99
7.4. Evaluasi Keluarga Pelaku
Berdasarkan data dan informasi dari keluarga pelaku yang ada di Kelurahan Pasanggrahan, mereka sangat senang dan gembira anak-anaknya tidak diproses
secara hukum tetapi diselesaikan lewat musyawarah. Mereka merasa bersyukur anak-anaknya telah terselamatkan dari dampak yang lebih buruk apabila
diselesaikan secara hukum, seperti diungkapkan oleh orang tua pelaku berinisial A, yang menceritakan sebagai berikut :
”untunglah anak saya tidak dilaporkan ke Pak Polisi, seandainya dilaporkan ke Polisi tentu anak saya akan dipenjara, saya tidak bisa
membayangkan kalau anak saya dipenjara, sebab saya mendengan di penjara itu tempat berkumpul orang-orang jahat, saya tidak bisa
membayangkan kalau anak saya yang masih kecil dan bersatu dengan bekas preman-preman jahat, tentunya anak saya juga akan kebawa-bawa lebih
jahat lagi”
Melalui penyelesaian restorative justice ternyata dapat dipetik manfaat yaitu pelaku terhindar dari adanya stiga yang negatif, selain itu akan membuat pelaku
bertanggung jawab karena mendapatkan sansi yang mendidik sehingga diharapkan tidak akan mengulangi lagi perbuatannya yang salah, seperti yang
menimpa empat orang anak pengamen yang melakukan pemerasan, sebagaimana diungkapkan oleh salah satu orang tua anak sebagai berikut :
”Saya bersyukur pak, anak saya yang telah melakukan kesalahan dan mendapat hukuman yaitu membersihkan mesjid setiap hari Jum’at selama
dua bulan. Sejak menjalani hukuman tersebut, anak saya sekarang jadi rajin pergi ke mesjid dan rajin shalatnya, malahan dia sekarang sering
mengingatkan saya apabila saya terlambat shalat. Saya beruntung sekali dengan kejadian itu ternyata membawa hikmah bagi anak saya termasuk
bagi saya sebagai orang tuanya, mudah-mudahan anak saya kedepannya jauh lebih baik dan bisa menjadi anak yang soleh, dan diberi jalan hidup
yang lebih baik”
Dari kejadian tersebut dapat dilihat bahwa penyelesaian lewat restorative justice membawa manfaat bagi anak sehingga perilaku si anak jauh lebih baik daripada
sebelumnya.
100
BAB VIII. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS FORUM
Memperhatikan berbagai potensi, hambatan dan kendala yang dihadapi dalam penanganan masalah kenakalan anak sebagaimana telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka dapat dibuat rencana program pengembangan. Program pengembangan dimaksud, merupakan suatu program yang menempatkan
partisipasi masyarakat lokal sebagai proses utama kegiatan pemberdayaan masyarakat. Penyusunan program dibuat dengan memperhatikan analisis potensi,
permasalahan dan kebutuhan yang pengkaji pahami melalui peta sosial dan program penanganan anak nakal dengan restorative justice yang dilakukan di
Kelurahan Pasanggrahan Metode yang digunakan dalam menyusun program pengembangan
masyarakat dengan cara Partiscipatory Rural Appraisal PRA, yaitu metode pendekatan dalam penyusunan program yang penekannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan, yang meliputi penentuan prioritas masalah,
penyusunan rancangan,
dan pelaksanaan
kegiatan. Dalam
pelaksanaannya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Melakukan kunjungan
Melakukan kunjungan merupakan suatu tahapan dalam kegiatan PRA yang dilakukan pengkaji untuk membangun kepercayaan, keterbukaan dan
keakraban. Kegiatan ini dilakukan kepada pengurus FMPA, pihak inisiator, pengurus institusi lokal, tokoh masyarakat, aparat kelurahan, keluarga anak
nakal dan masyarakat yang mempunyai kepedulian dan informasi tentang penanganan anak nakal. Selanjutnya dalam kegiatan ini juga dikembangkan
dialog problematisasi masalah, yaitu pengembalian masalah yang dianggap sangat penting menjadi prioritas oleh masyarakat dan perlu penanganan
dengan segera.
101 2. Penelusuran alur penanganan anak nakal
Tahapan ini dilakukan untuk mengungkapkan kembali upaya-upaya penanganan anak nakal yang pernah dilakukan di tiap-tiap Rukun Warga di
Kelurahan Pasanggrahan. Tujuan dari tahapan ini untuk mengetahui sejauhmana proses penyelesaian yang dilakukan di tiap-tiap RW dan apa saja
hambatan-hambatan yang dirasakan
Disamping hal tersebut diatas, dalam melakukan penyusunan program, pengkaji juga melakukan kegiatan observasi, wawancara dan diskusi serta FGD
dengan subjek kajian pelaku, keluarga pelaku, dan pihak korban, Anggota FMPA, pihak inisiator, tokoh masyarakat dan insititusi lokal seperti LPM, DKM,
PKK, Karang Taruna dan informan lain yang dipandang perlu seperti aparat kelurahan, dinasinstansi terkait. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya memperoleh
gambaran yang komprehensif tentang keterkaitan gejala-gejala sosial dengan pengembangan
masyarakat khususnya
pemberdayaan komunitas
dalam penanganan anak nakal dengan model restorative justice. Untuk mendukung hal
tersebut dilakukan identifikasi potensi, permasalahan dan kebutuhan melalui kegiatan observasi, wawancara dan diskusi kelompok. Kegiatan tersebut
dilakukan secara simultan dan saling terkait satu dengan yang lainnya.
8.1. Identifikasi Potensi, permasalahan dan Kebutuhan 8.1.1. Identifikasi Potensi