tabel 20. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang, berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia tahun 2000 No Wilayah Sektor Forward Linkage Wilayah Sektor Backward Linkage 1 Jawa-Bali Industri 2.6202 Sulawesi Industri 1.3812 2 Kalimantan Pertambangan 2.2563 Jawa-Bali Transportasi Udara 1.3730 3 ROI Pertanian 1.6705 ROI Industri 1.2882 4 Jawa-Bali Perdagangan 1.6632 Sumatera Industri 1.2880 5 Sumatera Industri 1.6381 Kalimantan Industri 1.2499 6 Sulawesi Industri 1.5740 Sumatera Bangunan 1.2449 7 Jawa-Bali Jasa-jasa lainnya 1.5074 Kalimantan Bangunan 1.2231 8 Sumatera Pertambangan 1.4815 Sumatera Listrik, Gas dan Air Minum 1.2222 9 Kalimantan Industri 1.3300 Kalimantan Listrik, Gas dan Air Minum 1.2147 10 Sumatera Perdagangan 1.3222 ROI Listrik, Gas dan Air Minum 1.2082 Tabel 20, memperlihatkan daftar 10 sektor dengan angka pengganda keterkaitan ke depan tertinggi di Indonesia. Pengganda keterkaitan ke depan sebuah sektor didefinisikan sebagai seberapa banyak total produksi akan meningkat jika terjadi peningkatan satu unit produksi di sektor tersebut. Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa peningkatan satu unit produksi di sektor sektor Industri, Pertambangan, Pertanian, Perdagangan Hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa lainnya tertinggi pada total produksi Indonesia. Peningkatan produksi sektor Industri sebanyak satu unit di Jawa-Bali akan meningkatkan total produksi Indonsesia dengan faktor sekitar 2.62 kali. Sementara itu, peningkatan satu unit produksi pada sektor Pertambangan di Kalimantan, Pertanian di ROI, Perdagangan, Hotel dan restoran di Jawa-Bali akan meningkatkan total produksi Indonesia dengan faktor pengali 2.25; 1.67 dan 1.66. Tabel di atas juga memperlihatkan daftar dari 10 sektor dengan angka pengganda keterkaitan ke belakang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia Tahun 2000, pengganda keterkaitan ke belakang dari sebuah sektor tertentu didefinisikan sebagai seberapa banyak total produksi akan meningkat jika terjadi peningkatan satu unit permintaan di sektor tersebut. Dari tabel 20, dapat dilihat bahwa peningkatan satu unit permintaan Industri, Transportasi Udara, Bangunan dan Listrik, Gas dan Airminum mendorong terjadinya peningkatan total produksi tertinggi di Indonesia. Bila dilihat per region, Sulawesi merupakan wilayah yang mempunyai backward linkage terbesar, yakni 1.3812. Artinya bila terjadi peningkatan sektor industri di Sulawesi, maka akan meningkatkan total produksi di sektor lain sebesar 1.3812 kali. Tabel 21. Sepuluh Sektor dengan Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang, berdasarkan Tabel Interregional Input-Output Indonesia Tahun 2005. No Wilayah Sektor Forward Linkage Wilayah Sektor Backward Linkage 1 Jawa-Bali Industri 6.6078 Jawa-Bali Transportasi Udara 1.4321 2 Sumatera Industri 2.6172 Sumatera Transportasi Udara 1.3833 3 Kalimantan Industri 1.8823 Kalimantan Transportasi Udara 1.3329 4 Jawa-Bali Perdagangan 1.8674 Kalimantan Transportasi Laut 1.3098 5 Kalimantan Pertambangan 1.5135 Sulawesi Bangunan 1.2975 6 ROU Pertanian 1.3789 ROI Transportasi Udara 1.2921 7 Jawa-Bali Jasa-jasa lainnya 1.3255 Sumatera Transportasi Laut 1.2532 8 Sumatera Pertanian 1.3172 RoI Listrik, Gas dan Air Minum 1.2450 9 Jawa-Bali Pertanian 1.2197 Sumatera Listrik, Gas dan Air Minum 1.2383 10 