19 terdapat kebutuhan yang saling kontradiktif antar pelaku. Kebutuhan yang saling
kontradiktif dapat dikenali berdasarkan dua hal, yaitu: kelangkaan sumberdaya lack of resources dan perbedaan kepentingan conflict of interest.
Kebutuhan pelaku yang saling kontradiktif ini memerlukan solusi penyelesaian yang didapatkan dari pemahaman terhadap mekanisme yang terjadi
dalam sistem. Berdasarkan mekanisme tersebut, hubungan antar faktor dapat diketahui sehingga solusi dapat ditentukan berdasarkan pengetahuan keterkaitan
antar faktor. 3.
Identifikasi sistem Identifikasi sistem dilakukan untuk memahami mekanisme yang terjadi
dalam sistem. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan menyusun diagram lingkar sebab-akibat causal loop diagram atau diagram input output
black box diagram. Hal ini bertujuan untuk mengenali hubungan antara “pernyataan kebutuhan” dengan “pernyataan masalah” yang harus diselesaikan
dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. 4.
Pemodelan sistem Prosedur dalam pemodelan adalah menyatakan kembali permasalahan yang
akan diselesaikan sesuai dengan tujuan kajian sistem, menyusun hipotesis, memformulasi model, menguji serta menganalisis model. Model disusun untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Suatu model dikatakan efektif apabila model tersebut mampu
menyederhanakan sistem yang akan dicapai yaitu memiliki keterkaitan antara dunia maya yang dinyatakan dalam model dengan dunia nyata.
5.
Verifikasi dan validasi Tujuan dari verifikasi dan validasi model adalah menguji kebenaran struktur
model untuk menunjukkan kesalahan minimal dibandingkan dengan data aktual termasuk menggunakan berbagai teknik statistika. Sementara Muhammadi et al.
2001 berpendapat bahwa validasi diperlukan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat
dinyatakan baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang ditirukan kecil.
Secara umum, pengujian model meliputi tiga hal yaitu pengujian kesesuaian model, evaluasi model dan validasi model. Pengujian kesesuaian model bertujuan
untuk melihat apakah persamaan persamaan yang digunakan sudah benar, melihat kesesuaian prosedur perhitungan dan meyakinkan bahwa model telah bebas dari
kesalahan kesalahan teknis. Evaluasi model bertujuan untuk melihat kesesuaian antara hasil model dengan realitas dan hasil model dengan tujuan yang ditentukan
pada awalnya. Sementara validasi model bertujuan untuk melihat kesesuaian hasil model dengan realitas bila model dijalankan dengan data yang lain.
6.
Implementasi model Implementasi sistem merupakan tahapan uji coba sistem, operasi parallel
dan pelatihan bagi pemakai. Suatu sistem yang bagus di atas kertas, belum tentu bagus pada saat implementasinya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
Squire 1992.
20
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Program RIGN dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antara produksi dan konsumsi GKP, dimana produksi tidak mampu memenuhi kebutuhan. Hal ini
terlihat dari defisit GKP yang terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu penelitian model swasembada GKP nasional ini menjadi perlu dilakukan,
terutama untuk mendukung strategi pencapaian swasembada GKP 2014.
Penelitian ini diawali dengan menganalisis keragaan penyediaan dan kebutuhan GKP nasional sebagai dasar dalam membuat model swasembada GKP
dengan pendekatan sistem dinamis. Pendekatan sistem dinamis ini diawali dengan menganalisis kebutuhan dan permasalahan stakeholder melalui analisis kebutuhan
dan formulasi permasalahan. Kedua analisis ini dilakukan dengan berbasiskan studi pustaka, penelitian terdahulu dan kebijakan pemerintah. Tahapan selanjutnya
adalah memahami mekanisme yang terjadi dalam sistem industri gula nasional melalui tahapan identifikasi sistem dengan membuat diagram input output dan
diagram lingkar sebab-akibat. Prosedur selanjutnya adalah menyatakan kembali permasalahan yang akan diselesaikan sesuai dengan tujuan kajian sistem dalam
sebuah model swasembada GKP yang mampu menyederhanakan dan merepresentasikan sistem industri GKP nasional melalui tahapan pemodelan
sistem dengan membuat diagram stock and flow. Model yang telah dibuat kemudian diuji struktur dan kebenarannya melalui tahap validasi model dengan
uji RSMPE, AME dan AVE. Apabila hasil uji validasi menunjukkan bahwa model yang dibuat mampu merepresentasikan sistem industri GKP, maka simulasi
dapat dilakukan. Namun apabila hasil validasi menunjukkan bahwa model yang dibuat belum mampu merepresentasikan sistem industri GKP nasional, maka
penelitian akan kembali ke tahap rancang bangun model. Hasil simulasi dari model yang telah valid tersebut akan menunjukkan dinamika swasembada GKP
nasional pada kondisi aktual dan apabila terjadi perubahan perilaku pada beberapa variabel. Perubahan perilaku tersebut akan dianalisis untuk mengkaji dampak
RIGN terhadap pencapaian swasembada GKP dan untuk menghasilkan suatu rekomendasi kebijakan alternatif. Secara ringkas kerangka pemikiran operasional
dapat dilihat pada Gambar 6.
