LPM Karang Taruna PKK

85 anak yang baik, beriman, berilmu dan berakhlak mulia sehingga tidak pernah terlibat dalam kenakalan. Kegiatan DKM dan Remaja Mesjid di Kelurahan Pasanggrahan masih terjebak dalam kegiatan yang besifat rutinitas ”ubudiyah” semata, seperti kegiatan memperingati hari-hari besar islam dan sejenisnya, padahal jika dilihat lebih jauh berdasarkan fungsinya sebagai sarana pemberdayaan bagi remaja khususnya, banyak peran dan fungsi yang dimiliki dan dikembangkan oleh Remaja Mesjid

6.3.3.2. LPM

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, merupakan sebuah proses perubahan nama dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LKMD. Kelembagaan ini mempunyai tugas sebagai mitra dari pemerintah kelurahan di dalam bidang pemerintahan dan pembangunan yang diserahkan kepada kelurahan sebagian kewenangan yang dilimpahkan oleh camat. Sebagai mitra dari pemerintah, kelembagaan ini mempunyai tugas mengkoordinir segala bentuk kegiatan di masyarakat dengan organisasi yang lebih atasnya dengan arah kegiatan lebih bersifat mobilisator sumber sosio kultural untuk membangun masyarakat yang kreatif dengan komitmen kemandirian yang memiliki sifat-sifat inovatif sebagai sumber daya pembangunan. LPM dalam penanganan anak nakal di Kelurahan Pasanggrahan belum nampak kegiatan yang nyata, padahal idealnya LPM berfungsi untuk mengkoordinir sumber-sumber sosio kultural, tetapi ketika dilaksanakan program restoratife justice, pihak LPM mendukung sepenuhnya kegiatan tersebut

6.3.3.3. Karang Taruna

Karang Taruna sebagai organisasi yang keberadaannya mendapat pembinaan dari Dinas Sosial merupakan wadah kegiatan pada pemuda untuk melaksanakan aktivitas dan kratifitasnya. Melalui Karang Taruna ini pada pemuda diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam konteks pencegahan terjadinya kenakalan anak, Karang Taruna merupakan media yang tepat untuk melibatkan anak dalam aktivitas yang 86 dilakukannya baik yang bersifat rekreatif edukatif maupun yang bersifat pengembangan kemampuan anggotanya. Kegiatan yang bersifat rekreatif edukatif sangat relefan untuk mencegah terjadinya kenakalan anak. Kegiatan tersebut umumnya diwujudkan dalam bentuk olah raga, kesenian, pembelajaran komputer dan lain sebagainya.

6.3.3.4. PKK

Lembaga ini berada pada tingkat Kelurahan sampai pada tingkat RW. Sasaran utama dari pelayanan yang diberikan oleh PKK adalah para orang tua, dengan tujuan untuk menciptakan keluarga yang sejahtera. Dalam konteks penanganan anak nakal, PKK memotivasi para ibu-ibu untuk lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap anak-anaknya agar terhindar dari kenakalan remaja yang akhir-akhir ini sering terjadi seperti masalah narkotika dan obat terlarang juga termasuk merebaknya minuman keras dikalangan remaja. Upaya penanganan anak nakal secara luas bukan hanya tanggung jawab pemerintah aparat penegak hukum namun tidak kalah pentingnya juga bagaimana masyarakat yang tergabung dalam organisasi khususnya PKK untuk menjembatani terpenuhinya kebutuhan dasar warga setempat. Dalam konteks ini diperlukan partisipasi warga masyarakat agar terus memperjuangkan hak-hak hidup layak dan bermartabat. Bagi pengurus PKK sebagai pelaksana perubahan di tingkat lokal perlu berpartisipasi aktif mengembangkan kemampuannya dalam upaya penanganan masalah anak nakal secara kondusif. Penanganan masalah anak nakal yang diberikan kelompok PKK di Kelurahan Pasanggrahan diwujudkan dalam bentuk gagasan kepada masyarakat untuk memberikan perhatian terhadap fasilitas olahraga futsal di Kelurahan Pasanggrahan. Dengan demikian secara tidak langsung kelompok PKK telah memberikan kontribusi terhadap upaya pencegahan masalah kenakalan anak di Kelurahan Pasanggrahan. 87 BAB VII. EVALUASI HASIL KINERJA FORUM Dalam melakukan analisis terhadap suatu program diperlukan kegiatan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi dalam praktek pengembangan masyarakat merupakan salah satu langkah yang sangat penting yang harus dilakukan, sama pentingnya dengan langkah-langkah lainnya seperti need asessment , menyusun rencana intervensi, intervensi, serta tindak lanjut yang kesemuanya merupakan tahapan yang harus dilalui dalam proses pemberian pertolongan dalam praktek pengembangan masyarakat. Secara umum, evaluasi diartikan sebagai kegiatan pengukuran terhadap sesuatu, apakah itu suatu proses atau hasil dari kegiatan dengan menggunakan alat ukur atau standar tertentu. Menurut Hendrakusumaatmaja 2007, evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan secara obyektif untuk menentukan keterkaitan, efisiensi, efektifitas dan dampak suatu upaya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sedangkan pemantauan meliputi kegiatan mengamati, meninjau kembali, mempelajari dan mengawasi yang dilakukan secara terus-menerus atau berkala. Pemantauan dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu upaya berjalan sesuai dengan rencana, dan dilakukan selama upaya tersebut dilaksanakan. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk menyempurnakan upaya atau kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan upaya atau kegiatan dan pengambilan keputusan di masa depan. Evaluasi dapat dilakukan pada saat pelaksanaan, saat berakhirnya suatu upaya, atau beberapa tahun setelah suatu upaya selesai. Lebih lanjut Hendrakusumaatmaja 2007 menyebutkan beberapa tujuan pemantauan dan evaluasi, yaitu: 1. mengetahui pelaksanaan suatu upaya keberhasilan-kelemahan, kegagalan, penyimpangan, dan penyebabnya; 2. mengetahui pencapaian tujuan yang hendak dicapai; 3. mengetahui manfaat dan dampaknya terhadap kelompok sasaran; 4. membuat tindakan korektif secara dini; 88 5. mengoptimalkan upaya yang dilakukan sumber daya manusia, dana, waktu; 6. menarik bahan pelajaran untuk perencanaan dan pelaksanaan upaya penanggulangan di masa mendatang secara lebih baik. Mengenai pentingnya hasil pemantauan dan evaluasi, adalah sebagaimana disebutkan oleh Sumardjo 2008, yaitu: 1. sarana untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan manajemen program pemberdayaan fakir-miskin; 2. meningkatkan kualitas perencanaan secara partisipatif dan kolaboratif antar pihak terkait; 3. membantu pihak-pihak terkait dalam membuat keputusan secara partisipatif yang akuntabel bertanggungjawab secara tepat dalam pengembangan program pemberdayaan fakir-miskin; 4. membantu dalam membuat kebijakan secara tepat, konvergen, dan sinergis bagi pemerintah; 5. menunjukkan di mana dibutuhkan penyesuaian dan tindakan selanjutnya dalam pengembangan program pemberdayaan fakir-miskin; 6. menunjukkan di mana dibutuhkan tindak lanjut lebih lanjut dan mendalam; 7. memberikan informasi kepada masyarakat yang lebih luas.

7.1. Kasus Yang ditangani FMPA