16 Di Indonesia, istilah yang digunakan adalah anak nakal dan anak yang
berhadapan dengan hukum. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak yang berkonflik dengan hukum sebagai anak yang termasuk pada kategori anak nakal,
pelaku tindak pidana yang berdasarkan hasil penyelidikanpemeriksaan aparat penegak hukum membutuhkan pembinaan di panti sosial anak, sedangkan anak
nakal menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pasal 1 ayat 2 didefenisikan sebagai :
”Anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan
perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan”
Pemberian sebutan anak nakal sebenarnya merupakan hukuman yang sudah diberikan sebelum anak yang bersangkutan menjalani proses hukum, yaitu berupa
pemberian label atau sebutan sebagai ”anak nakal”. Dalam UU No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dikatakan bahwa seorang anak yang sudah berusia 8
tahun sudah dapat dimintai pertanggungjawaban hukum atas perbuatannya. Batasan usia minimal ini jelas sangat memberatkan anak, karena pada usia
tersebut anak baru memasuki usia sekolah. Dimana pada usia tersebut, seorang anak semestinya baru mulai mendapatkan pendidikan formal untuk bekal
kemampuan kognisinya, dan juga dilakukan penanaman nilai-nilai yang berlaku secara umum.
2.5.1. Tipe Kenakalan Anak
Kenakalan pada anak tidak berlangsung dalam keterisolasian, tetapi terjadi dalam konteks antar personal dan sosio kultural. Oleh karenanya kenakalan anak
bersifat organismis, psikis, interpersonal, antar personal dan budaya Kartono, 2006. Sehubungan dengan sifat-sifat tersebut, Kartono 2006 membagi
kenakalan anak dalam 4 kelompok yaitu : b. Delikuensi individual
Kenakalan yang dilakukan individu dengan ciri-ciri khas jahat, biasanya disebabkan oleh adanya penyimpangan perilaku psikopat, psikotis, neurotis,
17 a-sosial. Pelaku kenakalan tipe ini biasanya memiliki kelainan jasmaniah dan
mental yang dibawa sejak lahir. Kenakalan yang mereka lakukan cenderung berupa tindak kriminal dan kekejaman yang dilakukan tanpa motif apapun.
c. Delikuensi situasional Tipe kenakalan ini dilakukan oleh anak normal, yang menerima pengaruh
yang sangat kuat dari lingkungan dan situasi sosial disekitarnya. Pengaruh tersebut bersifat memaksa dan menekan individu sehingga membentuk
perilaku buruk. Sebagai hasilnya anak yang seperti ini suka menampilkan perilaku melanggar aturan, norma sosial dan hukum formal. Interaksi yang
terus menerus antara anak dengan situasi dan kondisi lingkungan yang buruk akan memperkuat perilaku nakal pada remaja. Pada situasi seperti ini
kenakalan akhirnya dipandang sebagai sesuatu yang wajar diterima oleh lingkungan sosialnya. Bentuk kenakalan seperti tawuran antar pelajat atau
antar kampung, pesta minuman keras atau narkoba yang dilakukan bersama- sama teman sebaya merupakan contoh dari delikuensi situasional.
Delikuensi situasional merupakan jenis delikuensi yang paling mudah menular kepada anak secara meluas, sehingga masalah ini dapat menjadi
masalah sosial yang serius. Untuk mengatasi hal ini Kartono 2006 menyarankan untuk melakukan reorganisasi secara mendasar terhadap :
1 Struktur kejiwaan anak-anak remaja dengan bantuan proses pendidikan 2 Struktur sosial masyarakatnya lewat pendidikan preventif, represif
penekanan dan punitif hukuman, dan 3 Penataan ulang terhadap kebudayaan bangsa
d. Delikuensi sistematis Tipe kenakalan ini merupakan kenakalan yang dioganisir dalam bentuk
geng . Pengorganisasian perilaku tersebut disertai dengan aturan tertentu,
status formal, peranan tertentu, nilai-nilai dan norma tertentu, rasa kebanggaan dan moral delikuen yang berbeda dengan yang berlaku pada umumnya.
Semua bentuk kenakalan tersebut dirasionalisasi dan dibenarkan sendiri oleh seluruh anggota geng.
18 Peraturan yang dibuat dalam geng tersebut biasanya sangat keras
dengan sanksi hukuman yang berat, bertujuan untuk menegakkan kepatuhan anggota. Geng biasanya cenderung memiliki tujuan organisasi, wilayah
operasi, ritual-ritual tertentu, kode-kode rahasia dan nama organisasi yang eksklusif yang bertujuan untuk menegakkan gengsi organisasinya. Bentuk
perilaku kenakalan yang menjurus kriminal dan anarkis seperti yang dilakukan oleh beberapa geng motor di Kota Bandung merupakan salah satu contoh
delikuensi sistematis. e. Delikuensi kumulatif
Tipe ini merupakan bentuk kenakalan anak yang terjadi secara meluas ditengah
masyarakat, sehingga
memunculkan adanya
fenomena disorganisasidisintegrasi sosial dengan ciri yang mencolok yaitu terbentuk
sub kultur delikuen di tengah kebudayaan suatu masyarakat. Delikuensi kumulatif biasanya paling mudah terjadi pada wilayah-wilayah dengan
pemukiman yang terlalu padat, terjadi melalui suatu proses intimidasi maupun paksaan dari orang dewasa. Perilaku delinkuen yang membudaya di tengah
masyarakat ini menurut Kartono 2006 memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1
Mengandung banyak dimensi ketegangan syaraf, kegelisahan batin dan keresahan hati pada para remaja, yang kemudian disalurkan atau
dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresivitas tidak terkendali
2 Merupakan adolescence revolt pemberontakan adolesensi terhadap
kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa, dalam usaha mereka menemukan indentitas-diri lewat tingkah laku yang melanggar norma
sosial dan hukum
3 Banyak terdapat penyimpangan seksual disebabkan oleh penundaan
saat kawin jauh sesudah kematangan biologis, antara lain berupa promiskuitas, cinta bebas dan seks bebas, ”kumpul kebo”, perkosaan
seksual, pembunuhan berlatarkan motivasi seks.
