Konsep Revitalisasi Kerangka Pemikiran Teoritis

17 Tahapan pemodelan dalam penelitian ini merupakan kombinasi antara pendapat Sterman 2000 dengan pendapat Manetsch dan Park 1977 dalam Hartrisari 2007. Sterman 2000 merumuskan proses pemodelan menjadi lima tahapan yaitu: 1. Perumusan masalah Tahapan perumusan masalah mencakup pemilihan tema, variabel kunci, waktu dan pendefinisian permasalahan dinamis. Pemilihan tema harus memperhatikan permasalahan yang melatarbelakangi dan mengapa permasalahan tersebut terjadi. Variabel kunci yaitu mencakup konsep dan variabel kunci apa yang harus dipertimbangkan. Waktu yaitu seberapa jauh rentang waktu di masa depan dan masa lalu yang akan diperhatikan. Sementara pendefinisian permasalahan dinamis mencakup perilaku variabel kunci di masa lalu dan prediksi perilaku variabel tersebut di masa yang akan datang. 2. Formulasi hipotesis Tahapan formulasi hipotesis mencakup penurunan hipotesis awal, endogenous focus dan pemetaan. Penurunan hipotesis awal didasarkan kepada teori terbaru yang dilanjutkan dengan endogenous focus. Pada tahap endogenous focus dilakukan perumusan hipotesis dinamis yang menjelaskan dinamika sebagai konsekuensi endogen dari struktur umpan balik. Sementara pada tahap pemetaan akan dibuat causal structure yang didasarkan kepada hipotesis awal, variabel kunci, referensi dan data lainnya yang tersedia dengan menggunakan model boundary diagrams, subsystem diagrams, causal loop diagrams, stock and flow maps, policy structure diagrams dan alat lainnya. 3. Perumusan model simulasi Tahapan perumusan model simulasi meliputi spesifikasi, estimasi dan pengujian. Spesifikasi yang dimaksud meliputi spesifikasi struktur dan aturan. Estimasi yang dimaksud meliputi estimasi parameter, hubungan perilaku dan kondisi awal. Sementara pengujian dilakukan untuk menguji konsistensi terhadap tujuan dan batasan yang telah ditetapkan. 4. Pengujian Tahapan pengujian meliputi perbandingan dengan model referensi, ketahanan di bawah kondisi ekstrim dan sensitivitas. Perbandingan dengan model referensi ditujukan untuk mengetahui apakah model mereproduksi perilaku masalah dengan cukup baik sesuai dengan tujuan. Ketahanan di bawah kondisi ekstrim ditujukan untuk mengetahui apakah model berperilaku realistis ketika dihadapkan pada kondisi ekstrim. Sementara sensitivitas ditujukan untuk mengetahui bagaimana model berperilaku atas ketidakpastian parameter, kondisi awal dan agregrasi. 5. Desain kebijakan dan evaluasi Tahapan desain kebijakan dan evaluasi meliputi spesifikasi skenario, desain kebijakan, what if analysis, analisis sensitivitas dan interaksi kebijakan. Spesifikasi skenario yaitu pembahasan mengenai kondisi lingkungan yang mungkin terjadi. Desain kebijakan meliputi pembahasan mengenai struktur, aturan dan strategi baru yang mungkin terjadi di dunia nyata dan bagaimana hal hal tersebut bisa terwakili ke dalam model. What if analysis yaitu analisa untuk melihat bagaimana dampak dari suatu kebijakan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat seberapa kuat rekomendasi kebijakan yang diberikan di bawah skenario yang berbeda dan ketidakpastian yang terjadi. Sementara interaksi 18 kebijakan digunakan untuk melihat apakah kebijakan saling berinteraksi dan apakah terdapat sinergi atau respon yang saling melengkapi. Mulai Analisis Formulasi Identifikasi Pemodelan Verifikasi dan Validasi Gambar 5 Tahapan pendekatan sistem Sumber: Manetsch dan Park dalam Hartrisari 2007 Gambar 5 merupakan gambar tahapan pendekatan sistem. Manetsch dan Park 1977 dalam Hartrisari 2007 merumuskan tahapan pendekatan sistem ke dalam 6 tahapan yaitu: 1. Analisis kebutuhan Pengkajian suatu sistem diawali dengan analisis kebutuhan. Pada tahap ini diidentifikasi kebutuhan kebutuhan dari masing masing pelaku stakeholders sebagai dasar pertimbangan dalam memahami sistem yang dikaji. Setiap pelaku sistem memiliki kebutuhan yang berbeda beda yang dapat mempengaruhi kinerja sistem, dimana masing masing pelaku berharap agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika mekanisme sistem tersebut dijalankan. Tahapan analisis kebutuhan ini sangat penting untuk dilakukan karena apabila pelaku merasa bahwa mekanisme sistem tidak dapat mengakomodasi kebutuhannya, maka pelaku sebagai komponen sistem tidak mau atau tidak akan menjalankan fungsi secara optimal sehingga mengakibatkan kinerja sistem terganggu. 2. Formulasi masalah Kebutuhan yang sinergis antar semua pelaku sistem tidak akan menimbulkan permasalahan dalam pencapaian tujuan sistem karena semua pelaku menginginkan kebutuhan tersebut. Sebaliknya permasalahan akan muncul jika Implementasi Selesai