Metode Lepas Dasar Budidaya Rumput Laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa

61 bibit adalah dalam transportasi dan cara pengepakan bibit. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam transportasi bibit antara lain adalah : • Bibit harus tetap dalam keadaan basahlembab selama dalam perjalanan • Tidak terkena air tawar • Tidak terkena minyak atau kotoran – kotoran lain • Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan • Tidak terkena sinar matahari Sementara itu, dalam pengepakan bibit rumput laut, adapun tata cara yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : • Karung plastik lebar sesuai dengan potongan – potongan bibit yang akan dibawa • Bibit rumput laut dimasukkan ke dalam karung plastik tanpa dipadatkan supaya bibit tidak rusak, mulut kantong kemudian diikat. • Bagian atas kantong dilubangi dengan diameter sekitar 1 cm untuk sirkulasi udara. Setelah sampai di tujuan, bibit harus segera dibuka dan direndam dalam air laut yang diberi aerasi kemudian diseleksi selanjutnya siap dilakukan penanaman. Dalam penyediaan bibit rumput laut, perlu diperhatikan kualitas dan kontinyuitas bibit. Sebaiknya bibit yang digunakan untuk budidaya adalah bibit yang berasal dari kebun bibit rumput laut yang berumur antara 25 – 35 hari. Namun pada kenyataannya masyarakat pembudidaya belum memahami dengan baik kegunaan dan keuntungan dari kebun bibit rumput laut tersebut, sehingga jumlah pembudidaya yang memiliki kebun bibit sendiri masih sedikit. Kebun bibit rumput laut merupakan unit budidaya rumput laut yang produksinya diperuntukkan sebagai penghasil bibit bukan untuk produk rumput laut kering. Tujuannya adalah untuk menghasilkan bibit dengan kualitas yang baik dan adaptif. Sebagai acuan dalam pembuatan kebun bibit rumput laut telah diterbitkan Standar Operasional Prosedur Kebun Bibit rumput laut.

5.5.3. Metode Lepas Dasar

Metode ini ideal untuk dilakukan pada perairan yang dasarnya berpasir atau pasir berlumpur. Hal ini penting untuk memudahkan penancapan 62 patokpancang. Metode lepas dasar merupakan metode budidaya rumput laut yang diterapkan di wilayah perairan di Kecamatan Kuta Selatan. Penancapan patok akan sulit dilakukan bila dasar perairan terdiri dari batu karang. Patok terbuat dari kayu yang kuat dengan diameter sekitar 10 cm sepanjang 1 m yang salah satu ujungnya diruncingi. Jarak antar patok sekitar 2,5 m. Setiap patok dipasang berjajar dan dihubungkan dengan tali ris utama polyethylen PE berdiameter 8 mm. Jarak antara tali ris rentang sekitar 20 cm. Tali ris rentang yang telah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama dan posisi tanaman budidaya berada sekitar 30 cm di atas dasar perairan perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air. Luasan yang ideal untuk mengaplikasikan metode lepas dasar biasanya seluas 100 m x 5 m. Luasan ini membutuhkan bahan – bahan sebanyak ; • Patok kayu : panjang 1 m diameter 10 cm sebanyak 275 buah • Tali ris rentang : bahan PE diameter 4 – 5 mm sebanyak 10 kg • Tali ris utama : bahan PE diameter 8 mm sebanyak 15 kg • Tali PE diameter 1 – 2 mm sebanyak 1 kg • Bibit rumput laut sebanyak 1.000 kg ukuran bibit biasanya 50 – 100 gtitik

5.5.4. Budidaya Rumput Laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa

Kegiatan budidaya rumput laut di wilayah Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa dilakukan di wilayah lepas pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Aktivitas budidaya rumput laut di kedua wilayah telah dikelola dengan membentuk kelompok tani masing – masing berjumlah empat kelompok tani di wilayah Pantai Kutuh, Desa Kutuh, dan satu kelompok tani di wilayah Pantai Geger, Kelurahan Benoa. Lokasi pembudidayaan rumput laut di wilayah Pantai Geger sudah mulai berkurang karena adanya proyek pembangunan hotel di sekitar pantai dan sebagian wilayah pantai ditujukan sebagai obyek wisata. Metode yang digunakan oleh petani dalam melakukan budidaya rumput laut baik di Pantai Kutuh maupun Pantai Geger adalah dengan menggunakan metode lepas dasar. Hal ini mengingat kedua wilayah pantai tersebut merupakan perairan yang memiliki kondisi dasar perairan yang berpasir. Penanaman rumput laut di kedua lokasi budidaya menggunakan alat berupa tali polyethylen yang 63 dibentangkan sepanjang 2,5 – 3 m, yang di sepanjang tal tersebut diikatkan diikatkan tali rafia dengan jarak di setiap ikatan sebesar 10 – 15 cm yang berfungsi untuk mengikat bibit rumput laut. Bibit yang digunakan oleh para petani rumput laut di lokasi penelitian, pada umumnya diperoleh dari sebagian hasil panen yang selanjutnya dibudidayakan kembali. Di wilayah Pantai Kutuh sendiri sempat diwacanakan untuk menciptakan areal khusus bagi kebun bibit rumput laut guna menciptakan keberlangsungan dalam penyediaan bibit. Namun hal ini belum dapat terealisasi mengingat areal yang dibutuhkan adalah areal yang bebas dari serangan penyakit tanaman pada rumput laut seperti penyakit ice – ice. VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Sistem Tataniaga