43
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
Produktivitas Gula
Tonha
Tahun
PR PBN
PBS Indonesia
Gambar 15 Produktivitas GKP Indonesia menurut status pengusahaan tahun 1995-2010
Sumber: Ditjenbun 2011 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenaikan produksi GKP selama
lima tahun terakhir terutama karena kenaikan produksi tebu yang disebabkan karena peningkatan luas areal. Produktivitas tebu dan rendemen justru mengalami
penurunan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hartono 2012 yang menyatakan bahwa selama ini peningkatan produksi gula hanya bertumpu pada
peningkatan luas lahan tebu. Upaya ini akan semakin sulit tercapai mengingat semakin terbatasnya lahan yang cocok untuk budidaya tebu.
Perkebunan tebu di Indonesia terpusat di tiga wilayah yaitu Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Pada tahun 2010 dari total luas areal tebu di Indonesia sebesar
63.58 persen berada di Jawa, 32.68 persen berada di Sumatera dan 3.74 persen berada di Sulawesi. Pada tahun yang sama, dari total produksi GKP di Indonesia,
sebesar 60.18 persen dihasilan oleh Jawa, 37.43 persen dihasilkan oleh Sumatera, dan 2.39 persen dihasilkan oleh Sulawesi Gambar 16.
37.43 32.68
60.18 63.58
2.39 3.74
20 40
60 80
100
Produksi Luas
Areal
Proporsi persen
Sumatera Jawa
Sulawesi
Gambar 16 Produksi GKP dan luas areal tebu di Indonesia berdasarkan wilayah tahun 2010
Sumber: Ditjenbun 2011
44
rakya 56.56
PBS 13.76
646 5 50.16
193 6 17.
Gambar
Secara um at. Apabila
6 persen pr sebesar 67
6 persen. S 528 atau 75
6 persen pro 621 ton atau
Gambar 1
500 1000
1500 2000
2500
Produksi GKP
ton
1000 2000
3000 4000
5000
Luas Areal
Tebu Ha
17 Perband pengusa
Sumber mum perkeb
dilihat dar roduksi teb
79 623 ton Sedangkan
5.43 persen oduksi tebu
u 86.60 per
18 Perband pengusah
Sumber:
0000 0000
0000 0000
0000
Sum
000 000
000 000
000
Suma
dingan prod ahaan tahun
r: Ditjenbun bunan tebu
ri status pe bu di Indon
atau 29.68 apabila dili
produksi te u di Sulawes
rsen produk
dingan luas a haan tahun
Ditjenbun
atera J
PR
atera Ja
PR
duksi tebu m n 2010
n 2011 u di Indone
ngusahaann nesia dihasil
persen dan ihat pada m
ebu di Suma si dihasilkan
ksi tebu di Ja
areal tebu m 2010
2011
Jawa S
Wilayah
PBN PBS
awa Su
Wilayah
PBN PBS
menurut prov
sia didomin nya, sebesar
lkan oleh P n PBN sebe
masing mas atera dan se
n oleh PBS awa dihasil
menurut pro
Sulawesi
h
S
ulawesi I
S
vinsi dan sta
nasi oleh p r 1 295 31
PR, disusul esar 315 17
sing provin ebesar 27 41
S. Sementara kan oleh PR
vinsi dan st
Indonesia
atus
perkebunan 9 ton atau
kemudian 74 ton atau
nsi, sebesar 12 ton atau
a sebesar 1 R Gambar
ndonesia
tatus
45 Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya sumbangan perkebunan
rakyat terhadap produksi GKP Indonesia adalah besarnya luas areal tebu yang dikuasai. Apabila dilihat dari status pengusahaannya, sebesar 275 908 ha atau
60.76 persen luas areal tebu di Indonesia dikuasai oleh PR, disusul kemudian PBS sebesar 110 062 ha atau 24.24 persen dan PBN sebesar 68 141 atau 15.01 persen.
