27 Diagram sebab akibat ini digunakan untuk menggambarkan keterkaitan
hubungan antar elemen dalam sistem industri GKP. Apabila penambahan pada satu variabel menyebabkan penambahan pada variabel lain maka hubungan
tersebut bersifat positif. Sementara apabila penambahan pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada variabel lain maka hubungan tersebut bersifat
negatif.
4.2.4 Formulasi Model
Formulasi model dilakukan dengan menggambarkan stock and flow diagram. Selanjutnya permasalahan pergulaan akan dirumuskan ke dalam bentuk
matematis yang dapat mewakili sistem nyata industri gula Indonesia. Fokus utama model dalam penelitian ini adalah ketersediaan GKP nasional, dimana model
tersebut memiliki empat sub model yaitu sub model penyediaan bahan baku, sub model pengolahan, sub model kebutuhan dan sub model perdagangan.
a.
Sub Model Penyediaan Bahan Baku Submodel penyediaan bahan baku merupakan subsistem usahatani dalam
industri gula yang melibatkan petani dan pabrik gula dalam bentuk kemitraan. Tujuan pengamatan terhadap submodel ini adalah untuk mengetahui perilaku
penyediaan tebu sebagai bahan baku GKP. Submodel ini dipengaruhi oleh berbagai variabel antara lain produksi tebu, luas areal tebu, susut dan
produktivitas tebu.
Luas areal tebu adalah luas lahan yang ditanami tebu Ha. Luas areal tebu memiliki hubungan yang positif dengan produksi tebu, dengan demikian memiliki
hubungan yang positif pula dengan produksi GKP. Semakin tinggi luas areal tebu maka semakin tinggi produksi tebu yang dihasilkan, sehingga semakin banyak
tebu yang tersedia sebagai bahan baku pembuatan gula. Luas areal tebu terbagi dua berdasarkan status pengusahaan yaitu luas lahan yang dimiliki oleh swasta
atau perkebunan besar swasta PBS dan luas lahan yang dimiliki oleh BUMN atau perkebunan besar negara PBN. Luas areal tersebut sudah termasuk luas
lahan tebu perkebunan rakyat PR yang menggilingkan tebunya ke pabrik gula.
Di sisi lain luas areal tebu dipengaruhi oleh pembukaan lahan. Semakin tinggi luas areal tebu maka semakin tinggi peluang adanya pembukaan lahan dan
semakin tinggi pembukaan lahan maka semakin tinggi pula luas areal tebu. Keduanya memiliki hubungan feedback positif. Luas areal tebu juga dipengaruhi
oleh konversi lahan. Semakin tinggi luas areal tebu maka semakin tinggi peluang terjadinya konversi lahan lahan dan semakin tinggi konversi lahan maka semakin
rendah luas areal tebu. Keduanya memiliki hubungan feedback negatif. Gabungan antara laju pembukaan lahan dan laju konversi lahan akan menghasilkan laju
pertumbuhan lahan. Laju pertumbuhan lahan yang positif mengindikasikan bahwa laju pembukaan lahan lebih tinggi dari laju konversi lahan, sebaliknya laju
pertumbuhan lahan yang negatif mengindikasikan bahwa laju pembukaan lahan lebih rendah dari laju konversi lahan.
Produktivitas tebu adalah banyaknya tebu yang dihasilkan per hektar tonha. Produktivitas tebu memiliki hubungan yang positif dengan produksi tebu,
dengan demikian memiliki hubungan yang positif pula dengan produksi GKP. Semakin tinggi produktivitas tebu maka semakin tinggi produksi tebu yang
dihasilkan atau semakin banyak tebu yang tersedia sebagai bahan baku pembuatan
28 gula. Produktivitas tebu terbagi dua berdasarkan status pengusahaan yaitu
produktivitas tebu PBN dan PBS. Susut memiliki hubungan yang negatif dengan produksi tebu, dengan
demikian memiliki hubungan yang negatif pula dengan produksi GKP. Semakin tinggi susut maka semakin rendah produksi tebu yang siap untuk digiling atau
semakin sedikit tebu yang tersedia sebagai bahan baku pembuatan gula. Data susut diperoleh dari hasil penelitian tahun 2003 yang besarnya 0,98 persen dari
produksi BKP, 2002 dalam Supriyati, 2011.
