Karakteristik Petani Responden Tataniaga rumput laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali

51 tanaman rumput laut memiliki kontribusi dalam perekonomian warga desa, hal ini ditunjukkan melalui nilai produksi rumput laut di Desa Kutuh pada Tahun 2010 yang mencapai Rp 15.925.170.000 dengan luas lahan sebesar 70 ha.

5.1.3. Keadaan Umum Kelurahan Benoa

Kelurahan Benoa merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Kuta Selatan dengan ketinggian 50 – 500 m di atas permukaan laut. Batas – batas wilayah Kelurahan Benoa terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan Keluarahan Tanjung Benoa yang masih termasuk dalam regional Kecamatan Kuta Selatan, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Ungasan dan Kelurahan Jimbaran yang masih termasuk dalam regional Kecamatan Kuta Selatan dan sebelah timur berbatasan langsung dengan Selat Lombok. Kelurahan Benoa secara administrasi memiliki luas wilayah sebesar 2.828 ha dengan kondisi bentang alam terdiri dari dataran seluas 1.207,6 ha dan perbukitan seluas 1.620,4 ha. Keadaan suhu rata – rata minimal 23,5 - 25˚C dan maksimum 29,5 – 32 ˚C. Jumlah penduduk di wilayah Desa Kutuh adalah 21.340 orang. Aktivitas mata pencaharian warga Kelurahan Benoa di sektor agribisnis terdiri dari aktivitas di bidang peternakan dan perikanankelautan. Penduduk yang berprofesi sebagai peternak berjumlah 785 orang sedangkan yang berprofesi sebagai nelayan termasuk petani rumput laut berjumlah 151 orang.

