Konsentrasi Pasar Struktur Pasar

dalam suatu pasar. Hal ini menimbulkan kecendrungan penentuan harga yang tidak seimbang. Rasio konsentrasi pedagang pengumpul dilakukan pada empat pedagang pengumpul terbesar CR 4 di Kepulauan Tanakeke. Pengelompokkan empat pedagang pengumpul tersebut berdasarkan pada volume penjualan yang dilakukan dalam pemasaran rumput laut tersebut. Berdasarkan hasil analisis konsentrasi rasio empat pedagang pengumpul terbesar di Kepulauan Tanakeke tahun 2011 Tabel 17 menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 52. Artinya, pemasaran rumput laut didominasi oleh empat pedagang pengumpul terbesar di Kepulauan Tanakeke. Nilai CR 4 yang mendekati nol maka diindikasikan berada pada pasar yang memiliki banyak penjual, yang memberikan peningkatan banyak persaingan antara produsen untuk menjualnya ke konsumen. Jika nilai CR 4 mendekati satu maka diindikasikan pasar terkonsentrasi dan mengalami persaingan yang kecil antara produsen untuk menjualnya ke konsumen Baye, 2010. Maka, berdasarkan perhitungan CR 4 dapat disimpulkan bahwa pasar rumput laut di Kepulauan Tanakeke bersifat oligopsoni. Tabel 17. Konsentrasi Rasio Empat Pedagang Pengumpul CR4 Berdasarkan Volume Penjualan di Kepulauan Tanakeke, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, 2011. No CR 4 Volume Penjualan 1 52 170 2 38 600 3 31 170 4 28 600 Total Penjualan 288 886 CR 4 52

7.1.2. Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar merupakan suatu hal yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau cepat masuknya pesaing baru. Masuknya pedagang pengumpul akan menimbulkan pesaing bagi pedagang pengumpul pertama yang sudah ada dan dapat terjadi perebutan pasar serta perebutan sumberdaya produksi. Kondisi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi para pedagang pengumpul yang sudah ada. Hambatan yang cukup besar banyak dihadapi oleh para pedagang pengumpul yang akan membeli rumput laut dari para petani rumput laut. Hal ini disebabkan adanya ikatan yang kuat antara para pedagang pengumpul dengan petani rumput laut. Hambatan masuk pasar dapat dihitung dengan menggunakan Minimum Efficiency Scale MES. MES diperoleh dari outputproduksi terbesar di Kepulauan Tanakeke terhadap total outputproduksi rumput laut di Kepulauan Tanakeke. Jika nilai MES 10 persen mengindikasikan terdapat hambatan masuk Jaya, 2001. Berdasarkan hasil analisis MES Minimum Efficiency Scale pada tingkat pedagang pengumpul sebesar 26.04 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan masuk ke pasar rumput laut di Kepulauan Tanakeke cukup sulit karena nilai MES lebih dari 10 persen. Sehingga tidak mudah bagi para pedagang pengumpul baru untuk masuk ke dalam pasar tersebut. Selain membutuhkan modal yang cukup besar juga disebabkan telah adanya ikatan yang kuat diantara petani rumput laut dengan pedagang pengumpul, walaupun perjanjian tersebut tidak tertulis, dimana apabila petani meminjam uang untuk modal usaha atau untuk keperluan yang lainnya, maka petani tersebut harus menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul yang bersangkutan. Hambatan bagi pedagang besar untuk masuk pasar juga relatif besar, hal ini disebabkan telah terjalin ikatan yang kuat antara pedagang besar dengan para pedagang pengumpul, sehingga sulit bagi pedagang besar yang baru untuk mengajak pedagang pengumpul beralih menjual rumput lautnya ke pedagang besar yang lain. Selain itu, para pedagang besar yang baru harus memiliki modal yang cukup besar untuk dapat memberikan pinjaman modal kepada pedagang pengumpul agar dapat membeli rumput laut secara tunai dari para petani rumput laut. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengumpul yang memiliki rumput laut dalam jumlah banyak dan tidak terikat dengan pedagang besar di tingkat kabupaten dapat melakukan penjualan langsung ke ekportir. Para pedagang pengumpul yang melakukan pemasaran rumput laut pada saluran pemasaran ini disebabkan adanya keinginan untuk mendapatkan