VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Sistem Tataniaga
Tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dari petani hingga eksportir melibatkan beberapa lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga yang terlibat
dalam aktivitas tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan terdiri dari pedagang pengumpul, agen perantara distributor dan eksportir. Pada penelitian
ini, lokasi budidaya rumput laut yang dijadikan lokasi penelitian adalah Pantai Kutuh yang berada di wilayah Desa Kutuh dan Pantai Geger yang termasuk di
dalam wilayah Kelurahan Benoa. Rumput laut yang diproduksi di wilayah ini merupakan produk yang ditujukan untuk pasar ekspor, sehingga dalam penelitian
ini tidak dilakukan penelusuran hingga konsumen akhir. Skema saluran tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan secara keseluruhan dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5. Skema Sistem Tataniaga Rumput Laut di Desa Kutuh dan Kelurahan
Benoa, Kecamatan Kuta Selatan Petani non
Anggota Kelompok
Tani Petani
Anggota Kelompok
Tani Pedagang
Pengumpul A Agen Perantara
UD. Rahmat
Bahari Eksportir
UD. 89 Eksportir
di Surabaya
Pedagang Pengumpul
B
Pola I 30 orang petani = 85,71 Pola I Volume : 57,8 ton
Pola II 1 orang = 2,86 Pola II Volume : 2 ton
Pola III 4 orang petani = 11,43 Pola III Volume : 16 ton
65 Berdasarkan skema yang terlihat pada Gambar 5, terbentuk suatu sistem
tataniaga yang merupakan kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain antar lembaga tataniaga. Gambar 5 menunjukkan tiga pola saluran tataniaga rumput laut
di Kecamatan Kuta Selatan yaitu : Pola I
: Petani melalui Kelompok Tani Agen Perantara Eksportir Surabaya
ditunjukkan dengan garis penghubung berwarna biru Pola II
: Petani Individu Pedagang Pengumpul A Eksportir Bali
ditunjukkan dengan garis penghubung berwarna merah Pola III
: Petani Individu Pedagang Pengumpul B Eksportir Bali
ditunjukkan dengan garis penghubung berwarna hijau Aktivitas tataniaga rumput laut di tingkat petani yang berada di lokasi
penelitian terbagi menjadi dua, tataniaga rumput laut melalui kelompok tani dan tataniaga rumput laut yang dilakukan secara individual oleh petani. Petani rumput
laut di wilayah Pantai Kutuh mengelola aktivitas tataniaga secara kelompok maupun individu, namun aktivitas tataniaga lebih didominasi oleh petani yang
menjalankan penjualan rumput laut melalui kelompok tani. Sementara itu, petani di Pantai Geger melakukan penjualan hasil panen rumput laut secara individu.
Petani rumput laut di wilayah Kecamatan Kuta Selatan menjual hasil panen rumput laut dalam bentuk rumput laut kering.
Pola saluran tataniaga rumput laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa cenderung membentuk rantai tataniaga yang pendek. Hal ini mengingat bahwa
produk yang dihasilkan merupakan bahan baku raw material yang digunakan bagi industri pengolahan khususnya dalam pengolahan karaginan yang diimpor
oleh beberapa negara seperti China, Philipina dan Amerika Serikat. Sedangkan industri pengolahan rumput laut di dalam negeri masih jarang ditemui.
Petani rumput laut pada umumnya menjual seluruh hasil panen kepada satu tujuan lembaga tataniaga. Petani di wilayah Pantai Kutuh pada umumnya
mengumpulkan hasil rumput laut kering kepada kelompok tani pada waktu yang telah ditentukan oleh pengurus kelompok. Setelah seluruh hasil panen dari setiap
66 anggota telah terkumpul, pengurus kelompok kemudian bertugas mencari pembeli
dan melakukan negosiasi harga yang disesuaikan dengan informasi harga jual rumput laut di pasaran. Pembeli dengan pengajuan harga tertinggi yang akan
memperoleh hasil rumput laut kering. Berbeda halnya dengan petani di wilayah Pantai Geger. Para petani di wilayah ini melakukan penjualan rumput laut secara
individu. Masing – masing petani menjual hasil rumput laut kering kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul selanjutnya akan menjual rumput laut
kepada pihak eksportir.
6.2. Saluran Tataniaga