Sedangkan apabila dilihat pada masing masing provinsi, sebesar 253 794 atau 87.91 persen luas areal tebu di Jawa dikuasai oleh PR, sebesar 103 417 ha atau
69.69 persen luas areal tebu di Sumatera dikuasai oleh PBS dan sebesar 10 386 atau 61.11 persen luas areal tebu di Sulawesi dikuasai oleh PBN Gambar 18.
5.1.2 Perkembangan Industri GKP di Indonesia
Apabila dilihat dari aspek off farm, salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan produksi GKP adalah pertumbuhan rendemen gula di Indonesia.
Pada Gambar 19 terlihat bahwa rendemen gula di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 rendemen gula di Indonesia
adalah sebesar 6.46 persen atau menurun sebesar 1.11 persen per tahun dari tahun 2000. Sementara pada periode lima tahun 2005-2010 penurunan rendemen gula
rata-rata adalah sebesar 1.67 persen per tahun.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
Rendemen
Tahun
Gambar 19 Perkembangan rendemen gula di Indonesia tahun 2000-2010 Sumber: DGI 2012 dan Ikagi dalam Arifin 2012
Nilai rendemen tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai pol tebu dan efisiensi pabrik. Sementara efisiensi pabrik merupakan gabungan antara efisiensi stasiun
gilingan dengan efisiensi stasiun pengolahan. Gambar 20 menunjukkan bahwa pada periode tersebut nilai pol tebu mengalami penurunan sebesar 0.76 persen per
tahun, sedangkan nilai efisiensi pabrik mengalami penurunan sebesar 0.26 persen per tahun. Penurunan nilai efisiensi pabrik disebabkan karena penurunan efisiensi
stasiun gilingan sebesar 0.09 persen per tahun dan penurunan efisiensi stasiun pengolahan sebesar 0.18 persen per tahun.
46
73.60 73.80
74.00 74.20
74.40 74.60
74.80 75.00
75.20 75.40
75.60
8.8 8.9
9 9.1
9.2 9.3
9.4 9.5
2004 2005
2006 2007
Efisiensi Pabrik
Pol Tebu
Tahun
Pol Tebu
Efisiensi Pabrik
Gambar 20 Perkembangan pol tebu dan efisiensi pabrik gula di Indonesia tahun 2004-2007
Sumber: P3GI 2007 Perkembangan industri gula juga bisa dinilai dari perkembangan kapasitas
terpasang exclusive dan kapasitas terpakai inclusive industri gula. Data DGI 2012 menunjukkan bahwa kapasitas terpakai industri gula Indonesia masih
rendah jika dibandingkan kapasitas terpasangnya. Pada tahun 2010, kapasitas terpasang industri gula adalah 229 285 ton tebu per hari atau meningkat sebesar
3.69 persen per tahun dari tahun 2005. Sementara kapasitas terpakai industri gula pada tahun 2010 adalah sebesar 198 232 atau meningkat sebesar 2.28 persen per
tahun. Sementara tingkat utilisasi kapasitas terpasang pada tahun 2010 adalah sebesar 84.28 persen dengan laju pertumbuhan yang menurun sebesar 1.18 persen
per tahun Gambar 21.
50000 100000
150000 200000
250000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Kapasitas Giling
ton tebu
per hari
Tahun
Kapasitas Terpasang
Kapasitas Terpakai
Gambar 21 Kapasitas terpasang dan terpakai industri gula Indonesia tahun
2005-2010 Sumber: DGI 2012
47 Laju
peningkata berhenti g
sebesar 14 persen per
jam berhe yang men
persen dar 16.65 per
Sementara mengalam
u peningkat an kapasita
giling terhad 4.37 persen
r tahun dar enti giling t
ngalami pen ri jam berh
rsen disebab a jam berhe
mi penurunan tan kapasita
as terpakai m dap jam gil
n dari jam ri tahun 200
tersebut leb ningkatan
henti di luar bkan karen
enti giling y n sebesar 2.