4 Banyak terdapat tindak ekstrim radikal yang dilakukan oleh para
remaja yang menggunakan cara-cara kekerasan, pembunuhan, zibaku, tindak bunuh-diri, meledakka bom dan dinamit, penculikan,
penyanderaan, dan lain-lain
Gunarsa 1988 melakukan pengelompokkan kenakalan anak dari segi hukum, dimana berkaitan dengan norma-norma hukum, yang meliputi :
19 1
Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai
pelanggaran hukum. Jenis kenakalan ini antara lain berupa berbohong, membantah perintah orang tua karena tidak mau diatur
oleh orang tua, berkelahi, meninggalkan rumah dan tinggal bersama dengan beberapa orang teman sebaya
2 Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian
sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku, sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan oleh orang dewasa. Jenis
ini berupa beberapa kenakalan yang merupakan tindakan kriminal yang cenderung pada penganiayaan, dan tindakan mengganggu
ketertiban umum merupakan beberapa contoh kenakalan yang menjurus kearah kriminal
Lebih lanjut Jensen 1985 seperti dikutip oleh Sarwono 2007, membagi kenakalan anak menjadi empat jenis, yaitu :
a Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain :
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain b
Kenakalan yang menimbulkan korban materi : perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain
c Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang
lain : pelacuran, penyalahgunaan obat, melakukan hubungan seks sebelum nikah
d Kenakalan yang melawan status, misanya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, menghindari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah
mereka dan sebagainya
Berdasarkan jenis-jenis kenakalan yang disampaikan oleh Jensen tersebut, kenakalan anak dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu
kenakalan yang berupa pelanggaran hukum dan kenakalan berupa pelanggaran status. Kenakalan dalam bentuk pelanggaran hukum merupakan jenis
kenakalan pada point a,b dan c. Ketiga jenis kenakalan tersebut diatur dalam hukum dan akan dikenakan sanksi hukum apabila dilakukan, sedangkan
kenakalan dalam bentuk pelanggaran status bukan termasuk perbuatan melanggar hukum karena pelanggaran tersebut dilakukan pada lingkungan
keluarga dan sekolah, dimana tidak diatur secara rinci dalam hukum. Dengan demikian jenis kenakalan ini tidak dapat dikenakan sanksi atau tindakan
hukum.
20 Sementara itu Sunarwiyati 1985 seperti dikutip oleh Masngudin
2004 mengelompokkan
kenakalan anak
berdasarkan bentuknya.
Pengelompiokkan ini dilakukan secara bertingkat yang dimulai dari tingkat ringan menuju ke tingkat yang berat. Bentuk-bentuk kenakalan anak menurut
Sunarwiyati meliputi : 1
Kenakalan biasa, merupakan jenis kenakalan yang paling banyak dilakukan oleh remaja. Kenakalan jenis ini cenderung tidak memiliki
dampak yang terlalu berbahaya bagi anak dan tidak meresahkan kentraman umum. Bentuk kenakalan biasa antara lain berkelahi,
membolos sekolah, keluyuran, begadang sampai larut malam, dan pergi dari rumah tanpa memberitahu pada orang tua
2 Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, merupakan
jenis kenakalan yang sudah mendekati tindakan kriminal. Jenis kenakalan ini bila tidak segera mendapatkan penanganan dan perhatian
yang baik dari orang tua akan memudahkan anak untuk menjadi pelaku tindakan kriminal. Bentuk kenakalan ini meliputi pelanggaran aturan
berlalu-lintas dengan mengendarai kendaraan bermotor tanpa memiliki SIM, mencuri barang-barang milik orang tua, mencuri buah-buahan
milik tetangga, termasuk mencuri sandal atau sepatu milik teman bermain.
3 Kenakalan khusus, merupakan jenis kenakalan yang sudha berkaitan
dengan tindakan kriminal. Bentuk kenakalan ini antara lain terlibat dalam pengedaran dan penyalahgunaan narkotika, melakukan
perusakan fasilitas umum, mencuri, memperkosa, melakukan hubungan seks di luar nikah dan lain-lain
Memperhatikan pada pengelompokkan kenakalan anak oleh anak di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung termasuk
jenis kenakalan biasa dan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan. Bentuk-bentuk kenakalan tersebut masih memungkinkan untuk
ditangani melalui musyawarah warga untuk ditangani melalui keluarga,
21 sebagai tempat terbaik membentuk perilaku anak. Selain itu upaya
pembinaan terhadap anak melalui kegiatan-kegiatan kepemudaan yang ada, misalnya pengajian untuk remaja muslim, dapat dioptimalkan untuk
mengarahkan perilaku anak agar sesuai dengan harapan masyarakat.
2.5.2. Analisis Faktor Penyebab Kenakalan Anak dalam Perspektif Ekosistem