21 sebagai  tempat  terbaik  membentuk  perilaku  anak.  Selain  itu  upaya
pembinaan terhadap anak melalui kegiatan-kegiatan kepemudaan  yang ada, misalnya  pengajian  untuk  remaja  muslim,  dapat  dioptimalkan  untuk
mengarahkan perilaku anak agar sesuai dengan harapan masyarakat.
2.5.2.  Analisis  Faktor  Penyebab  Kenakalan  Anak  dalam  Perspektif Ekosistem
Anak nakal merupakan salah satu masalah sosial yang mendapat perhatian cukup  serius  dari  pemerintah.  Masalah  sosial  tidak  muncul  dengan  sendirinya
tetapi  karena  adanya  sebab.    Penyebab  masalah  ini  biasanya  tidak  tunggal  dan terjadi  karena  adanya  sesuatu  yang  salah  dalam  proses  interaksi  antara  individu
dengan  lingkungan  sosialnya.  Dengan  kata  lain  penyebab  masalah  sosial  adalah suatu  hal  yang  bersifat  sistemik,  sehingga  perlu  dilakukan  pencegahan  secara
sistematis. Analisis  terhadap  faktor-faktor  penyebab  kenakalan  dilakukan  dengan
menggunakan  perspektif  ekosistem.  Hal  ini  merupakan  kombinasi  antara perspektif  ekologi  dengan  teori  sistem.  Perspektif  ini  memfokuskan  interaksi
antara sub-sub sistem dengan lingkungan sosialnya.  Beckert and Johnson 1995 dan  Kirst-Ashman  2000  seperti  dikutip  Zastrow  2004  mendefinisikan  teori
ekosistem sebagai berikut : ”systems thoery used to describle and analyze people and  other  living  systems  and  their  transactions”
Zastrow,  2005:7.    Pernyataan tersebut  menjelaskan  bahwa  teori  ekosistem  merupakan  sistem  teori  yang
digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa orang-orang dan sistem  yang ada di sekitarnya serta transaksi diantara orang dengan sistem tersebut.
Menurut teori ekosistem bahwa : a.  Setiap  individu  memiliki  kemampuan  untuk  beradaptasi  dan  akan
berfungsi  secara  lebih  baik  apabila  berada  dalam  suatu  lingkungan  atau setting tertentu, dari pada ketika berada seorang diri
b.  Ekosistem bersifat dinamis, setiap anggotanya secara perlahan namun pasti mengalami perubahan menyesuaikan dengan lingkungannya
22 Berdasarkan  asumsi  tersebut,  perilaku  yang  ditampilkan  oleh  individu
dipengaruhi  oleh  kemampuannya  dalam  berinteraksi  dengan  sistem-sistem  lain dalam  lingkungan  sosialnya.  Dengan  demikian  perilaku  nakal  pada  anak
merupakan  hasil  dari  proses  interaksi  tersebut.    Dalam  hal  ini  terdapat  dua kemungkinan  sehingga  memunculkan  perilaku  nakal  pada  anak.    Kemungkinan
pertama  adalah  adanya  kegagalan  anak  dalam  melakukan  adaptasi  terhadap lingkungan,  sehingga  anak  tidak  mampu  menampilkan  peran  sesuai  dengan
harapan  lingkungan  sosialnya  akhirnya  perilakunya  menyimpang  dari  norma- norma yang berlaku pada lingkungan sosial tersebut.
Kemungkinan  kedua  adalah  adanya  disorganisasi  sosial  pada  lingkungan sosial dimana anak berinteraksi.  Disorganisasi sosial ini menyebabkan beberapa
fungsi lingkungan sosial, terutama fungsi sosialisasi dan fungsi kontrol sosial dari lingkungan sosial tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.  Hal ini sebagaimana
disampaikan  oleh  Eitzen  1986  dalam  Masngudin  2004  bahwa  lingkungan masyarakat yang buruk akan menyebabkan seseorang berpeilaku buruk. Ini dapat
terjadi karena pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikatnya.
Lingkungan sosial yang terdekat dengan anak adalah keluarga, kemudian yang lebih luas adalah teman bermain, teman di sekolah dan teman di lingkungan
ketetanggaan.  Lingkungan  inilah  akan  turut  membentuk  perilaku  yang  akan ditampilkan  oleh  seorang  anak  dalam  kehidupan  sehari-hari,  deengan  demikian
agar anak nantinya dapat menampilkan perilaku yang pro-sosial, maka lingkungan sosial  tersebut  harus  dapat  menjalankan  fungsinya  dengan  baik  dan  memberikan
tempat yang dapat mendukung perkembangan anak secara optimal.
2.5.3. Hak-Hak Anak