5.2. Karakteristik Petani Responden

Petani rumput laut yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang. Para petani responden berasal dari dua desakelurahan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, yaitu Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa yang merupakan sentra pembudidayaan rumput laut di wilayah Kecamatan Kuta Selatan bahkan di wilayah Kabupaten Badung. Metode penentuan responden dilakukan secara sengaja purposive. Para petani responden pada umumnya menjadikan mata pencaharian sebagai petani rumput laut sebagai pekerjaan utama dan melakukan kegiatan budidaya rumput laut secara rutin. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman dalam berbudidaya rumput laut dilihat dari segi waktu dan luas lahan garapan budidaya 52 rumput laut yang dimiliki. Data mengenai identitas petani responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Responden Petani Rumput Laut Di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Karakteristik Jumlah orang Persentase Kelompok Tani Non Kelompok Tani Kelompok Tani Non Kelompok Tani Umur ≤ 25 tahun 25 – 50 tahun ≥ 50 tahun 2 15 13 - 4 1 6,67 50,00 43,33 - 80,00 20,00 Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan Tinggi 7 16 1 6 - 1 3 - 1 - 23,33 53,33 3,33 20,00 - 20,00 60,00 - 20,00 - Pengalaman Budidaya 5 tahun 5 -10 tahun ≥ 10 tahun 2 - 28 - 4 1 6,67 - 93,33 - 80,00 20,00 Luas Garapan ≤ 1000 tali ris 1000 – 2000 tali ris ≥ 2000 tali ris 8 10 12 4 - 1 26,67 33,33 40,00 80,00 - 20,00 Total petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang. Petani responden yang berasal dari Desa Kutuh berjumlah 31 orang dan empat orang berasal dari wilayah Kelurahan Benoa. Jumlah petani yang berasal dari Desa Kutuh juga terbagi atas petani yang tergabung dalam kelompok tani dan yang tidak bergabung ke dalam kelompok. Di wilayah Desa Kutuh sendiri terdapat empat kelompok tani rumput laut yang aktif, yaitu Kelompok Tani Segara Amertha, Kelompok Tani Merta Sari, Kelompok Tani Sari Segara dan Kelompok Tani Arta Segara Jati. Pengambilan responden petani rumput laut yang tergabung dalam kelompok tani di wilayah Desa Kutuh juga terdiri dari para anggota yang mewakili dari empat kelompok tani yang ada. Umur petani responden dalam penelitian ini berkisar antara 20 – 65 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebanyak 19 orang petani responden yang 53 terdiri dari 15 orang petani yang menjalankan aktivitas tataniaga melalui kelompok dan empat orang petani yang tidak menjalankan aktivitas tataniaga melalui kelompok tani memiliki umur berkisar antara 25 – 50 tahun. Sementara itu petani dengan umur yang relatif muda 25 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini hanya berjumlah dua orang. Data tersebut menunjukkan bahwa ketertarikan pemuda untuk ikut serta dalam aktivitas pembudidayaan rumput laut sangat jarang ditemui di lokasi penelitian, hal ini dikarenakan sebagian besar pemuda di wilayah ini cenderung lebih banyak memiliki mata pencaharian di sektor lain, khususnya di sektor pariwisata. Tingkat pendidikan menjadi salah satu hal yang diperhatikan dari identitas petani responden. Sebanyak 19 orang petani responden hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar SD saja. Sebanyak satu orang lulus di tingkat SLTP, tujuh orang lulus di tingkat SLTA sementara delapan orang tidak tamat Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan petani tentunya dapat mempengaruhi kinerja petani khususnya terkait perolehan informasi dalam kegiatan budidaya rumput laut. Dalam melakukan kegiatan budidaya rumput laut, sebanyak 29 petani responden baik yang menjalankan aktivitas tataniaga melalui kelompok tani ataupun non kelompok tani telah menjalankan kegiatan usahatani rumput laut selama sepuluh tahun. Pengalaman petani ini akan menjadi salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan budidaya rumput laut. Luas lahan garapan dalam aktivitas budidaya rumput laut dihitung berdasarkan jumlah tali ris yang dimiliki oleh petani. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebanyak 13 orang petani responden memiliki luas lahan sebanyak ≥ 2000 tali ris. Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan kelompok tani di Desa Kutuh menyatakan bahwa rata – rata lahan yang dimiliki oleh petani adalah seluas lima are dengan 1000 tali ris. Berdasarkan data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa responden petani yang mengelola aktivitas tataniaga secara individu cenderung memiliki lahan pembudidayaan rumput laut lebih sedikit dibandingkan petani yang mengelola aktivitas tataniaga melalui kelompok. Di wilayah Desa Kutuh petani responden memiliki jumlah tali ris yang lebih banyak dibandingkan petani di wilayah Kelurahan Benoa. Hal ini dikarenakan lahan pantai di wilayah Pantai Geger, Kelurahan Benoa sudah mulai diambil alih oleh 54 para investor sebagai bagian dari pembangunan proyek perhotelan di kawasan tersebut, sehingga lahan petani untuk mengusahakan budidaya rumput laut semakin berkurang. Para petani rumput laut yang menjadi responden dalam penelitian ini mengelola kegiatan usaha budidaya rumput laut secara individu dan kelompok. Di Pantai Kutuh yang merupakan lokasi budidaya rumput laut yang termasuk di dalam wilayah Desa Kutuh, petani rumput laut sebagian besar melakukan kegiatan budidaya rumput laut secara kelompok. Kelompok petani rumput laut di wilayah Desa Kutuh berperan langsung dalam memfasilitasi pemasaran rumput laut milik anggota. Namun, terdapat juga beberapa petani rumput laut di wilayah Desa Kutuh yang mengelola kegiatan budidaya rumput laut secara individu. Para petani ini menjual hasil panen rumput laut yang dihasilkan melalui pedagang pengumpul. Berbeda halnya dengan para petani rumput laut di wilayah Pantai Geger, Kelurahan Benoa. Di wilayah pantai ini para petani rumput laut juga tergabung ke dalam wadah kelompok tani, namun kelompok tani di Pantai Geger hanya mengkoordinir aktivitas pembudidayaan rumput laut saja, namun dalam kegiatan pemasaran hasil panen dilakukan masing – masing oleh anggota petani. Petani di wilayah Pantai Geger juga menjual hasil panen rumput laut kepada pedagang pengumpul.

5.3. Karakteristik Responden Lembaga Tataniaga