lain mencakup keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya.
c. Penyusutan Penyusutan atau depresiasi mencakup penyusutan barang-barang modal
yang digunakan dalam proses produksi. Yang diartikan dengan penyusutan di sini adalah nilai penggantian penyisihan terhadap barang
sebesar turunnya nilai barang modal oleh karena digunakan dalam proses produksi.
d. Pajak Tak Langsung Neto Pajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan
subsidi. Pajak tak langsung mencakup antara lain pajak impor, pajak ekspor, bea
masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. e. Subsidi
Subsidi adalah bantuan pemerintah kepada produsen yang merupakan tambahan pendapatan bagi produsen, untuk mempertahankan harga pada
tingkat tertentu. Oleh karena itu subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negatif.
4.9. Pengukuran Disparitas dan Pengaruh
Pengukuran disparitas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Pengukuran disparitas adalah menunjukkan tingkat persebaran dari rata-
rata. Disparitas tinggi menunjukkan nilai dalam kelompok tersebut lebih bervariasi.
Metode berikut ini digunakan untuk mengukur disparitas, yaitu:
a. Indeks Williamson
. .
2
Y n
f Y
Y IW
i i
Keterangan: IW = indeks Williamson, nilai = 0 menunjukkan tidak ada disparitas.
Y = variabel dimaksudkan fin = penimbang
Nilai indeks Williamson = 0 menunjukkan tidak adanya disparitas pada variabel dimaksud. Sebaliknya bila Indeks Williamson semakin besar,
menunjukkan tingkat disparitas yang semakin meningkat.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, disparitas yang akan diteliti adalah disparitas multiplier ekonomi dan pendapatan per kapita. Untuk keperluan
tersebut digunakan angka penimbang nilai PDB pulau serta pendapatan per kapita atau PDRB per kapita menurut pulau.
b. Koefisien Variasi KV Pengukuran berikutnya untuk disparitas adalah koefisien variasi. Untuk
menyusunnya diperlukan informasi mengenai simpangan baku S dan rerata data X. Nilai KV semakin kecil menunjukkan disparitas yang semakin kecil
juga.
100 x
s KV
Keterangan: KV = Koefisien variasi, nilai = 0 menunjukkan tidak ada disparitas.
s = simpangan baku variabel dimaksud x = rerata nilai variabel X
Selanjutnya untuk menghitung besaran disparitas dalam penelitian ini,
digunakan Koefisien Variasi seperti no. b.
V. Kondisi Perekonomian Regional Indonesia
5.1 Gambaran Umum Perekonomian Regional
Pada bagian ini, sebagian besar analisis yang dilakukan berdasarkan pada data tabel Interregional Input-Output Indonesia tahun 2000 dan 2005. Dari data-
data tersebut, beberapa fakta mengenai struktur perekonomian Indonesia dalam dua periode tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 4, memperlihatkan bahwa pada tahun 2000, distribusi output regional Jawa-Bali mencapai 63.96 persen dari total output Indonesia, kemudian
diikuti oleh region Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan ROI Rest of Indonesia. Demikian juga pada tahun 2005, tidak ada pergeseran yang berarti dari kontribusi
output regional, kecuali di wilayah Sumatera di mana terjadi peningkatan sekitar satu persen dan di Jawa-Bali terjadi penurunan sekitar satu persen.
Tabel 4. Total Distribusi Output Regional Tahun 2000 dan Tahun 2005
Wilayah Tahun 2000
Tahun 2005 Juta Rupiah
Juta Rupiah Sumatera
531 423 247 19.66
1 060 328 181 20.87
Jawa Bali 1 728 713 034
63.96 3 205 696 299
63.09 Kalimantan
237 723 689 8.80
448 244 705 8.82
Sulawesi 114 298 977
4.23 202 303 562
3.98 ROI
90 722 514 3.36
164 714 033 3.24
Total Output 2 702 881 460
100.00 5 081 286 780
100.00
Sumber: IRIO tahun 2000 dan tahun 2005diolah Tabel 5 menunjukkan sektor dengan nilai output tertinggi regional pada
tahun 2000 dan 2005. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa sektor industri dan pertambangan merupakan sektor dengan nilai output tertinggi di masing-masing
wilayah. Pada tahun 2000, sektor industri di Jawa-Bali berkontribusi sekitar 26.55