41 mekanis terutama untuk memudahkan pengaturan dalam gudang
penyimpanan dan distribusi serta memudahkan dalam pengaturan alat angkut. Bahan pengemas sekunder yang digunakan terbuat dari bahan
karton.
B. Proses Produksi
Tahapan proses untuk memproduksi Taro terdiri dari pemasakan, pembentukan lembaran, aging, pemotongan, pengeringan I, pengeringan II,
penggorengan, seasoning dan pengemasan. Diagram proses produksi Taro
dapat dilihat pada Gambar 13. Proses produksi Taro telah menerapkan
sistem GMP Good Manufacturing Pratices dan HACCP Hazard Analytical Critical Control Point serta Sistem Jaminan Halal.
Gambar 13. Diagram alir proses produksi Taro
1. Pemasakan
Masing-masing bahan ditimbang sesuai formulasi kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk memudahkan pengangkutan ke ruang
proses pemasakan. Pemasakan dilakukan dengan empat tahapan, yaitu pre- Air
Raw material
Penimbangan
Pemasakan
Sheeting
Cutting Rolling
Aging Pelet
Taro Snack Drying I
Drying II
Frying
Seasoning
Pengemasan perisa
42 cooking atau dry mix, added water, half steam dan full steam dengan total
waktu pemasakan 10-12 menit. Pada pre-cooking dilakukan pencampuran bahan-bahan kering agar lebih merata. Setelah itu dilakukan penambahan
air sambil dilakukan proses pencampuran. Half steam dilakukan untuk mencegah tepung berterbangan saat pemasakkan agar pencampuran
merata. Full steam dilakukan pada tekanan boiler 10 bar dan suhu steam 180-200
C. Tujuan utama dari proses pemasakan untuk menggelatinisasi pati
sehingga adonan dapat terbentuk dan dapat di-sheeting. Pemasakan yang disertai dengan pengadukan bertujuan agar hidrasi tepung dan air
berlangsung secara merata dan menarik-narik serat gluten pada terigu. Proses pemasakan sampai pembuatan lembaran sheeting dilakukan
tiga line produksi. Masing-masing line memiliki dua cooker, yaitu cooker besar dan cooker kecil. Setiap cooker memiliki kapasitas yang berbeda.
Cooker besar dapat menghasilkan dua masakan sedangkan cooker kecil dapat menghasilkan satu masakan.
Pada saat proses pemasakan, sering kali adonan yang dihasilkan tidak merata. Hal ini bisa disebabkan karena pada saat proses dry mixing
yang tidak sempurna. Proses dry mixing dilakukan pada mesin cooker dengan kondisi cooker yang masih panas dan masih terdapat sisa adonan
menempel dari proses pemasakan sebelumnya. Sebaiknya proses dry mixing dilakukan terpisah dengan mesin pencampur untuk menghasilkan
adonan yang merata
2. Pembentukan Lembaran
Setelah itu, dalam keadaan yang masih panas, adonan dibentuk menjadi lembaran dengan motif jala net dengan ketebalan 1,4-1,8 mm.
Ketebalan yang dihasilkan harus seragam agar proses pengeringan selanjutnya dapat menghasilkan kadar air yang seragam. Jika pada proses
pemasakan, adonan tidak merata, maka pada lembaran yang dihasilkan akan terlihat guratan-guratan putih.
Lembaran dilewatkan pada tunnel dryer untuk mengalami proses winding. Setelah itu lembaran ditaburi tapioka sebelum digulung pada
43 batangan logam. Tapioka ditaburi pada gulungan lembaran berfungsi
untuk mengurangi kelengketan hasil winding, sehingga memudahkan dan tidak lengket pada saat pemotongan
3. Aging