Penyerapan Minyak Goreng TINJAUAN PUSTAKA

20 tenggorokan Winarno, 2006. Akrolein terbentuk akibat hidrasi gliserol ketika dilakukan pemanasan yang berlebihan sehingga gliserol hancur. Titik asap sendiri ditentukan oleh kandungan asam lemak bebas yang terdapat di dalam minyak. Semakin rendah kandungan asam lemak bebasnya, maka titik asap dari minyak goreng tersebut akan semakin tinggi. Menurut AOCS 1978 titik asap dari suatu minyak goreng tidak boleh kurang dari 215 C.

D. Penyerapan Minyak Goreng

Penyerapan minyak absorpsi merupakan proses menyerapnya minyak goreng ke dalam bahan pangan. Proses absorpsi ini menyebabkan bertambahnya berat atau volume suatu benda akibat adanya suatu zat yang terserap ke dalamnya. Absorpsi juga menyebabkan suatu benda mengalami perubahan tekstur karena minyak yang terabsorpsi tersebut akan melunakkan bagian luar bahan pangan dan membasahi produk Robertson, 1967. Penyerapan minyak oleh makanan yang digoreng dapat diketahui dari struktur bahan pangan yang dapat dilihat pada Gambar 8. Makanan yang digoreng pada umumnya mempunyai struktur yang sama yaitu terdiri dari bagian dalam yang masih mengandung air core, bagian luar bahan pangan yang mengalami dehidrasi outer zonecrust dan bagian luar yang berwarna coklat outer zone surface outer zone surface crust core Gambar 8. Struktur bahan pangan Lapisan bagian dalam dari makanan masih mengandung air. Pada bahan yang tipis, bagian dalam sangat sedikit sekali atau malah tidak ada, yang ada hanya bagian tengah crust. Air yang keluar dari bahan, akan diisi oleh 21 minyak yang terserap. Menurut Robertson 1967, jumlah minyak yang diserap oleh bahan pangan tergantung dari ketebalan core dengan crust, makin tebal crust makin banyak minyak yang terserap. Lapisan permukaan adalah lapisan terluar makanan yang berwarna coklat kekuningan, dimana warna tersebut merupakan hasil reaksi Maillard browning non enzimatic. Minyak yang terabsorpsi ke dalam produk gorengan dapat memberi dampak positif dan negatif baik terhadap produk itu sendiri maupun penerimaan konsumen. Menurut Yustica 1997, dampak positif dari penyerapan minyak yang terabsorpsi dalam bahan pangan yakni mengempukkan produk, memberi flavor yang khas dan kerenyahan, serta menambah rasa lezat dan gurih. Sedangkan dampak negatifnya adalah mengurangi tingkat penerimaan konsumen bila penampakan produk berminyak. Selain itu juga mempengaruhi mutu produk, dimana produk dengan absorpsi minyak tinggi akan mudah mengalami ketengikan dibandingkan dengan produk dengan absorpsi minyak rendah. Menurut Pokorny 1999, penyerapan minyak oleh produk goreng dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu, waktu, air yang terkandung dalam bahan pangan yang akan tergantikan oleh minyak selama proses penggorengan dan kualitas minyak yang digunakan. Jenis bahan pangan yang akan digoreng pun akan mempengaruhi penyerapan minyak. Produk goreng yang berasal dari bahan nabati dan mengandung pati akan menyerap minyak lebih banyak daripada bahan hewani. Kualitas minyak goreng akan mempengaruhi tingkat penyerapan minyak dalam produk pangan. Tegangan permukaan antara minyak goreng dan bahan pangan tinggi saat minyak yang digunakan merupakan fresh oil. Selama penggorengan berulang, polaritas minyak meningkatkan akibat proses pemanasan sehingga tegangan permukaan antara minyak goreng dan bahan pangan yang digoreng menurun. Penyerapan minyak akan meningkat dengan semakin banyak penggorengan berulang. 22

E. Profil Penyerapan Minyak