14 strategis dalam operasionalisasi ketahanan pangan menurut Deptan 2006 yaitu
sebagai berikut: 1.
Terwujudnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga yang diindikasikan oleh adanya jaminan ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman,
bermutu dan bergizi seimbang.
2. Terjaminnya ketersediaan dan akses terhadap pangan secara merata dalam
rangka mewujudkan hak setiap warga negara atas kecukupan pangan secara layak, dan dapat mendukung stabilitas dan keberlanjutan pembangunan
perekonomian nasional.
3. Pemerintah dan masyarakat luas diharapkan dapat meningkatkan komitmen
dan kerjasamanya secara partisipatif dalam membangun ketahanan pangan yang mandiri dan berbasis pedesaan.
4. Urgensi komitmen bersama dalam memandang pangan bukan saja sebagai
komoditas ekonomi, tetapi juga sebagai komoditas strategis politis dan ekologis untuk mencapai ketahanan pangan dan keamanan nasional serta
kedaulatan bangsa.
3.1.2 Konsep Revitalisasi
Krisnamurthi 2006 merumuskan 3 definisi penting revitalisasi pertanian, yaitu sebagai berikut:
1. Revitalisasi pertanian merupakan kesadaran untuk menempatkan kembali
arti penting re-vital-isasi pertanian, perikanan dan kehutanan secara proporsional dan kontekstual. Secara proporsional pertanian memiliki arti
penting dalam posisinya bersama dengan bidang dan sektor lain dilihat dari perannya bagi kesejahteraan dan berbagai dimensi kehidupan masyarakat.
Arti penting pertanian juga dilihat secara kontekstual sesuai perkembangan masyarakat. Pertanian tidak dipentingkan hanya karena pertimbangan masa
lalu, tetapi karena pemahaman atas kondisi saat ini dan antisipasi masa depan dalam masyarakat yang mengglobal, semakin modern dan
menghadapi persaingan yang semakin ketat.
2. Revitalisasi pertanian merupakan usaha, proses dan kebijakan untuk
menyegarkan kembali daya hidup pertanian, memberdayakan kemampuannya, membangun daya saingnya, meningkatkan kinerjanya serta
mensejahterakan pelakunya, terutama petani, nelayan dan petani hutan sebagai bagian dari usaha untuk mensejahterakan seluruh rakyat.
3. Revitalisasi pertanian adalah strategi dan alat untuk meningkatkan
kesejahteraan, tetapi pada saat yang sama juga merupakan tujuan yang harus dicapai a mean and an end of its own setidaknya sebagai tujuan antara
yang harus dapat diwujudkan.
Ketiga definisi tersebut menegaskan arti strategis revitalisasi pertanian di satu sisi, sementara di sisi lain menegaskan besarnya lingkup revitalisasi pertanian
itu sendiri. Sementara Saragih 2010 menyatakan bahwa revitalisasi berasal dari kata vital yang berarti sangat penting atau vitalitas yang bermakna daya hidup.
Dengan demikian makna pertama revitalisasi perkebunan adalah menempatkan kembali perkebunan sebagai sektor pembangunan yang penting. Makna kedua
adalah mengembalikan kinerja perkebunan yang saat ini mengalami penurunan atau keterpurukan ke tingkat semula atau lebih tinggi.
15 Sementara berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
33PermentanOT.14072006 Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan
rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha
perkebunan sebagai mitra dalam pengembangan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil.
3.1.3 Teori Permintaan dan Penawaran
Kurva permintaan merupakan kurva yang menggambarkan jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga, sedangkan harga barang
terkait, pendapatan, iklan dan variabel lain dianggap konstan Baye 2006. Kurva permintaan juga merupakan titik titik yang masing masing menggambarkan
tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu dengan ceteris paribus keadaan lain tetap sama. Senada dengan pendapat tersebut, Lipsey et al. 1995
mendefinisikan kurva permintaan sebagai hubugan antara jumlah yang diminta dengan harga, dengan faktor lain tetap sama.
Faktor faktor yang menentukan jumlah kuantitas yang diminta antara lain harga komoditi itu sendiri, rata rata penghasilan rumah tangga, harga komoditi
yang berkaitan, selera, distribusi pendapatan diantara rumah tangga dan populasi Lipsey et al. 1995. Perubahan jumlah barang yang diminta akibat perubahan
harga dengan asumsi variabel lain konstan akan mengakibatkan pergerakan di sepanjang kurva permintaan Lipsey et al. 1995 dan Baye 2006. Sementara
pergeseran kurva permintaan akan terjadi akibat perubahan faktor lain pada harga yang sama, antara lain perubahan pendapatan konsumen, harga barang terkait,
iklan, selera konsumen, populasi dan harapan konsumen Baye 2006.