Tabel 3 Asumsi yang digunakan pada submodel penyediaan bahan baku
No Variabel Definisi
operasional Unit Nilai
Sumber data
1 Luas_lhn_ PBN
Jumlah luas areal tebu yang diusahakan oleh PBN
pada tahun 2010 di Indonesia
ha 278 155.5
DGI 2012
2 Fraksi_pertum buhan_lhn_
PBN Tingkat laju pertumbuhan
luas areal tebu per tahun yang diusahakan oleh PBN
periode 2005-2010 di Indonesia
thn 1.44 DGI
2012
3 Goal_lhn_ PBN
Target luas lahan PBN maksimum
ha 312 100.6 Kementan
2010 4 Lj_pertumbu
han_lhn_PBN Jumlah penambahan luas
areal tebu yang diusahakan oleh PBN per tahun di
Indonesia ha thn
IFLuas_lhn_PB NGoal_lhn_PB
N,Fraksi_pertu mbuhan_lhn_PB
NLuas_lhn_PB N,-Luas_lhn_
PBN-Goal_lhn_ PBNFraksi_
tahun,0hayr Hasil
perhitungan
5 Produktivitas_ PBN
Produktivitas tebu PBN merupakan rasio antara
produksi dan luas areal pada tahun 2010 di
Indonesia tonha 80.32
DGI 2012
6 Fraksi_pertum buhan_
prdktvts_PBN Tingkat laju pertumbuhan
produktivitas tebu per tahun yang diusahakan
oleh PBN periode 2005- 2010 di Indonesia
thn -0.36 DGI
2012
7 Lj_pngktn_ prdktvts_PBN
Jumlah peningkatan produktivitas tebu PBN di
Indonesia tonha
thn ’Produktivitas_
PBN’’Fraksi_ pertumbuhan_
prdktvts_PBN’ Hasil
perhitungan
8 Produksi_tebu _PBN
Jumlah produksi tebu yang dihasilkan PBN di
Indonesia ton ’Luas_lhn_PBN
’’Produktivitas _PBN’
Hasil perhitungan
29 Tabel 3 Lanjutan
No Variabel Definisi
operasional Unit
Nilai Sumber
data
9 Luas_lhn_ PBS
Jumlah luas areal tebu yang diusahakan oleh PBS pada
tahun 2010 di Indonesia ha
154 559 DGI 2012
10 Fraksi_pert umbuhan_
lhn_ PBS
Tingkat laju pertumbuhan luas areal tebu per tahun yang
diusahakan oleh PBS periode 2005-2010 di Indonesia
thn 5.16 DGI
2012
11 Goal_lhn_ PBS
Target luas lahan PBS maksimum
Ha 379 062.5
Kementan 2010
12 Lj_pertum buhan_lhn
_PBS Jumlah penambahan areal
yang diusahakan PBS per tahun
ha thn
IFLuas_lhn_PBS Goal_lhn_PBS,
Fraksi_pertumbu han_lhn_PBSLu
as_lhn_PBS,- Luas_lhn_
PBS-Goal_lhn_ PBSFraksi
tahun,0hayr Hasil
perhitungan
13 Produktivi tas_PBS
Produktivitas tebu PBS merupakan rasio antara
produksi dan luas areal pada tahun 2010
ton ha
84.87 DGI 2012
14 Fraksi_per tumbuhan_
prdktvts_ PBS
Tingkat laju pertumbuhan produktivitas tebu per
tahunyang diusahakan oleh PBS periode 2005-2010 di
Indonesia thn 1.56
DGI 2012
15 Lj_pngktn _prdktvts_
PBS Jumlah peningkatan
produktivitas tebu PBS ton
ha thn
’Produktivitas_ PBS’’Fraksi_
pertumbuhan_ prdktvts_PBS’
Hasil perhitungan
16 Produksi_ tebu_PBS
Jumlah produksi tebu yang dihasilkan oleh PBS
ton ’Luas_lhn_PBS’ ’Produktivitas_
PBS’ Hasil
perhitungan
17 Fraksi_su sut
Persentase tebu yang hilang terhadap produksi tebu
thn 0.98 BKP
2002 dalam
Supriyati 2011
18 Susut
Jumlah tebu yang hilang ton
thn ’Fraksi_susut’
’Produksi_tebu’ Hasil
perhitungan 19 Produksi_
tebu Jumlah produksi tebu yang
dihasilkan oleh PBN dan PBS ton ’Produksi_tebu_
PBN’+’Produksi_ tebu_PBS’
Hasil perhitungan
20 Total_pro duksi_tebu
Jumlah produksi tebu yang dihasilkan oleh PBN dan PBS
setelah memperhitungkan susut
ton ’Produksi_tebu’- ’Susut’
Hasil perhitungan
21 Luas_lhn_ total
Jumlah luas areal tebu yang diusahakan oleh PBN dan PBS
ha ’Luas_lhn_PBN’+ ’Luas_lhn_PBS’
Hasil perhitungan
30 Gambar 9 menunjukkan struktur sub model penyediaan bahan baku.
Sementara Tabel 3 menunjukkan asumsi yang digunakan pada submodel penyediaan bahan baku.
Luas_lhn_PBS Lj_pertumbuhan_lh
n_PBS
Luas_lhn_PBN Lj_pertumbuhan_lh
n_PBN Produksi_tebu_PBS
Produksi_tebu_PBN Fraksi_pertumbuha
n_lhn_PBS
Fraksi_pertumbuha n_lhn_PBN
Produksi_tebu Total_produksi_teb
u Susut
Fraksi_susut
Init_luas_lhn_PBN Init_luas_lhn_PBS
Prdktvts_PBS Lj_pngktn_prdktvts
_PBS Fraksi_pertumbuha
n_prdktvts_PBS Init_prdktvts_PBS
Produktivitas_PBN Lj_pngktn_prdktvta
s_PBN Fraksi_pertumbuha
n_prdktvts_PBN Init_prdktvts_PBN
Luas_lhn_total Fraksi tahun
Fraksi_tahun Goal_lhn_PBS
Goal_lhn_PBN
Gambar 9 Struktur sub model penyediaan bahan baku