81 Dari faktor material minyak, perlu dipastikan keseragaman kualitas
minyak goreng. Diperlukan penelitian lebih mendalam untuk menstandarisasi kualitas minyak goreng yang telah dipakai berulang untuk dicampur dengan
minyak baru, yaitu dengan mengatur frekuensi penambahan minyak. Dalam menyusun semua langkah yang akan dilakukan, sebaiknya semua pekerja dari
semua tingkat diikut sertakan agar langkah perbaikan yang akan dijalankan dapat dilakukan dengan baik.
E. Melaksanakan Langkah Perbaikan dan Mengadakan Evaluasi Hasil
Perbaikan
Pada kegiatan magang yang telah dilakukan, tahap pelaksanaan belum dapat dilakukan. Jika langkah perbaikan telah dilaksanakan, maka harus
dilakukan evaluasi hasil dari tindakan perbaikan tersebut. Tahap evaluasi dilakukan untuk menilai keefektifan tindakan perbaikan yang dilakukan.
Evaluasi yang dilakukan dapat menggunakan analisis diagram Pareto. Pengambilan data untuk evaluasi harus menggunakan waktu yang sama pada
saat pengambilan waktu awal.
F. Mencegah Keterulangan Masalah
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah keterulangan masalah antara lain dengan melakukan revisi standar operasi, inspeksi dan peraturan
bila dirasakan perlu.
G. Mencatat Masalah yang Belum Terselesaikan
Jika masih terdapat masalah yang belum terpecahkan, maka perlu dicatat untuk rencana perbaikan berikutnya.
82
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Permasalahan yang ditelusuri adalah tingginya loss minyak goreng pada proses pembuatan Taro. Loss minyak goreng yang dimaksud adalah banyaknya
minyak goreng yang tidak tercatat penggunaannya pada sistem saat proses produksi sehingga dianggap sebagai bahan yang hilang selama proses produksi
dan dihitung sebagai kerugian perusahaan. Observasi awal yang dilakukan adalah observasi langsung pada proses produksi dengan mempelajari proses
penggorengan secara spesifik. Faktor penyebab masalah loss minyak goreng pada proses produksi Taro
meliputi : minyak yang tercecer di bawah sela-sela oil separator, kelebihan serapan minyak ke produk, adanya minyak yang tumpah dari kotak oil
separator, banyaknya BS bad stock hasil goreng, serapan minyak pada ampas filter, minyak yang tercecer di bawah tangki filter karena ada pipa bocor,
terjadi overweight pada proses pengemasan, banyaknya hasil gorengan terbuang di saluran penyaring oil separator, dan rejected minyak goreng. Rata-
rata sebanyak 46,51 kg minyak per hari terbuang dari ketiga batch fryer karena adanya minyak tercecer di bawah sela-sela oil separator. Pada saat produksi
berjalan penuh, kelebihan serapan minyak hasil goreng dapat menyebabkan loss minyak sebesar 244,15 kg dalam sehari. Terdapat sebanyak 1048,50 kg
minyak goreng yang hilang karena kelebihan berat saat pengisian produk ke dalam kemasan selama Februari 2010 dan sebanyak 1356,08 kg selama bulan
Maret 2010. Berdasarkan analisis Diagram Pareto, faktor penyebab yang paling
berpengaruh terhadap loss minyak goreng adalah kelebihan serapan minyak pada hasil goreng di batch fryer 1 dan 2. Kelebihan serapan minyak pada hasil
goreng, yaitu sebesar 81,06 dari total semua penyebab di proses penggorengan batch fryer 1 dan 73,79 pada batch fryer 2. Pada batch fryer
3, faktor yang paling berpengaruh adalah minyak yang tumpah pada saluran saringan oil separator di batch fryer 3 sebesar 83,89 dari total semua
penyebab di proses penggorengan batch fryer 3. Kadar air pelet berpengaruh