as terpasang menunjukka
ling. Jam b giling atau
04 yang ha bih banyak
sebesar 33 r pabrik ter
na hari libu yang disebab
.29 persen p g yang lebi
an adanya p erhenti gili
mengalam anya sebesa
disebabkan .16 persen
rsebut diseb ur dan sisan
bkan oleh s per tahun G
ih tinggi di peningkatan
ng pada tah mi peningkat
ar 12.2 pers n oleh seba
per tahun babkan kare
nya karena sebab di dal
Gambar 22 ibandingkan
n persentase hun 2007 a
tan sebesar sen. Pening
ab di luar p . Sebesar
ena kurang a penyebab
lam pabrik j .
n laju e jam
adalah r 8.16
gkatan pabrik
57.65 tebu,
lain. justru
Jam Henti
Giling Terhadap
Jam
Gambar
Ke konsumsi
adalah se dibanding
Pada perio persen pe
oleh ruma boga, sepe
r 22 Persen Sumb
5.2 Perk
eragaan keb GKP per ka
ebesar 2 62 gkan dengan
ode tersebu er tahun. K
ah tangga m erti rumah m
5 10
15 20
Giling
ntase jam h ber: P3GI 2
kembangan
butuhan GK apita dan ju
29 256 ton n konsumsi
ut terjadi pe Konsumsi te
maupun per makan, hote
2004
Sebab Dala
enti giling t 2007
n Keragaan
KP Indones umlah pendu
n. Jumlah GKP pada t
eningkatan ersebut mel
rmintaan kh el dan restor
2005
Ta
am Pabrik
terhadap jam
Kebutuha
sia tidak te uduk. Kons
ini mening tahun 2005
konsumsi G iputi konsu
husus yang ran Gamba
2006
ahun
Sebab di Lua
m giling tah
an GKP di I
erlepas dar sumsi GKP
gkat sebesa yaitu sebes
GKP rata-r umsi GKP
mencakup ar 23.
2007
ar Pabrik
hun 2004-20
Indonesia
ri perkemba pada tahun
ar 172 473 sar 2 629 25
rata sebesar secara lang
penyediaan
7
007
angan 2010
3 ton 56 ton.
r 1.28 gsung
n jasa
48
2500000 2550000
2600000 2650000
2700000 2750000
2800000 2850000
21000000 21500000
22000000 22500000
23000000 23500000
24000000
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Konsumsi GKP
ton
Penduduk Jiwa
Tahun
Jumlah Penduduk
Konsumsi
Gambar 23 Perkembangan konsumsi GKP dan jumlah penduduk tahun
2005-2010 Sumber: BKP 2010, DGI 2011 dan BPS 2012
Salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan konsumsi GKP adalah pertumbuhan Jumlah penduduk. Pada Gambar 23 terlihat bahwa jumlah penduduk
di Indonesia mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia adalah sebesar 237 641 000 jiwa atau meningkat
sebesar 1.57 persen per tahun dari tahun 2005 yang hanya sebesar 219 852 000 jiwa. Secara umum terlihat bahwa pertumbuhan konsumsi GKP lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk pada periode tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode tersebut terjadi penurunan konsumsi GKP per
kapita yaitu sebesar 0.36 persen per tahun. Konsumsi GKP per kapita pada tahun 2005 adalah sebesar 11.96 KgKapTahun, sedangkan pada tahun 2010 menurun
menjadi 11.79 KgKapTahun.
8.62 8.43
7.91 7.69
7.2 7.4
7.6 7.8
8 8.2
8.4 8.6
8.8
2007 2008
2009 2010
Konsumsi Rumah
Tangga
KgKapThn
Tahun
Gambar 24 Perkembangan konsumsi GKP per kapita rumah tangga tahun 2007-2010
Sumber: DGI 2012