66 anggota telah terkumpul, pengurus kelompok kemudian bertugas mencari pembeli
dan melakukan negosiasi harga yang disesuaikan dengan informasi harga jual rumput laut di pasaran. Pembeli dengan pengajuan harga tertinggi yang akan
memperoleh hasil rumput laut kering. Berbeda halnya dengan petani di wilayah Pantai Geger. Para petani di wilayah ini melakukan penjualan rumput laut secara
individu. Masing – masing petani menjual hasil rumput laut kering kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul selanjutnya akan menjual rumput laut
kepada pihak eksportir.
6.2. Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga atau dikenal juga sebagai saluran pemasaran adalah sekelompok individu ataupun lembaga yang memiliki hubungan satu sama lain
dalam penyaluran produk dari produsen ke tangan konsumen. Saluran tataniaga juga menggambarkan keterkaitan antar pelaku tataniaga rumput laut di Kecamatan
Kuta Selatan dan pelaksanaan fungsi – fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga sebagai upaya peningkatan nilai tambah dari rumput laut yang
dipasarkan. Penelusuran saluran tataniaga komoditi rumput laut dimulai dari pihak petani sebagai produsen primer hingga pihak agen perantara dan eksportir yang
berada di wilayah Bali dan luar Pulau Bali Surabaya. Penelusuran tidak dilakukan hingga tingkat konsumen akhir karena produk rumput laut yang
disalurkan merupakan produk ekspor dengan permintaan dalam bentuk rumput laut kering yang biasanya dijadikan sebagai bahan baku produk olahan dan
pangan di negara importir rumput laut. Lembaga tataniaga yang dijadikan konsumen akhir dalam penelitian ini adalah pihak eksportir.
6.2.1. Saluran Tataniaga I
Saluran tataniaga I merupakan saluran yang banyak digunakan oleh petani rumput laut yang menjadi responden dalam penelitian ini dengan persentase
responden sebesar 85,71 persen. Pada saluran tataniaga I, petani menjual hasil panen berupa rumput laut kering secara kolektif melalui wadah kelompok tani.
Baga 2009 menyebutkan definisi kelompok tani – nelayan merupakan kumpulan petani – nelayan yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, selain itu
juga terdapat kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian
67 untuk bersama – sama meningkatkan produktivitas usahatani nelayan dan
kesejahteraan anggota. Pola saluran tataniaga ini sebagian besar diterapkan oleh para petani
rumput laut di wilayah Pantai Kutuh. Pada pola saluran ini, petani responden berasal dari empat kelompok tani rumput laut yang berada di Desa Kutuh. Pada
saluran ini jumlah rumput laut yang berasal dari empat kelompok tani tersebut mencapai jumlah 57.800 kg rumput laut kering. Alasan petani memilih untuk
menggunakan saluran ini karena dengan berkelompok petani merasa mampu menerima harga yang lebih baik, karena bargaining position petani menjadi lebih
kuat, dan para petani tidak perlu kesulitan dalam mencari pembeli. Berdasarkan Saragih 2010 menyatakan bahwa salah satu hal yang patut menjadi agenda
pokok dalam upaya pengembangan sektor perikanan pada abad 21 adalah pengembangan organisasi bisnis nelayan dan jaringan bisnis dengan sasaran
utama untuk meningkatkan kemampuan nelayan kecil merebut nilai tambah sehingga pendapatan riil dari nelayan dapat ditingkatkan. Adanya peranan
kelompok tani dalam sistem tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu dari aplikasi dari upaya pengembangan di sektor perikanan
dan kelautan. Kelompok tani rumput laut di wilayah Desa Kutuh, Kecamatan Kuta
Selatan memberikan beragam manfaat terkait hal yang mencakup kebutuhan para anggota. Kebutuhan tersebut meliputi bantuan permodalan berupa pinjaman
kepada anggota, penyediaan sarana budidaya rumput laut hingga penyediaan barang – barang kebutuhan sehari – hari seperti sembako. Keberadaan kelompok
tani memberikan kekuatan dalam penawaran harga jual dikarenakan kuantitas rumput laut kering yang dikumpulkan melalui kelompok akan terakumulasi dalam
jumlah yang besar dibandingkan dengan kuantitas barang milik dari masing – masing petani yang rata – rata mampu mengumpulkan sebanyak 200 – 300 kg
untuk satu kali periode penjualan yaitu rata – rata setiap dua bulan sekali. Sebagian besar pihak eksportir rumput laut memiliki kuantitas permintaan dalam
volume yang besar yaitu 200 – 400 ton untuk satu kali pengiriman ekspor rumput laut kering, sehingga apabila terdapat penawaran rumput laut dalam kuantitas
68 yang besar maka hal ini dinilai mampu meningkatkan efisiensi khususnya dalam
pengangkutan yang dilakukan oleh agen perantara maupun eksportir. Kelompok tani juga berperan dalam mengontrol aktivitas standarisasi
mutu rumput laut yang dihasilkan oleh setiap anggota. Kelompok tani memberlakukan syarat kualitas yang harus dipenuhi oleh para anggota seperti
kadar air tingkat kekeringan rumput laut, kebersihan dari rumput laut kering sehingga tidak ada kotoran atau organisme laut yang menempel pada rumput laut
yang diserahkan serta telah melakukan pengemasan pada rumput laut kering dengan menggunakan karung yang memiliki muatan sekitar 100 kg per karung.