Sumatera Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.2038 Kalimantan Listrik, Gas dan Air Minum 1.2302 Kondisi forward pada Tahun 2005 sektor Industri di Jawa-Bali masih yang terbesar nilainya, sedangkan untuk backward linkage terjadi pergeseran dari sektor Industri di Sulawesi menjadi sektor Transportasi udara di wilayah Jawa- Bali. Kondisi sepuluh besar keterkaitan ke belakang di dominasi oleh sektor transportasi, terutama sektor Transportasi Udara dan Transportasi Laut. Bila dilihat khusus pada sektor transportasi, terjadi peningkatan keterkaitan ke belakang dari tahun 2000 ke 2005. Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan peranan sektor transportasi dalam meningkatkan output perkonomian. Tabel 22. Pengganda Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Sektor Transportasi berdasarkan Wilayah Tahun 2000 dan 2005 . Wilayah Sektor Tahun 2000 Tahun 2005 Forward Linkage Backward Linkage Forward Linkage Backward Linkage Suma ter a Transportasi Darat 0.7591 1.0124 0.7612 1.1097 Transportasi Laut 0.7133 1.1889 0.6533 1.2532 Transportasi Udara 0.7122 1.2068 0.7320 1.3833 Ja w a- B al i Transportasi Darat 0.7105 1.0249 0.7646 1.0545 Transportasi Laut 0.6682 1.1400 0.6530 1.1807 Transportasi Udara 0.9012 1.3730 0.7560 1.4321 Ka li manta n Transportasi Darat 0.7671 1.0194 0.7067 1.0876 Transportasi Laut 0.8514 1.1870 0.7599 1.3098 Transportasi Udara 0.7057 1.1080 0.6640 1.3329 S ulaw esi Transportasi Darat 0.8010 0.9751 0.7277 1.0362 Transportasi Laut 0.7083 1.1681 0.6345 1.0915 Transportasi Udara 0.7243 1.1753 0.6632 1.2277 R OI Transportasi Darat 0.7861 0.9399 0.7330 1.0758 Transportasi Laut 0.7350 1.1696 0.6624 1.2180 Transportasi Udara 0.7013 1.1174 0.6645 1.2921

6.3. Peran Sektor Transportasi Terhadap Disparitas Ekonomi

Efek intradaerah intraregional effeck merupakan angka pengganda output yang terjadi pada daerah sendiri. Efek ini menunjukkan perubahan yang terjadi pada output sektor-sektor di daerah tertentu apabila terjadi perubahan dalam permintaan akhir dalam suatu sektor di daerah tersebut. Efek intradaerah diperoleh dengan menjumlahkan secara kolom untuk setiap sektor dari matriks diagonal transaksi antar daerah yang sama dalam matriks invers Leontief. Gambar 33. Efek Output Intrawilayah, IRIO 2000 Pada gambar 33 dan 34 akan terlihat sektor transportasi yang paling tinggi dalam meningkatkan output perekonomian daerahnya masing-masing sehingga bisa diketahui berapa nilai output yang dihasilkan jika ada peningkatan permintaan akhir di daerah tersebut. Di Pulau Jawa- Bali pada tahun 2000 sektor TransportasiUdara 9 mempunyai nilai intradaerah terbesar 2,1565 artinya jika terjadi peningkatan dalam permintaan akhir di sektor transportasi udara di Pulau Jawa-Bali sebesar 1 satu satuan, maka hal tersebut akan meningkatkan output total perekonomian Pulau Jawa-Bali sebesar 2,1565 satuan. Sektor transportasi udara juga merupakan merupakan sektor yang paling tinggi dalam meningkatkan output perekonomian di Pulau Sumatera yaitu sebesar 1,8421,Sulawesi sebesar 1,7664 sedangkan di Kalimantan dan Rest of Indonesia ROI sektor Transportasi Laut 8 yang merupakan pengganda intra wilayahnya tertinggi. Sedangkan pada tahun 2005 terjadi perubahan perubahan effek intra daerah terutama di wilayah Kalimantan dan ROI yang sebelumnya effect intradaerahnya terbesar pada sektor transportasi Laut berubah menjadi sektor transportasi udara.