Permintaan suatu komoditi berdasarkan penggunaannya dapat dibedakan menjadi permintaan untuk konsumsi langsung dan permintaan untuk penggunaan
antara derived demand yaitu sebagai bahan baku industri pengolahan. Untuk permintaan langsung, total permintaan merupakan perkalian antara konsumsi per
kapita dengan jumlah penduduk. Konsumsi per kapita akan ditentukan oleh tingkat pendapatan, tingkat harga dan karakteristik demografis. Bila dalam jangka
pendek tingkat harga dan faktor faktor lainnya dianggap konstan, maka pendapatan adalah sebagai penentu utama.
Kurva penawaran merupakan kurva yang menggambarkan jumlah barang yang diproduksi oleh produsen pada berbagai tingkat harga, sementara harga
input, teknologi dan variabel lain dianggap konstan Baye 2006. Kurva penawaran juga merupakan hubungan antara jumlah atau kuantitas yang
ditawarkan dan harga jika faktor lainnya tetap sama Lipsey et al. 1995.
Faktor faktor yang menentukan jumlah yang ditawarkan antara lain harga komoditi itu sendiri, harga input, tujuan perusahaan dan perkembangan teknologi
Lipsey et al. 1995. Perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat perubahan harga dengan asumsi variabel lain konstan akan mengakibatkan pergerakan di
sepanjang kurva penawaran. Sementara pergeseran kurva penawaran akan terjadi akibat perubahan faktor lain pada harga yang sama, antara lain perubahan harga
input, teknologi atau kebijakan pemerintah, jumlah perusahaan, substitusi dalam produksi, pajak dan ekspektasi produsen Baye 2006.
16
3.1.4 Pendekatan Sistem Dinamik
America National Standards Institute dalam Squire 1992 mendefinisikan sistem sebagai serangkaian metode, prosedur atau teknik yang disatukan oleh
interaksi yang teratur sehingga membentuk suatu kesatuan yang terpadu. Sistem juga merupakan gugus atau kumpulan dari komponen yang saling terkait dan
terorganisasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu Hartrisari 2007. Sementara menurut Muhammadi et al. 2001, sistem adalah
keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan.
Sistem dinamik adalah metode untuk meningkatkan pembelajaran dalam sistem yang kompleks Sterman 2000. Sementara Hartrisari 2007 menjelaskan
bahwa sistem dinamik merupakan metoda yang dapat menggambarkan proses, perilaku dan kompleksitas dalam sistem. Simulasi dengan menggunakan model
dinamik dapat memberikan penjelasan tentang proses yang terjadi dalam sistem dan prediksi hasil dari berbagai skenario atau input model. Berdasarkan hasil
simulasi model tersebut diperoleh alternatif alternatif untuk menunjang pengambilan keputusan.
Secara substansial terdapat dua alasan yang mendasari pentingnya perspektif sistem dinamik. Pertama, pendekatan sistem dengan sistem dinamis adalah proses
berpikir menyeluruh dan terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian. Kedua, metode sitem
dinamis cocok untuk menganalisis mekanisme, pola dan kecenderungan sistem berdasarkan analisis terhadap struktur dan perilaku sistem yang rumit, berubah
cepat dan mengandung ketidakpastian Muhammadi et al. 2001.
3.1.5 Pemodelan Sistem Dinamik
Hartrisari 2007 menjelaskan bahwa pendekatan sistem merupakan cara pandang yang bersifat menyeluruh yang memfokuskan pada integrasi dan
keterkaitan antar komponen, sedangkan model merupakan penyederhanaan dari sistem. Sedangkan Muhammadi et al. 2001 berpendapat bahwa model adalah
suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model juga merupakan jembatan antara dunia nyata dengan dunia berpikir untuk memecahkan
suatu masalah. Proses penjabaran atau merepresentasikan ini disebut sebagai pemodelan yang merupakan proses berpikir melalui sekuen yang logis Fauzi dan
Anna 2005. Sejalan dengan pendapat tersebut Forrester 1965 dalam Hartrisari 2007 menyatakan bahwa model adalah representasi sebuah sistem, namun tidak
akan sama persis dengan sistem sebenarnya. Semakin banyak variabel yang dimasukkan dalam model, semakin sulit untuk menjelaskan proses yang terjadi.
Muhammadi et al. 2001 membagi tahapan pendekatan sistem ke dalam lima tahap yaitu: identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata; identifikasi
kejadian diinginkan; identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan; identifikasi dinamika menutup kesenjangan; dan analisis kebijakan. Eriyatno
1999 membagi analisis metodologi sistem ke dalam enam tahap: analisa kebutuhan; identifikasi sistem; formulasi masalah; pembentukan alternatif;
determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik; serta penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Sementara Fauzi dan Anna 2005 merumuskan tahapan
proses pemodelan ke dalam tujuh tahapan yaitu identifikasi; membangun asumsi; konstruksi model; analisis; interpretasi; validasi dan implementasi.