101 yang dihasilkan akibat adanya perbaikan kadar air dapat dilihat melalui data yang
tersaji pada Tabel 14. Jika dilihat, ketika terjadi penyamaan standar kualitas, tingkat harga di petani yang tergabung dalam pemasaran kelompok tani saluran I
dengan petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani saluran II dan III memiliki perbedaan harga hanya sebesar Rp 60,00 per kilogram rumput laut
kering. Namun, petani yang tergabung dalam pemasaran kelompok tetap memiliki manfaat lebih karena memperoleh berbagai fasilitas dari kelompok seperti bantuan
pinjaman permodalan serta pembelian kebutuhan sehari – hari yang bisa difasilitasi dari hasil penjualan yang diperoleh dari kelompok tani.
Data pada Tabel 14 juga menunjukkan bahwa peningkatan kualitas melalui penyetaraan kadar air rumput laut juga akan mengakibatkan perubahan
nilai farmer’s share dari kondisi awal sebesar 70,51 persen menjadi 86,02 persen atau meningkat sebesar 10,11 persen. Pada analisis nilai farmer’s share yang
dilakukan berdasarkan kondisi riil pada saat waktu penelitian yang tersaji pada Lampiran 10 maupun saat dilakukan upaya untuk peningkatan dan penyetaraan
standar kualitas yang tersaji pada Tabel 14 menunjukkan bahwa saluran tataniaga I merupakan saluran yang dinilai paling menguntungkan bagi petani rumput laut
karena memiliki nilai farmer’s share terbesar.
6.8. Rasio Keuntungan dan Biaya
Biaya tataniaga merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan rumput laut dari tingkat petani hingga tingkat
konsumen akhir yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram rumput laut kering. Sedangkan nilai keuntungan diperoleh dari selisih marjin tataniaga dengan
biaya tataniaga yang dikeluarkan dalam pelaksanaan aktivitas tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya dalam saluran tataniaga menunjukkan besarnya
keuntungan yang akan diperoleh setiap satu satuan rupiah yang dikeluarkan untuk biaya tataniaga. Rincian mengenai keuntungan dan biaya yang terdapat pada
masing – masing saluran tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Pada saluran tataniaga I total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 523,94 per kilogram rumput laut kering. Petani dalam saluran ini mengeluarkan biaya
tataniaga berupa biaya operasional dalam kelompok tani dengan biaya sebesar Rp
102 120,33. Pemenuhan biaya ini diperoleh dari nilai marjin yang ditetapkan oleh
kelompok tani namun tetap mengutamakan kesejahteraan anggota petani. Oleh karena itu, dalam aktivitas tataniaga rumput laut ini kelompok tani tidak
memperoleh keuntungan yang cukup besar. Hal ini terlihat dari rasio keuntungan terhadap biaya yang diperoleh di tingkat kelompok tani hanya sebesar 0,55. Biaya
terbesar dikeluarkan di tingkat eksportir dengan biaya sebesar Rp 253,61 per kilogram dengan nilai rasio terbesar pula senilai 2,93. Nilai rasio menunjukkan
bahwa setiap Rp 100kg biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh eksportir akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 293kg. Pada saluran ini, tidak terdapat
keuntungan yang diperoleh di tingkat agen perantara. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, agen perantara melakukan kegiatan pengangkutan rumput laut ini
sebagai usaha sampingan. Kegiatan usaha utama dari agen perantara adalah mengangkut berbagai macam kebutuhan pokok dari Surabaya menuju Bali dan
pengangkutan rumput laut ini dilakukan untuk mengisi kekosongan muatan truk tronton milik agen dari Bali menuju Surabaya. Selain itu, menurut agen perantara,
pihaknya tetap memperoleh keuntungan tanpa memperhitungkan kegiatan pengangkutan rumput laut yang dijadikan usaha sampingan ini. Oleh karena itu,
nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang diperoleh pada tingkat agen perantara bernilai nol.
