karena semakin produk itu berbeda maka konsumen semakin penasaran untuk mencobanya.
b. Tingkat persaingan antar perusahaan
Tingkat persaingan antar pengusaha restoran di kota Bogor saat ini cenderung kompetitif. Itu bisa dilihat dari jumlah restoran dan rumah makan yang
ada di kota Bogor yang dari tahun ke tahun semakin bertambah. Restoran yang sejenis dengan DBC Spageti restoran memang tidak ada di kota bogor, namun
Death By Chocolate Spageti Restaurant menghadapi pesaing dari pengusaha
yang menghasilkan produk subtitusi berbahan dasar coklat seperti rumah coklat, keik house, bread talk, roti bogor permai, brownis amanda, miscele bread, holland
bakery, de paris dan lain-lain. Selain itu juga restoran dan rumah makan yang menyediakan menu spageti juga ikut menjadi pesaing dari Death By Chocolate
Spageti Restaurant . Contohnya seperti daily cafe, Mcd, KFC, CFC, warung steik,
obonk steak, cerry cafe, solaria cafe, pizza hut dan sebagainya.
c. Ancaman produk pengganti
Setiap perusahaan dalam suatu industri persaingan pasti akan menghadapi ancaman produk pengganti. Biasanya produk pengganti muncul dalam bentuk
yang berbeda namun memiliki kegunaan yang sama. Ancaman produk pengganti yang di hadapi oleh Death By Chocolate Spageti Restaurant meliputi produk-
produk yang berbahan dasar coklat seperti aneka kue-kue coklat seperti kue Brownies Amanda, produk-produk seperti coklat stik yang di hasilkan oleh Dapur
Coklat, menu-menu spageti dan pasta yang di jual di beberapa restoran di kota Bogor, dan sebagainya.
d. Kekuatan tawar-menawar pemasok
Di Death By Chocolate Spageti Restaurant tidak memiliki pemasok bahan baku yang khusus dipilih oleh manajemen untuk memasok bahan baku
langsung ke Death By Chocolate Spageti Restauran. Bahan baku yang di perlukan diperoleh dengan belanja langsung ke pasar dan supermarket. Dapat
dikatakan bahwa Death By Chocolate Spageti Restaurant tidak memiliki kekuatan tawar dalam hal harga bahan baku, karena harga sudah di tetapkan oleh
pasar. Melihat banyaknya penjual di pasar maka pemasok tidak memiliki kekuatan tawar menawar dalam hal harga jual.
80
e. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Konsumen di Death By Chocolate Spageti Restaurant tidak memiliki kekuatan tawar menawar pembeli. Harga setiap produk yang di jual di Death By
Chocolate Spageti Restaurant di tetapkan berdasarkan harga bahan baku yang
di beli dan disesuaikan dengan kualitas produk yang dihasilkan. Melihat dari hal tersebut maka konsumen tidak memiliki kemampuan untuk menetapkan harga beli
setiap produk yang ada di Death By Chocolate Spageti Restaurant.
81
VII. FORMULASI STRATEGI
7.1 Matriks Internal Factor Evaluation Matriks IFE
Alat perumusan strategi matriks IFE digunakan untuk merangkum dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang fungsional dari
suatu usaha. Matriks IFE juga memberikan dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang fungsional tersebut. Pemahaman
mendalam mengenai faktor-faktor strategis internal yang dimaksud lebih penting dibandingkan angkanya sendiri.
Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor internal perusahaan maka dibuat matriks IFE yang berisi kekuatan dan kelemahan. Penetapan bobot dan
rating dilakukan bersama-sama dengan pihak perusahaan supervisor, wakil supervisor dan tiga orang owner. Hasil proses rata-rata pembobotan IFE dapat
dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan penilaiaan responden terhadap faktor-faktor kunci internal
perusahaan, didapatkan total skor rata-rata IFE adalah sebesar 3,093 Tabel 14. Hal ini berarti bahwa posisi strategi perusahaan Death By Chocolate Spageti
Restaurant berada pada posisi kuat dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki
untuk menghadapi kelemahan internal perusahaan. Hasil dari matriks IFE death by chocolate spageti restaurant
dapat dilihat pada Tabel 14.
82