68 sebesar 32.42 persen, artinya bila rendemen dinaikkan satu persen akan
menaikkan ketersediaan GKP nasional sebesar 32.42 persen. Peubah yang juga mempengaruhi ketersediaan GKP nasional dengan kategori very sensitive adalah
produktivitas sebesar 16.23 persen, artinya bila produktivitas dinaikkan satu persen akan menaikkan ketersediaan GKP nasional sebesar 16.23 persen.
Sementara luas areal merupakan peubah yang memiliki sensitivitas paling rendah sebesar 5.54 persen dengan kategori sensitive, artinya bila luas areal dinaikkan
satu persen akan menaikkan ketersediaan GKP nasional sebesar 5.54 persen.
Tabel 10 Sensitivitas perubahan peubah kunci ketersediaan GKP nasional No
Perubahan 1 Dari PeubahParameter
Perubahan Terhadap Ketersediaan GKP Nasional
1 Luas Areal
5.54 2 Produktivitas
16.23 3 Rendemen
32.42 4 Penduduk
36.80 Secara umum dapat disimpulkan bahwa peubah yang paling mempengaruhi
ketersediaan GKP berdasarkan hasil analisis sensitivitas adalah rendemen dan penduduk. Kedua peubah tersebut merupakan parameter penting dalam
menentukan skenario kebijakan swasembada GKP, karena dalam simulasi model, parameter yang sensitive adalah jenis parameter yang dapat mencapai tujuan
goal dalam periode waktu tertentu.
6.6 Strategi Pencapaian Swasembada GKP
Berdasarkan hasil analisis dampak kebijkan RIGN, skenario peningkatan rendemen sebesar 1.41 persen per tahun merupakan skenario yang mampu
membuat Indonesia mencapai swasembada GKP pada tahun 2014. Sementara berdasarkan analisis kebijakan alternatif, gabungan skenario peningkatan
rendemen sebesar 1.41 persen dan penurunan pertumbuhan penduduk menjadi 1.30 persen per tahun mampu membuat Indonesia mencapai swasembada GKP
pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan peubah rendemen dan penduduk merupakan peubah yang sensitif berpengaruh terhadap kinerja model berdasarkan hasil
analisis sensitivitas. Oleh karena itu perlu diupayakan kebijakan yang dapat menunjang peningkatan rendemen dan penurunan pertumbuhan penduduk.
Strategi kebijakannya adalah sebagai berikut:
6.6.1 Strategi Pencapaian Swasembada GKP Sisi Penyediaan
Dalam upaya meningkatkan daya saing industri atau ekspor gula, mutlak diperlukan peningkatan produktivitas dan efisiensi di tingkat usahatani melalui
peningkatan rendemen tebu menjadi gula Asmarantaka 2012 sebagai strategi pencapaian swasembada GKP dari sisi penyediaan. Rendemen merupakan bentuk
efisiensi pengolahan tebu mulai dari usahatani hingga proses produksi di pabrik Susilohadi et al. 2012. Pada prinsipnya peningkatan rendemen dilaksanakan
69 dengan cara meningkatkan gula yang dapat diperoleh pada tebu di meja giling dan
menurunkan kehilangan gula selama prosesing tebu menjadi gula P3GI 2008. Dalam prosesnya rendemen yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh
keadaan tanaman dan lingkungan tumbuhnya serta proses penggilingan di pabrik Soemarno 2010. Oleh karena itu, upaya peningkatan rendemen harus dilakukan
secara bersama sama baik dari sisi on farm maupun off farm, seperti Gambar 44 berikut ini:
Gambar 44 Strategi peningkatan rendemen Peningkatan efisiensi pabrik dapat dicapai melalui optimasi kapasitas giling
dan menjaga kelancaran giling. Sementara optimasi kapasitas giling tidak akan tercapai jika tidak ada keseimbangan antara pasokan bahan baku tebu dan
kapasitas giling pabrik. Peningkatan pasokan bahan baku yang tidak diimbangi oleh peningkatan kapasitas giling akan menyebabkan tebu terlambat digiling
sehingga rendemen menjadi turun, sebaliknya peningkatan kapasitas giling yang tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan bahan baku tebu akan menyebabkan
terjadinya kompetisi antar pabrik gula dalam mendapatkan bahan baku. Pabrik gula yang kinerjanya kurang baik akan mengalami kekurangan bahan baku karena
petani akan lebih memilih menggilingkan tebu nya ke pabrik gula dengan kinerja yang lebih baik. Akibatnya pabrik gula tersebut akan bekerja di bawah
kapasitasnya yang berakibat tingginya jam henti giling, sehingga akan mempengaruhi efisiensi pabrik gula dan kualitas produk yang dihasilkannya. Oleh
karena itu, peningkatan efisiensi pabrik harus dilakukan secara bersama sama dengan peningkatan pasokan bahan baku. Peningkatan pasokan bahan baku dapat
dilakukan melalui penataan varietas untuk menghasilkan komposisi varietas yang seimbang antara masak awal, tengah dan akhir. Penataan varietas tidak dapat
dilakukan tanpa adanya pembibitan yang baik yang menghasilkan bibit yang benar, murni dan sehat. Penataan varietas ini baru akan membuahkan hasil berupa
rendemen yang tinggi jika diimbangi oleh penerapan baku teknis budidaya tebu yang benar. Namun meskipun pasokan bahan baku dan efisiensi pabrik telah sama
sama baik, rendemen akhir tidak akan tinggi tanpa dukungan manajemen tebang, muat dan angkut TMA yang baik. Manajemen TMA yang kurang baik akan
menyebabkan antrian tebu di emplasemen menjadi panjang, sehingga menyebabkan penurunan pol tebu yang berarti penurunan rendemen. Sementara