A
L
= matrix koefisien teknik untuk wilayah L Sumatera A
R
= matrix koefisien teknik wilayah R Jawa-Bali A
S
= matrix koefisien teknik untuk wilayah S Kalimantan A
J
= matrix koefisien teknik untuk wilayah J Sulawesi A
Z
= matrix koefisien teknik untuk wilayah Z ROI L = Regional wialayah Sumatera
R = Regional wilayah Jawa-Bali
S = Regional wilayah Kalimantan J = Regional wialayah Sulawesi
Z = Regional wilayah ROI
4.7. Asumsi dan Keterbatasan Model Input Output
Walaupun model I-O mampu memberikan gambaran menyeluruh mengenai pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap total output, namun
secara metodologis model tersebut mempunyai beberapa keterbatasan. Hal ini antara lain disebabkan karena asumsi yang melandasi penggunaan model ini
yaitu: 1. Keseragaman
Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output yang seragam homogenity dari susunan input tunggal. Antara output suatu sektor dengan
output sektor lainnya tidak dapat saling mensubstitusi. 2. Kesebandingan
Kenaikan penggunaan input berbanding lurus dengan kenaikan output proportionality, yang berarti perubahan tingkat output tertentu akan selalu
didahului oleh perubahan pemakaian input yang sebanding. Dengan lain perkataan, setiap sektor hanya memiliki satu fungsi produksi di mana input
berhubungan secara fixed proportional. Asumsi ini menyampingkan pengaruh skala ekonomis, artinya makin banyak output yang dihasilkan, biaya produksi
per unit makin kecil sehingga penggunaan Input Antara semakin efisien. 3. Penjumlahan
Efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan additivity dari proses produksi masing-masing sektor secara terpisah. Ini
berarti seluruh pengaruh di luar sistem input-output diabaikan.
4.8. Konsep dan Definisi Variabel
1. Output Output ialah nilai produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan
memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu, tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya.
2. Input Antara Input Antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa
yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen Input Antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksi dalam
negeri dan impor. Barang tidak tahan lama adalah barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun.
Contoh Input Antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya.
3. Permintaan Akhir Permintaan Akhir adalah permintaan atas barang dan jasa baik yang berasal
dari produksi dalam negeri maupun impor untuk konsumsi akhir bukan untuk proses produksi. Permintaan Akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi
rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
4. Input Primer Input Primer atau Nilai Tambah Bruto adalah input atau biaya yang timbul
sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan
kewiraswastaan. Dalam praktek, nilai tambah yang dimaksud adalah merupakan selisih antara output dan Input Antara, yang terdiri dari: 1 upah
dan gaji, 2 surplus usaha, 3 penyusutan barang modal, dan 4 pajak tak langsung neto.
Penjelasan mengenai komponen input primer ini adalah sebagai berikut: a. Upah dan gaji
Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang ataupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi,
kecuali pekerja keluarga yang tidak dibayar, sebelum dipotong pajak penghasilan.
b. Surplus Usaha Surplus usaha merupakan selisih nilai tambah bruto dengan jumlah upah
dan gaji, penyusutan, pajak tidak langsung neto. Surplus usaha antara
lain mencakup keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya.
c. Penyusutan Penyusutan atau depresiasi mencakup penyusutan barang-barang modal
yang digunakan dalam proses produksi. Yang diartikan dengan penyusutan di sini adalah nilai penggantian penyisihan terhadap barang
sebesar turunnya nilai barang modal oleh karena digunakan dalam proses produksi.
d. Pajak Tak Langsung Neto Pajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan
subsidi. Pajak tak langsung mencakup antara lain pajak impor, pajak ekspor, bea
masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. e. Subsidi
Subsidi adalah bantuan pemerintah kepada produsen yang merupakan tambahan pendapatan bagi produsen, untuk mempertahankan harga pada
tingkat tertentu. Oleh karena itu subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negatif.
4.9. Pengukuran Disparitas dan Pengaruh