Lembaga dan Saluran Tataniaga

26 Grading adalah klasifikasi atau menggolongkan produk hasil pertanian berdasarkan suatu standarisasi kualitas tertentu dan pemilahan dari produk- produk yang kategorinya tidak seragam menjadi seragam. Menurut Downey dan Erickson 1992, penggolongan mutu produk pertanian ke dalam kelas atau golongan standar sangat mempermudah proses usaha pembelian dan penjualan serta membantu sistem pemasaran bekerja lebih efisien. - Informasi pasar Fungsi informasi pasar meliputi kegiatan pengumpulan informasi pasar serta menafsirkan data informasi tersebut. Informasi mengenai pasar erat kaitannya dengan keputusan yang akan diambil oleh pelaku tataniaga. Misalnya terkait dengan perubahan harga di pasar, bagaimana pendistribusian serta penanganan produk di mata konsumen. - Penanggulangan risiko Dalam pemasaran suatu produk khususnya produk pertanian, kemungkinan dalam menghadapi risiko pada kegiatan bisnis ini cukup besar. Risiko yang terjadi di dalam proses pemasaran dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu risiko fisik dan risiko ekonomi atau risiko penurunan harga Limbong dan Sitorus 1985. Risiko-risiko tersebut diantaranya risiko kerusakan produk karena produk pertanian bersifat bulky,voluminous dan perishable; risiko fluktuasi harga khususnya bagi komoditi yang bersifat musiman. Pengalihan risiko dapat dilakukan melalui kontrak pembelian dan penjualan serta melalui mekanisme hedging pada future market.