21
Keterangan
: alur berfikir : analisis sistem dinamis
: tahapan
pemodelan :
operasionalisasi alur berfikir Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional
Defisit GKP meningkat 27,65 per tahun
Pro GKP
kat 0,63 per tahun
duksi mening
Konsumsi GKP meningkat 1,28 per tahun
RIGN dengan target swasembada GKP Perlunya penelitian Model Swasembada GKP
Keragaan Penyediaan dan Kebutuhan GKP
Model Swasembada GKP Nasional
Pendekatan analisis sistem dinamis
Y Studi pustaka
Studi penelitian terdahulu
Studi kebijakan pemerintah
Analisis kebutuhan stakeholder
Analisis formulasi permasalahan
stakeholder
Membuat Model Sistem Industri GKP
Simulasi Model Identifikasi sistem
T Menganalisis kebutuhan dan
permasalahan stakeholder
Memahami mekanisme sistem
Diagram input output Diagram sebab akibat
Pemodelan sistem Diagram stock and flow
Menguji kebenaran struktur
dan kinerja model Validasi Model
Uji RMSPE, AME, AVE
Menganalisis dinamika swasembada GKP nasional
Rekomendasi Skenario:
Dampak kebijakan RIGN
Kebijakan alternatif
22
4 METODE PENELITIAN
4.1 Cakupan Penelitian
Penelitian ini dianalisis secara makro pada tingkat nasional. Perhitungan ketersediaan GKP nasional dilakukan dengan pendekatan sistem dinamis. Model
ini menggunakan tahun 2010 sebagai tahun dasar dengan pertimbangan tahun tersebut merupakan tahun dimulainya program RIGN. Analisis perilaku model ini
akan dilakukan hingga tahun 2025 dengan pertimbangan tahun tersebut merupakan tahun berakhirnya rencana aksi jangka panjang program
pengembangan klaster industri gula yang diatur dalam peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 11M-INDPER2010. Penelitian
dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan November hingga Desember 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data luas areal tebu, produktivitas tebu, rendemen, kapasitas giling pabrik, harga GKP impor, harga
GKP domsetik, penduduk dan konsumsi GKP. Data dikumpulkan dari berbagai sumber seperti laporan, dokumen dan hasil penelitian dari berbagai instansi yang
berhubungan dengan penelitian antara lain Badan Pusat Statistik BPS, Direktorat Jenderal Perkebunan Ditjenbun, Kementerian Pertanian Kementan,
Kementerian Perindustrian Kemenperin, Dewan Gula Indonesia DGI, Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia P3GI dan perguruan tinggi PT.
4.3 Metoda Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis secara kualitatif deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk
mengetahui keragaan penyediaan dan kebutuhan gula di Indonesia. Analisis kuantitatif dilakukan dengan pendekatan sistem dinamis. Analisis sistem dinamis
digunakan untuk menyusun model dinamika swasembada GKP nasional dan simulasi terhadap model tersebut dengan menggunakan software Powersim
studio. Model swasembada GKP tersebut dibangun dengan pendekatan sistem dinamis. Secara substansial terdapat dua alasan yang mendasari pentingnya
perspektif sistem dinamik menurut Muhammadi et al. 2001, yaitu 1 pendekatan sistem dengan sistem dinamis adalah proses berpikir menyeluruh dan
terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian, 2 metode sitem dinamis cocok
untuk menganalisis mekanisme, pola dan kecenderungan sistem berdasarkan analisis terhadap struktur dan perilaku sistem yang rumit, berubah cepat dan
mengandung ketidakpastian.
23
4.2.1 Analisis Kebutuhan
Tahapan pengkajian sistem diawali dengan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi para stakeholder yang terkait
dengan industri gula. Selanjutnya akan dilakukan identifikasi kebutuhan dari para stakeholder tersebut sebagai dasar pertimbangan dalam pemahaman sistem
industri gula yang akan dikaji. Setelah kebutuhan tersebut dirumuskan, baru kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Bedasarkan pada studi pustaka dan hasil penelitian, stakeholder industri gula dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1 Pemerintah, 2 Swasta PBS, pedagang
besar, retailer, 3 BUMN PBN, 4 Konsumen dan 5 Petani dan kelompok tani. Setiap pelaku sistem tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda beda yang
dapat mempengaruhi sistem ketersediaan GKP.
Tabel 1 Analisis kebutuhan stakeholder dalam model swasembada GKP nasional
Stakeholder Kebutuhan
stakeholder
Pemerintah Peningkatan produksi tebu dan gula
Peningkatan rendemen Neraca ketersediaan GKP positif
Swasembada GKP tahun 2014
Swasta Produksi gula tinggi
Harga gula tinggi Efisiensi pabrik tinggi
Bahan baku memadai Revitalisasi industri gula swasta mencapai target
BUMN Produksi gula tinggi
Harga gula tinggi Efisiensi pabrik tinggi
Bahan baku memadai Revitalisasi industri gula BUMN mencapai target
Konsumen Harga gula murah
Gula tersedia sepanjang waktu Petani
Harga gula tinggi Rendemen tinggi
Produktivitas tebu tinggi
Sumber: Diadaptasi dari Pambudy 2004, Mardianto et al. 2005, Ditjen Industri Agro dan Kimia 2009, Kementrian BUMN 2011
4.2.2 Formulasi Masalah dalam Sistem
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, terlihat adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda di antara stakeholder. Perbedaan kebutuhan ini
mengindikasikan adanya perbedaan kepentingan dan kelangkaan sumberdaya yang akan mengakibatkan tujuan sistem menjadi sulit untuk dicapai. Oleh karena
itu diperlukan solusi penyelesaian dengan memetakan berbagai kepentingan stakeholder agar dapat memahami mekanisme yang terjadi di dalam sistem
melalui analisis formulasi masalah seperti terlihat pada Tabel 2.