dari transportasi darat. Hal ini dikarenakan peran konsumsi rumah tangga sebagai komponen yang terbesar dari DFD yaitu 0.80 persen.
Demikian halnya dengan DFD transportasi udara sebesar 1.26 persen, dimana sebesar 0.91 persen diantaranya adalah kontribusi konsumsi rumah
tangga. Permintaan akan jasa transportasi sangat besar karena kondisi demografi ROI yang luas.
Wilayah ROI dipengaruhi langsung direct oleh wilayah Jawa-Bali sebesar 0.38 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.80 persen. Selanjutnya
adalah pengaruh wilayah Sumatera yaitu pengaruh langsung sebesar 0.15 persen dan pengaruh tidak langsung sebesar 0.32 persen. pengaruh wilayah lainnya dapat
dikatakan tidak terlalu besar. Pengaruh dari sektor transportasi dari wilayah Jawa- Bali lebih karena peranan wilayh jawa sebagai pusat pertumbuhan seperti
terutama adalah industri. Secara sektoral, rata rata DFD adalah sebesar 61.55 persen dari total
output transportasi. Substitusi impor merupakan bagian dari sumber pertumbuhan sektor transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan output sektor
transportasi yaitu rata rata sebesar 20.07 persen. Dampak ekspor hanya mencapai 7.38 persen. Disisi lain pengaruh teknologi memberikan dampak efisiensi
transportasi di wilayah ROI.
177
Tabel 31. Sumber Pertumbuhan Sektor Trasnportasi Terhadap Wilayah ROI
Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect Transportasi Darat
0,7962 0,1128
0,1943 0,1045
-0,0090 0,3103
0,0002 1,5094 -0,6029 0,2383 0,7866 0,1109 0,2389 0,1778 0,3549 0,0093 0,0205 0,0031 0,0072 2,8540
Transportasi laut 0,4415
0,1394 0,0897
0,0302 0,0003
0,0805 0,0247
0,8062 -0,3233 0,0935 0,2381 0,0244 0,0528 0,0839 0,1643 0,0030 0,0069 0,0015 0,0034 1,1548 Transportasi Udara
0,9144 0,0929
0,1572 0,0535
0,0037 0,0389
0,0007 1,2612 -0,0221 0,1160 0,2447 0,0150 0,0316 0,1170 0,2777 -0,0030 -0,0055 0,0011 0,0023 2,0359
Total 2,1521
0,1150 0,1471
0,0627 -0,0017
0,1432 0,0085
1,1923 -0,3161 0,1493 0,4232
0,0501 0,1078
0,1262 0,2657
0,0031 0,0073
0,0019 0,0043
2,0149 Sumatera
Jawa-Bali Kalimantan
Sulawesi Total
Investasi Swasta
Perubahan stok
Total DFD
TC EE
IS Sektor
Konsumsi Rumah
Tangga Konsumsi
Pemerintah Pusat
Konsumsi Pemerintah
Daerah Investasi
Pemerintah Pusat
Investasi Pemerintah
Daerah
Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 diolah Tabel 31. Lanjutan
Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect Direct Indirect Transportasi Darat
27,90 3,95
6,81 3,66
-0,32 10,87
0,01 52,89
-21,13 8,35
27,56 3,89
8,37 6,23
12,44 0,33
0,72 0,11
0,25 100,00
Transportasi laut 38,24
12,07 7,77
2,61 0,03
6,97 2,14
69,82 -28,00
8,09 20,62
2,11 4,58
7,26 14,23
0,26 0,59
0,13 0,29
100,00 Transportasi Udara
44,91 4,56
7,72 2,63
0,18 1,91
0,03 61,95
-1,09 5,70
12,02 0,74
1,55 5,75
13,64 -0,15
-0,27 0,05
0,11 100,00
Rata-rata 37,02
6,86 7,43
2,97 -0,03
6,58 0,73
61,55 -16,74
7,38 20,07
2,24 4,83
6,41 13,44
0,15 0,35
0,10 0,22
100,00 Jawa-Bali
Kalimantan Sulawesi
Total Perubahan
stok Total
DFD TC
EE IS
Sumatera Sektor
Konsumsi Rumah
Tangga Konsumsi
Pemerintah Pusat
Konsumsi Pemerintah
Daerah Investasi
Pemerintah Pusat
Investasi Pemerintah
Daerah Investasi
Swasta
Sumber: IRIO Tahun 2000-2005 diolah
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
Sebagai penutup dari disertasi ini, berikut disampaikan hasil temuan penelitian berupa kesimpulan dan saran yang mengacu pada permasalahan dan
tujuan penelitian yang dibahas pada bagian sebelumnya.