Aktivitas pada saluran tataniaga II dan III memiliki pola saluran yang sama sehingga pada kedua saluran ini terdapat kesamaan struktur biaya tataniaga
yang dikeluarkan karena memiliki tujuan konsumen akhir yaitu pihak eksportir yang sama. Pada tingkat eksportir biaya tataniaga yang dikeluarkan pada kedua
saluran adalah Rp 1.025,00 per kilogram rumput laut kering. Namun tingkat keuntungan yang diperoleh pada tingkat eksportir berbeda, pada saluran II pihak
eksportir hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.402,50 sementara pada saluran III diperoleh keuntungan sebesar Rp 1.702,50 per kilogram rumput laut
kering. Perbedaan ini akibat adanya pengaruh dari tingkat biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Pada saluran II, pedagang pengumpul I
mengeluarkan biaya sebesar Rp 101, 41 per kilogram rumput laut kering dengan perolehan keuntungan sebesar Rp 398,59 per kilogram. Sementara pada pedagang
pengumpul II yang berperan dalam saluran tataniaga III mengeluarkan biaya
103 sebesar Rp 56,41 dengan keuntungan Rp 143,59 per kilogram rumput laut kering.
Perbedaan biaya tataniaga ini diakibatkan karena adanya perbedaan kuantitas rumput laut yang diperjualbelikan saat periode penjualan pada waktu penelitian
ini dilakukan. Pedagang pengumpul I hanya mampu menjual dua ton rumput laut kering kepada eksportir, sementara itu pedagang pengumpul II mampu
mengumpulkan sebanyak 16 ton rumput laut kering. Perbedaan kuantitas dalam penjualan ini menunjukkan tingkat efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh masing –
masing pedagang pengumpul. Sementara itu, perbedaan keuntungan diantara pedagang pengumpul
diakibatkan adanya pelaksanaan fungsi tataniaga yang berbeda diantara kedua pengumpul. Pada pedagang pengumpul I terdapat pelaksanaan fungsi penyortiran
yang tidak dilakukan oleh pedagang pengumpul II. Hal ini mengakibatkan posisi pedagang pengumpul I lebih baik dalam menjamin kualitas produk rumput laut
yang dijual sehingga dapat memperoleh marjin yang lebih tinggi yang mengakibatkan tingginya keuntungan yang dapat diperoleh.
Tabel 15. Rasio Keuntungan dan Biaya setelah Peningkatan Kualitas Rumput
Laut Kering Lembaga Tataniaga
Saluran Tataniaga I II III
Kelompok Tani
Πi Rp
65,67
- -
Ci Rp
120,33
- -
Rasio πiCi
0,55
- -
Pedagang Pengumpul
Πi Rp
-
326,05 117,03
Ci Rp
-
82,95 45,97
Rasio πiCi
-
3,93 2,55
Agen Perantara
Πi Rp -
- Ci Rp
150,00
- -
Rasio πiCi
- -
Eksportir
Πi Rp
743,39
565,34 808,34
Ci Rp
253,61
413,16 416,16
Rasio πiCi
2,93
1,37 1,94
Total
Πi Rp
809,06
891,39 925,37
Ci Rp
523,94
615,60 581,62
Rasio πiCi
1,54
1,45 1,59
104 Dalam membandingkan tingkat rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga
dari masing – masing saluran juga perlu dilakukan penyamaan standarisasi kualitas rumput laut kering yang diperjualbelikan di tingkat petani pada setiap
saluran tataniaga yang terbentuk. Berikut ini adalah rumusan perhitungan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan
setelah dilakukan penyetaraan standar kualitas rumput laut dengan meningkatkan kualitas kadar air. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 15, menunjukkan
bahwa setelah adanya peningkatan kualitas terhadap hasil rumput laut kering terjadi penurunan pada nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran II dan
III dengan nilai masing – masing yaitu 1,45 pada saluran II dan 1,59 pada saluran III.
Penurunan nilai tersebut menunjukkan bahwa terjadi penambahan biaya tataniaga yang dikeluarkan dalam menjalankan tataniaga rumput laut pada saluran
II dan III. Namun, hal ini dinilai efisien karena penambahan biaya yang dilakukan bertujuan untuk memberikan nilai tambah pada rumput laut kering yang
diperdagangkan melalui adanya peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas ini juga sebagai upaya untuk memenuhi kepuasan konsumen akhir pada saluran ini
yaitu pihak eksportir. Penetapan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga baik berdasarkan data yang tersaji pada Lampiran 11 maupun Tabel 15 menunjukkan
bahwa nilai rasio pada saluran I dinilai relatif lebih efisien karena dapat dilihat bahwa biaya tataniaga yang dikeluarkan pada saluran I relatif lebih rendah
dibandingkan pada saluran II dan III. Pada Tabel 15 saluran I mampu menghasilkan kualitas rumput yang setara diantara ketiga saluran yang ada
dengan mengeluarkan biaya tataniaga paling rendah dibandingkan dua saluran lainnya.
6.9. Efisiensi Tataniaga