3.1.3. Lembaga dan Saluran Tataniaga

Lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga sehingga barangproduk bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Istilah lembaga tataniaga ini termasuk produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa Hanafiah dan Saeffudin, 2002. Keberadaan lembaga – lembaga tataniaga dimulai ketika produk dihasilkan oleh produsen primer hingga suatu produk siap dikonsumsi oleh konsumen. Lembaga tataniaga menunjukkan keberagaman pada organisasi bisnis yang memiliki peranan dalam pengembangan sistem tataniaga atau pemasaran 27 Kohls dan Uhl 2002. Sementara itu Limbong dan Sitorus 1985 menyatakan lembaga tataniaga adalah suatu badan yang menyelenggarakan kegiatan tataniaga atau pemasaran, dan mengelempokkan lembaga tataniagapemasaran menurut fungsinya serta menurut penguasaan terhadap barang. Limbong dan Sitorus 1985 menyebutkan pengelompokkan lembaga tataniaga berdasarkan fungsi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi : 1 Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga – lembaga yang menjalankan fungsi fisik, misalnya badan pengangkuttransportasi. 2 Lembaga perantara tataniaga adalah suatu lembaga khusus yang melakukan fungsi pertukaran. 3 Lembaga fasilitas tataniaga yaitu lembaga yang menjalankan fungsi fasilitas seperti Bank, Lembaga Perkreditan Desa, KUD. Selain itu Limbong dan Sitorus 1985 juga mengelompokkan lembaga tataniaga menurut penguasaan terhadap barang, yang terdiri dari : 1 Lembaga tataniaga yang tidak memiliki tetapi menguasai barang, misalnya agen, perantara dan broker. Badan – badan ini menjalankan fungsinya untuk mempertemukan atau menyampaikan produk dari produsen ke konsumen. Penguasaan terhadap barang dimaksudkan bahwa perantara tidak berhak atas barang namun ia boleh menyimpan, mengadakan sortasi serta melakukan pengepakan kembali. Sementara Kohls dan Uhl 2002 menyampaikan definisi terkait pengelompokkan lembaga tataniaga yang serupa dengan klasifikasi ini sebagai pengertian dari agent middlemen yaitu lembaga yang termasuk sebagai perantara dalam aktivitas tataniaga. Kelompok agen perantara melaksanankan fungsi tataniaga tertentu dengan menerima komisi sebagai balas jasa. Agen perantara adalah pelaku yang umumnya hanya mewakili lembaga tataniaga lain. Agen perantara tidak memiliki hak untuk memiliki barang yang diperdagangkan Kohls dan Uhl 2002. Agen perantara biasanya dikelompokkan menjadi dua yaitu commission dan brokers Kohls dan Uhl 2002; Asmarantaka 2009. Broker merupakan perantara yang dalam pelaksanaan fungsi tataniaga tidak melakukan penanganan fisik tertentu terhadap produk yang diterima. Sedangkan commission merupakan perantara 28 yang melakukan aktivitas penanganan fisik terhadap produk yang diterima dan memperoleh pendapatan berupa komisi. 2 Lembaga tataniaga yang memiliki dan menguasai barang, seperti pedagang pengumpul, pedagang pengecer, grosir, eksportirimportir. Badan yang tergolong pada kelompok ini menjalankan fungsinya untuk memiliki dan menguasai barang dengan cara membeli barang tersebut terlebih dahulu sebelum dijual kembali. Badan ini akan menanggung risiko ekonomi maupun teknis. 3 Lembaga tataniaga yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang, yaitu badan yang menjalankan fungsi sebagai fasilitas pengangkutan, pergudangan, asuransi dan lain – lain. Produsen merupakan pihak yang berperan sebagai penyedia produk baik produk sebagai bahan konsumsi ataupun produk yang digunakan sebagai bahan baku bagi industri terkait. Kemudian terdapat pedagang perantara yang fungsinya menyalurkan produk dari produsen ke konsumen apabila terdapat jarak dan ketiadaan akses bagi produsen untuk menyalurkan produknya secara langsung kepada konsumen. Para pelaku dalam sistem tataniaga yang dapat digolongkan sebagai pedagang perantara adalah pedagang pengumpul assembler, pedagang eceran retailer dan pedagang grosir wholesalers Kohls dan Uhl 2002; Asmarantaka 2009. Pedagang grosir adalah pedagang yang menjual produknya kepada pedagang eceran dan pedagang antara lainnya. Pedagang grosir memiliki volume usaha yang relatif lebih besar daripada pedagang eceran. Pedagang eceran adalah pedagang yang menjual produknya langsung untuk konsumen akhir. Sementara itu, ada juga yang disebut sebagai spekulator. Spekulator adalah pedagang perantara yang membelimenjual suatu produk dan memanfaatkan serta mencari keuntungan dari adanya pergerakan harga pada komoditiproduk tersebut. Lembaga lain yang berperan dalam aktivitas tataniaga adalah pengolah dan pabrikan. Kelompok ini berfungsi dalam merubah suatu produk yang merupakan bahan baku sehingga menjadi bahan setengah jadi atau produk akhir yang siap untuk dikonsumsi. Organisasi juga bisa menjadi lembagapelaku dalam tataniaga, misalnya pemerintah yang dalam hal ini berupaya menciptakan kebijakan serta peraturan yang terkait dengan aktivitas 29 tataniaga dan perdagangan. Selain itu keterlibatan asosiasi eksportir dan importir juga dapat dikategorikan sebagai lembaga tataniaga. Penyaluran produk dari produsen hingga ke tangan konsumen yang telah melibatkan berbagai lembaga tataniaga akan membentuk suatu saluran tataniaga marketing channel. Saluran pemasaran dapat didefinisikan sebagai himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil alih hak atau membantu dalam pengalihan hak atas barang atau jasa tertentu sehingga berpindah dari produsen ke konsumen Limbong dan Sitorus 1985. Menurut Downey dan Erickson 1992 saluran pemasaran adalah jejak penyaluran barang dari produsen ke konsumen akhir. Panjang pendeknya saluran tataniaga yang dilalui tergantung pada beberapa faktor Hanafiah dan Saefuddin 2002 diantaranya adalah : 1 Jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh suatu produk. 2 Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen, dan oleh karena itu diperlukan saluran yang pendek dan cepat. 3 Skala produksi. Bila produksi berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, dan dinilai tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Pada kondisi ini kehadiran pedagang perantara diharapkan sehingga saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang. 4 Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung akan memperpendek saluran tataniaga. Produsen yang posisi keuangan kuat akan dapat melakukan fungsi tataniaga lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan kata lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek saluran tataniaga.

3.1.4. Struktur Pasar