26 GKP. Output yang tidak diinginkan ini perlu dijadikan umpan balik melalui RIGN
agar input dapat berubah menjadi output yang diinginkan. b. Diagram Sebab Akibat
Causal Loop
Diagram simpal kausal adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan sebab akibat causal relationship ke dalam bahasa gambar tertentu. Bahasa
gambar tersebut adalah panah yang saling mengait, sehingga membentuk sebuah diagram simpal causal loop, dimana hulu panah mengungkapkan sebab dan
ujung panah mengungkapkan akibat Muhammadi et al. 2001. Diagram sebab akibat sistem industri GKP nasional ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Diagram alir sebab akibat model swasembada GKP nasional
27 Diagram sebab akibat ini digunakan untuk menggambarkan keterkaitan
hubungan antar elemen dalam sistem industri GKP. Apabila penambahan pada satu variabel menyebabkan penambahan pada variabel lain maka hubungan
tersebut bersifat positif. Sementara apabila penambahan pada satu variabel menyebabkan pengurangan pada variabel lain maka hubungan tersebut bersifat
negatif.
4.2.4 Formulasi Model
Formulasi model dilakukan dengan menggambarkan stock and flow diagram. Selanjutnya permasalahan pergulaan akan dirumuskan ke dalam bentuk
matematis yang dapat mewakili sistem nyata industri gula Indonesia. Fokus utama model dalam penelitian ini adalah ketersediaan GKP nasional, dimana model
tersebut memiliki empat sub model yaitu sub model penyediaan bahan baku, sub model pengolahan, sub model kebutuhan dan sub model perdagangan.
a.
Sub Model Penyediaan Bahan Baku Submodel penyediaan bahan baku merupakan subsistem usahatani dalam
industri gula yang melibatkan petani dan pabrik gula dalam bentuk kemitraan. Tujuan pengamatan terhadap submodel ini adalah untuk mengetahui perilaku
penyediaan tebu sebagai bahan baku GKP. Submodel ini dipengaruhi oleh berbagai variabel antara lain produksi tebu, luas areal tebu, susut dan
produktivitas tebu.
Luas areal tebu adalah luas lahan yang ditanami tebu Ha. Luas areal tebu memiliki hubungan yang positif dengan produksi tebu, dengan demikian memiliki
hubungan yang positif pula dengan produksi GKP. Semakin tinggi luas areal tebu maka semakin tinggi produksi tebu yang dihasilkan, sehingga semakin banyak
tebu yang tersedia sebagai bahan baku pembuatan gula. Luas areal tebu terbagi dua berdasarkan status pengusahaan yaitu luas lahan yang dimiliki oleh swasta
atau perkebunan besar swasta PBS dan luas lahan yang dimiliki oleh BUMN atau perkebunan besar negara PBN. Luas areal tersebut sudah termasuk luas
lahan tebu perkebunan rakyat PR yang menggilingkan tebunya ke pabrik gula.
Di sisi lain luas areal tebu dipengaruhi oleh pembukaan lahan. Semakin tinggi luas areal tebu maka semakin tinggi peluang adanya pembukaan lahan dan
semakin tinggi pembukaan lahan maka semakin tinggi pula luas areal tebu. Keduanya memiliki hubungan feedback positif. Luas areal tebu juga dipengaruhi
oleh konversi lahan. Semakin tinggi luas areal tebu maka semakin tinggi peluang terjadinya konversi lahan lahan dan semakin tinggi konversi lahan maka semakin
rendah luas areal tebu. Keduanya memiliki hubungan feedback negatif. Gabungan antara laju pembukaan lahan dan laju konversi lahan akan menghasilkan laju
pertumbuhan lahan. Laju pertumbuhan lahan yang positif mengindikasikan bahwa laju pembukaan lahan lebih tinggi dari laju konversi lahan, sebaliknya laju
pertumbuhan lahan yang negatif mengindikasikan bahwa laju pembukaan lahan lebih rendah dari laju konversi lahan.
Produktivitas tebu adalah banyaknya tebu yang dihasilkan per hektar tonha. Produktivitas tebu memiliki hubungan yang positif dengan produksi tebu,
dengan demikian memiliki hubungan yang positif pula dengan produksi GKP. Semakin tinggi produktivitas tebu maka semakin tinggi produksi tebu yang
dihasilkan atau semakin banyak tebu yang tersedia sebagai bahan baku pembuatan