82 Selain fungsi pengangkutan, fungsi fisik lainnya yang dilakukan oleh
pihak eksportir di wilayah Bali adalah fungsi penyimpanan. Selanjutnya barang dibawa ke gudang penyimpanan milik UD. Rahmat Bahari, kemudian pada waktu
yang telah ditentukan untuk pengiriman, rumput laut dibawa ke pelabuhan. Prosedur pengiriman ke negara tujuan ekspor dibagi menjadi dua, untuk negara
China dan Filipina digunakan sistem C and F sementara itu untuk tujuan Amerika Serikat digunakan sistem FOB. Sistem C and F mengharuskan pihak eksportir
untuk menanggung biaya pengangkutan dan biaya dokumen pengiriman, sementara itu pada sistem FOB pihak eksportir hanya menanggung biaya
dokumen saja. Fungsi fasilitas lain yang dilakukan oleh eksportir adalah fungsi
penanggungan risiko. Fungsi penanggungan risiko yang dihadapi oleh eksportir adalah terkait fluktuasi harga rumput laut yang disesuaikan dengan tingkat
permintaan dunia serta fluktuasi terhadap nilai tukar mata uang. Selain itu, persyaratan mutu rumput laut yang diterima dari petani ataupun pedagang
pengumpul yang tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini menyebabkan eksportir perlu melakukan penyortiran kembali terhadap rumput laut kering yang diterima.
Fungsi fasilitas lain yang dilakukan oleh eksportir adalah fungsi informasi pasar yaitu terkait informasi pasar dan pelaksanaan kontrak yang dilakukan oleh
eksportir di wilayah Bali dengan pihak importir yang mengalami perubahan setiap tiga bulan sekali. Sementara itu, pihak eksportir Surabaya tidak melakukan sistem
kontrak dalam kegiatan ekspor yang dilakukan.
6.4. Analisis Struktur Pasar
Analisis terhadap struktur pasar rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dapat dilihat melalui beberapa faktor penentu. Hal - hal yang dijadikan sebagai
landasan dalam melakukan analisis terhadap struktur pasar adalah jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, sifat dari produk rumput laut yang diperjualbelikan,
hambatan keluar masuk pasar, dan informasi pasar yang terjadi.
6.4.1. Jumlah Pembeli dan Penjual dalam Tataniaga Rumput Laut
Aktivitas tataniaga rumput laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa terdiri dari beberapa lembaga tataniaga yang membentuk pola – pola saluran tataniaga.
83 Rumput laut yang dibudidayakan di wilayah ini merupakan produk dengan tujuan
pasar ekspor. Saluran tataniaga yang terbentuk menunjukkan aliran tataniaga rumput laut dari tingkat petani hingga tingkat eksportir. Lembaga yang terlibat
dalam aktivitas tataniaga ini dimulai dari tingkat petani yang mengelola kegiatan pemasaran rumput laut secara berkelompok dan individu.
Perbedaan pengelolaan aktivitas tataniaga di tingkat petani mengakibatkan adanya perbedaan bargaining position para petani rumput laut. Petani yang
tergabung dalam kelompok tani pada umumnya mampu menjual hasil panen rumput laut kepada lembaga tataniaga yang memiliki tingkatan lebih tinggi seperti
agen perantara ataupun eksportir. Para petani tersebut juga mampu memperoleh harga yang lebih baik dibandingkan para petani yang mengelola penjualan rumput
laut secara individu. Para pembeli yang memperoleh rumput laut dari kelompok tani bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi karena adanya jaminan
mutu dari produk rumput laut kering yang ditawarkan. Antara pihak kelompok tani dan pembeli sebelumnya melakukan tawar menawar dalam penetapan harga.
Pembeli dengan penawaran harga tertinggi yang akan memperoleh hasil rumput laut kering dari kelompok petani yang berada di kawasan Pantai Kutuh.
Para petani yang mengelola aktivitas tataniaga rumput laut secara individu pada umumnya ketergantungan dengan keberadaan pedagang pengumpul. Kondisi
di lokasi penelitian sesuai dengan Asnawi dan Sastrawidjaja 2007 yang menyatakan bahwa pada komoditi rumput laut, petani tidak dapat menjual
produknya langsung ke industri tetapi harus melalui jalur pedagang pengumpul. Jumlah petani rumput laut di wilayah Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa,
Kecamatan Kuta Selatan relatif lebih banyak daripada jumlah pedagang pengumpul.
Penelitian ini terdiri dari dua orang responden dari pihak pedagang pengumpul rumput laut. Hubungan petani dengan pedagang pengumpul umumnya
sudah bersifat langganan. Jual beli antara petani dan pedagang pengumpul tidak terikat pada suatu kontrak khusus. Para petani rumput laut bebas menjual hasil
panen rumput laut kering kepada pedagang pengumpul manapun. Namun, karena keterikatan dalam bantuan modal yang diberikan oleh pedagang pengumpul
84 menjadikan petani akan menjual kepada pedagang pengumpul yang sama untuk
setiap periode penjualan. Antar pedagang pengumpul rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan
umumnya dapat dikatakan bahwa tidak terdapat persaingan. Masing – masing pedagang pengumpul umumnya telah memiliki petani langganan yang rutin
menyerahkan hasil panen rumput laut sehingga antar pedagang pengumpul tidak harus saling bersaing untuk memperoleh pasokan rumput laut. Penentuan harga
jual di tingkat petani biasanya dilakukan oleh pedagang pengumpul. Penetapan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul umumnya disesuaikan dengan
harga yang ditetapkan oleh eksportir. Pedagang pengumpul rumput laut yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya menjual kepada satu pihak
eksportir yang sama. Pada tingkat eksportir pada umumnya memiliki jumlah permintaan yang cukup tinggi dengan persyaratan standar mutu dari rumput laut
kering yang akan diperjualbelikan.
6.4.2. Jenis dan Sifat Rumput Laut