Analisis Sensitivitas Model National self sufficiency model of white crystal sugar with system dynamics approach

70 manajemen TMA yang baik ini sangat tergantung kepada penentuan awal giling yang tepat, dan penentuan awal giling yang tepat sangat tergantung kepada komposisi varietas yang baik. Berikut ini adalah penjelasan rinci langkah langkah yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan rendemen: 1. Penataan Varietas dan Pembibitan Penataan varietas dimulai dari perbaikan mutu bibit atas varietas unggul yang akan dikembangkan P3GI 2008, penggantian varietas unggul baru dengan melakukan bongkar ratoon dan melakukan penataan varietas sesuai dengan komposisi kemasakan yang ideal Susilohadi et al. 2012. Penggunaan benih unggul sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan rendemen Asmarantaka 2012. Salah satunya melalui penyelenggaraan kebun bibit secara benar dan terencana untuk menghasilkan bibit yang baik, yaitu bibit yang terjaga kebenaran varietas, kemurnian dan kesehatannya. Bibit yang sehat adalah bibit yang bebas dari serangan hama dan penyakit, khususnya harus bebas dari penyakit penyakit sistemik, seperti penyakit pembuluh RSD, mosaik, blendok leaf scald dan luka api smut. Berbagai teknologi penyediaan bibit sehat telah dikembangkan, antara lain metode perawatan air panas dan mikropropagasi. Pemakaian bibit yang sehat juga harus diikuti dengan pemakaian pisau pemotong bibit yang dioles disinfektan,seperti 20 lysol dan 70 alcohol P3GI 2008. Bibit yang murni adalah bibit yang bebas dari campuran varietas lain. Bibit yang murni akan menghasilkan tingkat pertumbuhan dan kemasakan yang seragam. Untuk mendapatan bibit yang murni, diperlukan teknik pencandraan varietas yang baik. Dengan mengenal karakter morfologi setiap varietas, maka upaya membuang campuran varietas lain pada tahap kebun bibit dapat dilakukan secara dini sehingga kemurnian bibit untuk tanaman tebu giling dapat dijamin. Penataan varietas dan pembibitan yang baik akan mempermudah penyusunan rencana tebang yang mengacu kepada kategori kemasakan sehingga diperoleh hasil tebu dengan tingkat rendemen tinggi P3GI 2008. Soemarno 2010 menambahkan bahwa optimalisasi rendemen yang dimulai dari kebun bibit merupakan perbaikan jangka panjang sehingga evaluasinya harus dilakukan dalam kurun waktu yang memadai. Perubahan teknologi melalui benih unggul dan mekanisasi diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan menghemat penggunaan sumberdaya input sehingga menggeser kurva produksi total ke atas Asmarantaka 2012. Nahdodin 1993 menyatakan bahwa pemakaian bibit yang murni dan bermutu mampu meningkatkan produksi sebesar 19, dengan peningkatan penerimaan pendapatan hampir dua kali tambahan biaya pengadaan bibit tersebut. 2. Penerapan Baku Teknis Budidaya Tebu Memelihara tanaman dengan baik sesuai dengan baku teknis budidaya tebu merupakan salah satu upaya meningkatkan rendemen Susilohadi et al. 2012. Penerapan baku teknis budidaya tebu yang menunjang peningatan rendemen antara lain melalui pengaturan waktu tanam, kebutuhan air, pemupukan berimbang dan pengendalian hama penyakit. Masa tanam yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya tebu. Keterlambatan waktu tanam akan berdampak signifikan terhadap penurunan produktifitas. Pemupukan terkait dengan keseimbangan neraca hara di dalam tanah. Pemupukan yang berimbang 71 akan menjaga keseimbangan neraca hara di dalam tanah, sehingga produktivitas tanah akan meningkat. Peningkatan produktivitas tanah akan meningkatkan kualitas hasil panen yang diukur dalam bentuk rendemen. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pengendalian hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit akan menyebabkan batang batang tebu tidak dapat digiling karena mati dan penurunan rendemen akibat kerusakan pada ruas ruas batang P3GI 2008. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman tebu antara lain hama penggerek pucuk dan batang, serta penyakit pembuluh dan luka api. Alternatif terbaik untuk mengatasi serangan penggerak pucuk dan batang adalah melalui pengendalian hama terpadu PHT yang menekankan pada pengendalian hayati. Alternatif terbaik untuk mengatasi penyakit pembuluh adalah dengan perawatan air panas 50 C selama 2 jam terhadap bibit tebu dan penggunaan varietas yang tahan terhadap penggerek pucuk dan batang. 3. Penentuan awal giling yang tepat Penentuan awal giling merupakan upaya efisiensi usaha industri gula, dalam menekan kerugian akibat penyimpangan masa giling, disamping itu sangat berarti bagi PG yang menganut sistem manajemen tunggal P3GI 2008. Penentuan awal giling dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu awal giling diletakkan sepanjang musim kemarau, memanfaatkan data analisis pendahuluan faktor kemasakan atau koefisien kemasakan, penentuan awal giling berdasarkan kurva rendemen rata-rata dan penentuan awal giling yang dimulai dengan pengaturan masa tanam, varietas dan kategori tanaman. 4. Manajemen tebang, muat dan angkut TMA yang baik Tujuan utama manajemen tebang, muat dan angkut adalah mendapatkan tebu giling yang masak, bersih dan segar MBS sebanyak banyaknya sejak ditebang hingga digiling dalam tempo yang secepatnya P3GI 2008. Manajemen TMA yang kurang baik akan menyebabkan antrian tebu di emplasemen menjadi panjang, sehingga menyebabkan penurunan pol tebu yang berarti penurunan rendemen. Menurut Susilohadi et al. 2012 hal ini disebabkan karena terkonversinya sukrosa yang terkandung dalam tebu menjadi glukosa selama masa tunggu giling. Hasil pengamatan P3GI 2008 di sebuah pabrik gula di Jawa menunjukkan bahwa penurunan pol tebu bisa mencapai 6.0 poin dalam perjalanannya mulai dari kebun, di cane yard atau emplasemen dan terakhir di pabrik. Dari kebun ke cane yard atau emplasemen mencapai 2.5, sedangkan dari cane yard atau emplasemen hingga ke luar dari proses pabrik mencapai 3.5. Salah satu cara pengaturan jadwal tebang muat angkut yang baik adalah dengan menggunakan decision support system DSS. DSS ini akan memperhitungkan tebu di lokasi mana yang telah siap untuk ditebang berdasarkan analisis kematangan oleh petugas serta perhitungan jarak tempuh dari kebun tebu hingga sampai ke pabrik, sehingga dapat ditetapkan areal kebun mana yang akan ditebang terlebih dahulu serta menentukan areal mana saja yang akan ditebang untuk memenuhi kapasitas giling pabrik yang normal sambil memperhitungkan estimasi sisa persediaan tebu yang belum diolah di cane yard. Sistem ini kemudian akan menotifikasi pihak pabrik, areal mana saja yang telah siap untuk ditebang dan dijadikan input untuk pabrik ke depannya Susilohadi et al. 2012. 5. Peningkatan efisiensi pabrik Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rendemen adalah melalui penggunaan varietas unggul tebu di tingkat usahatani dan peningkatan efisiensi