Analisis Switching Value Model

69 dengan cara meningkatkan gula yang dapat diperoleh pada tebu di meja giling dan menurunkan kehilangan gula selama prosesing tebu menjadi gula P3GI 2008. Dalam prosesnya rendemen yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh keadaan tanaman dan lingkungan tumbuhnya serta proses penggilingan di pabrik Soemarno 2010. Oleh karena itu, upaya peningkatan rendemen harus dilakukan secara bersama sama baik dari sisi on farm maupun off farm, seperti Gambar 44 berikut ini: Gambar 44 Strategi peningkatan rendemen Peningkatan efisiensi pabrik dapat dicapai melalui optimasi kapasitas giling dan menjaga kelancaran giling. Sementara optimasi kapasitas giling tidak akan tercapai jika tidak ada keseimbangan antara pasokan bahan baku tebu dan kapasitas giling pabrik. Peningkatan pasokan bahan baku yang tidak diimbangi oleh peningkatan kapasitas giling akan menyebabkan tebu terlambat digiling sehingga rendemen menjadi turun, sebaliknya peningkatan kapasitas giling yang tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan bahan baku tebu akan menyebabkan terjadinya kompetisi antar pabrik gula dalam mendapatkan bahan baku. Pabrik gula yang kinerjanya kurang baik akan mengalami kekurangan bahan baku karena petani akan lebih memilih menggilingkan tebu nya ke pabrik gula dengan kinerja yang lebih baik. Akibatnya pabrik gula tersebut akan bekerja di bawah kapasitasnya yang berakibat tingginya jam henti giling, sehingga akan mempengaruhi efisiensi pabrik gula dan kualitas produk yang dihasilkannya. Oleh karena itu, peningkatan efisiensi pabrik harus dilakukan secara bersama sama dengan peningkatan pasokan bahan baku. Peningkatan pasokan bahan baku dapat dilakukan melalui penataan varietas untuk menghasilkan komposisi varietas yang seimbang antara masak awal, tengah dan akhir. Penataan varietas tidak dapat dilakukan tanpa adanya pembibitan yang baik yang menghasilkan bibit yang benar, murni dan sehat. Penataan varietas ini baru akan membuahkan hasil berupa rendemen yang tinggi jika diimbangi oleh penerapan baku teknis budidaya tebu yang benar. Namun meskipun pasokan bahan baku dan efisiensi pabrik telah sama sama baik, rendemen akhir tidak akan tinggi tanpa dukungan manajemen tebang, muat dan angkut TMA yang baik. Manajemen TMA yang kurang baik akan menyebabkan antrian tebu di emplasemen menjadi panjang, sehingga menyebabkan penurunan pol tebu yang berarti penurunan rendemen. Sementara 70 manajemen TMA yang baik ini sangat tergantung kepada penentuan awal giling yang tepat, dan penentuan awal giling yang tepat sangat tergantung kepada komposisi varietas yang baik. Berikut ini adalah penjelasan rinci langkah langkah yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan rendemen: 1. Penataan Varietas dan Pembibitan Penataan varietas dimulai dari perbaikan mutu bibit atas varietas unggul yang akan dikembangkan P3GI 2008, penggantian varietas unggul baru dengan melakukan bongkar ratoon dan melakukan penataan varietas sesuai dengan komposisi kemasakan yang ideal Susilohadi et al. 2012. Penggunaan benih unggul sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan rendemen Asmarantaka 2012. Salah satunya melalui penyelenggaraan kebun bibit secara benar dan terencana untuk menghasilkan bibit yang baik, yaitu bibit yang terjaga kebenaran varietas, kemurnian dan kesehatannya. Bibit yang sehat adalah bibit yang bebas dari serangan hama dan penyakit, khususnya harus bebas dari penyakit penyakit sistemik, seperti penyakit pembuluh RSD, mosaik, blendok leaf scald dan luka api smut. Berbagai teknologi penyediaan bibit sehat telah dikembangkan, antara lain metode perawatan air panas dan mikropropagasi. Pemakaian bibit yang sehat juga harus diikuti dengan pemakaian pisau pemotong bibit yang dioles disinfektan,seperti 20 lysol dan 70 alcohol P3GI 2008. Bibit yang murni adalah bibit yang bebas dari campuran varietas lain. Bibit yang murni akan menghasilkan tingkat pertumbuhan dan kemasakan yang seragam. Untuk mendapatan bibit yang murni, diperlukan teknik pencandraan varietas yang baik. Dengan mengenal karakter morfologi setiap varietas, maka upaya membuang campuran varietas lain pada tahap kebun bibit dapat dilakukan secara dini sehingga kemurnian bibit untuk tanaman tebu giling dapat dijamin. Penataan varietas dan pembibitan yang baik akan mempermudah penyusunan rencana tebang yang mengacu kepada kategori kemasakan sehingga diperoleh hasil tebu dengan tingkat rendemen tinggi P3GI 2008. Soemarno 2010 menambahkan bahwa optimalisasi rendemen yang dimulai dari kebun bibit merupakan perbaikan jangka panjang sehingga evaluasinya harus dilakukan dalam kurun waktu yang memadai. Perubahan teknologi melalui benih unggul dan mekanisasi diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan menghemat penggunaan sumberdaya input sehingga menggeser kurva produksi total ke atas Asmarantaka 2012. Nahdodin 1993 menyatakan bahwa pemakaian bibit yang murni dan bermutu mampu meningkatkan produksi sebesar 19, dengan peningkatan penerimaan pendapatan hampir dua kali tambahan biaya pengadaan bibit tersebut. 2. Penerapan Baku Teknis Budidaya Tebu Memelihara tanaman dengan baik sesuai dengan baku teknis budidaya tebu merupakan salah satu upaya meningkatkan rendemen Susilohadi et al. 2012. Penerapan baku teknis budidaya tebu yang menunjang peningatan rendemen antara lain melalui pengaturan waktu tanam, kebutuhan air, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit. Masa tanam yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya tebu. Keterlambatan waktu tanam akan berdampak signifikan terhadap penurunan produktifitas. Pemupukan terkait dengan keseimbangan neraca hara di dalam tanah. Pemupukan yang berimbang