7.1. Kesimpulan
1. Penggunaan metoda extended decomposition structural analysis dapat mengidentifikasi sumber sumber pertumbuhan pada perubahan struktur
perekonomian wilayah di Indonesia. Sumber sumber pertumbuhan tersebut adalah Domestic Final Demand DFD, Ekspansi Eksport EE, Substitusi
Import IS, dan Coefficient Technology TC. Selain itu penggunaan metode tersebut memperlihatkan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari
satu wilayah terhadap wilayah lainnya. 2. Domestic Final Demand DFD merupakan sumber pertumbuhan yang paling
dominan dalam mempengaruhi perubahan struktur pada sektor transportasi pada suatu wilayah. Salah satu komponen dalam DFD yang mempunyai nilai
terbesar adalah konsumsi rumah tangga. DFD yang terbesar adalah di sektor transportasi darat di wilayah Jawa-Bali kemudian diikuti oleh Wilayah
Sulawesi, Sumatera, ROI dan Kalimantan. Besarnya DFD di Jawa-Bali tersebut tidak terlepas dari besarnya kontribusi konsumsi rumah tangga di
Jawa-Bali. Jumlah penduduk yang besar di Jawa-Bali mengindikasikan bahwa transportasi darat masih merupakan kebutuhan utama sektor
transportasi di wilayah ini.
3. DFD pada sektor transportasi laut yang terbesar adalah di wilayah Kalimantan, kemudian diikuti oleh Sulawesi, ROI, Jawa-Bali dan Sumatera.
DFD sektor transportasi udara yang terbesar adalah wilayah Sulawesi, diikuti Sumatera, ROI, Jawa-Bali dan Kalimantan. Permintaan pada tranportasi udara
di Sulawesi meningkat karena Sulawesi Selatan khususnya Makasar merupakan pintu masuk hub untuk wilayah Indonesia Timur
4. Ekspansi ekspor EE, merupakan sumber pertumbuhan yang terbesar dominan setelah DFD. Pada sektor transportasi darat, EE yang terbesar
adalah di wilayah Sumatera. Hal ini dapat terjadi karena ekspor dari wilayah Sumatera pada umumnya adalah produksi sumber daya alam seperti
pertambangan dan kehutanan. Demikian juga di wilayah Kalimantan, permintaan sektor transportasi laut sangat besar dalam ekspansi ekspor.
Import substitusi, pada umumnya terjadi peningkatan pada semua wilayah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian produk yang selama ini di impor
sudah dapat digantikan dengan produksi dari dalam wilayah itu sendiri. Terkait dengan perubahan teknologi TC, dapat diindikasikan bahwa di
wilayah ROI, terjadi penurunan proporsi input terhadap total demand pada sektor transportasi sebagai akibat adanya perubahan teknologi.
5. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa sektor transportasi di wilayah
Jawa-Bali masih dominan terhadap wilayah lainnya di Indonesia baik dampak langsung maupun tidak langsung. Wilayah Jawa-Bali juga memberikan
dampak limpahan spillover effect maupun dampak balik feedback effect yang terbesar terhadap wilayah wilayah lainnya. Terjadi sedikit perubahan
dimana pada tahun 2000 dimana dampak balik yang terbesar dari sektor transportasi di Jawa-Bali, adalah ke wilayah Kalimantan, namun pada tahun
2005, untuk sektor transportasi darat dan laut, dampak balik yang terbesar adalah ke wilayah Sumatera dan untuk transportasi udara dampak balik
terbesar masih ke wilayah Kalimantan. Dari keterkaitan ini maka wilayah Jawa_Bali masih dominan pengaruhnya terhadap wilayah lainnya dan masih
terjadinya dampak backwash yang besar dari wilayah Jawa-Bali tersebut. 6. Kondisi sektor transportasi secara umum mempunyai keterkaitan kebelakang
backward linkage yang lebih besar dari satu satuan unit. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan output sektor transportasi akan
meningkatkan permintaan input sektor transportasi itu sendiri. Input sektor transportasi akan menyebabkan permintaan output sektor lainnya, yang
berarti bahwa harus ada peningkatan input sektor lain tersebut. Peningkatan output sektor lain tersebut pada gilirannya akan meningkatkan permintaan
input sektor transportasi sendiri. Dengan demikian akan terjadi keterkaitan antara sektor transportasi dengan sektor lainnya baik dalam satu wilayah
maupun dengan wilayah lainnya. 7. Sektor transportasi juga berperan terhadap terjadinya disparitas di setiap
wilayah. Hal ini dapat ditunjukkan melalui penurunan koefisien variasi di setiap sektor transportasi. Transportasi darat berperan terhadap penurunan
disparitas di wilayah Kalimantan, sedangkan transportasi laut berperan terhadap berkurangnya disparitas di wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan.
Transportasi udara berperan terhadap berkurangnya disparitas di Jawa-Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Sedangkan untuk wilayah ROI, masih terjadinya