Penetapan syarat yang ditetapkan oleh kelompok tani dalam pengumpulan rumput laut kering ini sebagai upaya peningkatan nilai tambah terhadap hasil rumput laut
serta memenuhi permintaan dari pihak konsumen dalam hal ini agen perantara atau eksportir. Melalui penetapan tersebut membuktikan bahwa kelompok tani
bisa memperoleh harga yang lebih tinggi yang pada saluran ini diperoleh harga jual di tingkat petani sebesar Rp 8.600,00 per kilogram rumput laut kering
dibandingkan para petani yang mengelola aktivitas tataniaga secara individu pada saluran II dan III dengan perolehan harga jual hanya sebesar Rp 7.000,00 per
kilogram rumput laut kering. Kelompok tani telah menentukan penjadwalan terkait waktu penjualan
rumput laut yaitu waktu pengumpulan rumput laut kering dari setiap anggota kelompok tani rumput laut. Waktu penjualan biasa dilakukan setiap dua bulan
sekali, hal ini disesuaikan dengan waktu periode tanam hingga panen rumput laut dalam kondisi normal yaitu selama 45 hari. Pada waktu penjualan yang telah
ditentukan, perwakilan dari pihak kelompok mendatangi masing – masing anggota petani rumput laut untuk mengambil hasil rumput laut kering yang selanjutnya
ditimbang dan dicatat lalu dikumpulkan di balai milik kelompok tani. Pengangkutan hasil rumput laut kering dilakukan oleh pihak kelompok dengan
menggunakan mobil pick up yang disewa dengan sistem penyewaan per hari. Sistem penyewaan per hari dilakukan mengingat jumlah rumput laut kering yang
harus diangkut ke balai kelompok sangat besar sehingga pelaksanaan pengangkutan di tingkat kelompok tani bisa berlangsung dalam waktu satu hari
penuh.
69 Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh kelompok tani setelah
pengumpulan rumput laut kering dari masing – masing anggota adalah mencari pembeli. Pada waktu penelitian dilakukan, pembeli yang mengajukan penawaran
berasal dari agen perantara untuk pengiriman ekspor melalui eksportir yang berada di Surabaya dan eksportir yang berada di wilayah Bali. Dalam penentuan
pembeli ini, kelompok tani tidak memberlakukan kontrak tertentu dengan pihak pembeli. Kelompok tani hanya diminta untuk memenuhi kesepakatan syarat
kualitas yang ditentukan oleh pembeli. Syarat yang ditetapkan pada umumnya terkait dengan kadar air, kebersihan dan pengemasan rumput laut kering.
Penetapan harga jual di tingkat kelompok tani dilakukan dengan sistem tawar menawar. Pengurus kelompok tani sebelumnya telah melakukan pencarian
informasi yang diperoleh melalui media internet mengenai kisaran harga jual rumput laut kering di beberapa daerah di Indonesia. Informasi ini selanjutnya
dijadikan sebagai patokan bagi petani dalam menentukan harga jual sehingga petani tetap memiliki kekuatan dalam penentuan harga. Keputusan penentuan
pembeli barang dari kelompok tani didasarkan pada pembeli yang mampu memberikan harga tertinggi. Kemampuan kelompok tani dalam mengelola
penyetaraan kualitas rumput laut diantara anggota mampu menghasilkan penetapan harga yang sesuai dengan standar harga pasar rumput laut di seluruh
Indonesia. Pada periode penjualan saat penelitian dilakukan, pembeli rumput laut
pada kelompok tani rumput laut wilayah Pantai Kutuh berasal dari agen perantara. Dalam penentuan harga, agen perantara murni menjalankan fungsinya sebagai
perantara antara petani dalam hal ini kelompok dengan pihak eksportir yang berada di Surabaya. Sebelum keputusan pembelian dilakukan, agen memperoleh
informasi kisaran harga jual yang ditawarkan oleh kelompok tani, selanjutnya informasi ini disampaikan kepada pihak eksportir. Apabila pihak eksportir setuju
dengan penetapan harga yang ditawarkan maka keputusan untuk melakukan pembelian dilakukan. Pada periode penjualan saat penelitian dilakukan petani
menjual rumput laut kepada agen perantara dengan harga Rp 8.600 per kilogram rumput laut kering. Pada waktu pembelian, agen perantara datang langsung ke
lokasi budidaya untuk mengambil barang. Pada saluran ini agen perantara
70 melakukan fungsi tataniaga berupa fungsi pengangkutan. Pengambilan barang
oleh agen perantara biasanya dilakukan dengan menggunakan truk tronton berkapasitas 20 ton rumput laut kering. Penggunaan sarana pengangkutan berupa
truk tronton dinilai efisien dan efektif karena jumlah rumput laut kering yang dipasok dari pihak kelompok tani dalam jumlah besar yaitu rata – rata mencapai
50 ton untuk setiap satu kali periode penjualan. Pengangkutan rumput laut kering biasanya sudah dalam bentuk kemasan per karung dengan total berat rumput laut
kering sebesar 100 kg per karung. Setelah dilakukan pengangkutan ke dalam truk milik agen perantara, barang langsung didistribusikan menuju Surabaya tanpa
melalui penanganan produk lebih lanjut oleh pihak agen perantara. Rumput laut kering yang diperoleh dari pihak kelompok tani selanjutnya
dibawa oleh agen perantara menuju gudang milik eksportir yang berada di Surabaya. Pada saat penerimaan barang, pihak eksportir akan memeriksa rumput
laut yang diterima, jika sudah sesuai dengan standar yang ditentukan maka rumput laut kering tersebut dimasukkan ke dalam container dan siap untuk diekspor.
Eksportir yang terdapat di wilayah Surabaya ini memiliki tujuan ekspor khusus ke negara China. Dalam aktivitas pengiriman rumput laut kering ini pihak eksportir
menggunakan sistem C and F.
6.2.2. Saluran Tataniaga II