Petani rumput laut biasanya menjual hasil produksinya kepada pedagang yang sama pada setiap periode panen. Ikatan seperti ini terjadi karena seringkali
pedagang tersebut merupakan pihak yang memberikan modal kepada petani dengan perjanjian bahwa hasil produksinya harus di jual kepada pemberi modal.
Hal yang sama juga terjadi pada pedagang yang berada di atasnya yaitu pedagang besar.
Adanya kerjasama seperti bentuk di atas membuat sempitnya ruang gerak bagi petani untuk menjual hasil produksinya. Kemanapun petani menjual hasil
produksinya, petani akan memperoleh harga yang sama, atau tidak jauh berbeda. Dilihat dari praktek kerjasama yang dilakukan pedagang tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa pasar rumput laut mengarah pada persaingan tidak sempurna. Tabel 18. Kegiatan Pembelian dan Penjualan Rumput Laut Setiap Lembaga
Pemasaran Lembaga Pemasaran
Bentuk Kegiatan Pembelian
Penjualan Petani
- √
Pedagang Pengumpul Desa √
√ Pedagang Pengumpul Kecamatan
√ √
Pedagang Besar √
√ Eksportir
√ √
7.2.2. Praktek Penentuan Harga
Sistem penentuan harga menunjukkan bagaimana proses yang dilakukan oleh lembaga pemasaran untuk mendapatkan harga yang sesuai dalam sebuah
transaksi jual dan beli. Sistem penentuan harga dapat dilihat dari indikator lembaga mana yang menjadi penentu harga.
Sistem penentuan harga yang terjadi pada proses pemasaran rumput laut di Kepulauan Tanakeke berdasarkan dua cara yaitu dengan sistem tawar-menawar
dan penentuan harga ditentukan oleh pedagang. Berdasarkan Tabel 19, sebanyak 30 orang petani atau sebesar 33.33 persen penentuan harga rumput laut dilakukan
dengan sistem tawar-menawar. Penentuan harga dengan sistem tawar-menawar terjadi pada petani yang tidak memiliki ikatan dengan pedagang pengumpul.
Sedangkan 60 orang petani atau sebesar 66.67 persen harga rumput laut ditentukan oleh pedagang pengumpul.
Tabel 19. Persentase Lembaga Pemasaran Berdasarkan Sistem Penentuan Harga Rumput Laut di Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan, 2011
Lembaga Pemasaran Sistem Penentuan Harga
Tawar-menawar Pedagang
Petani 33.33
66.67 Pedagang Pengumpul Desa
77.78 22.22
Pedagang Pengumpul Kecamatan 66.67
33.33 Pedagang Besar
100 -
Pada kegiatan praktek penentuan harga rumput laut dilapangan, ternyata petani merupakan pihak yang paling lemah diantara mata rantai pemasaran
rumput laut. kondisi ini terjadi karena petani merupakan pihak penerima harga, tanpa mempunyai kekuatan tawar menawar bargaining power. Kekuatan
pembentukan harga ternyata berada pada pedagang yang berada di atas, atau secara vertikal harga rumput laut ditentukan oleh pelaku pemasaran yang berada
di atasnya pada setiap lembaga pemasaran. Eksportir adalah pedagang pertama yang menentukan harga rumput laut kering, kemudian diikuti oleh lembaga
pemasaran yang ada dibawahnya yaitu pedagang besar . Pedagang besar kemudian menentukan harga beli ditingkat pedagang pengumpul berdasarkan harga jualnya
kepada eksportir, demikian seterusnya sampai ke tingkat petani. Petani hanyalah merupakan penerima harga price taker dari pedagang diatasnya. Dengan
demikian sangatlah wajar apabila petani berada pada posisi yang paling lemah diantara semua mata rantai pemasaran yang terlibat dalam pemasaran rumput laut.
Berkaitan dengan hal ini, Syahyuti 1998 mengatakan bahwa pedagang merasa lebih berhak menjadi penilai barang dibanding petani. Senjata pedagang
dalam hal ini adalah jumlah informasi yang dimilikinya atau seolah-olah dimilikinya. Pedagang sering memanipulasi kondisi sedemikian rupa sehingga
petani menerima kenyataan bahwa hanya pedaganglah yang tahu bagaimana barang tersebut akan diperdagangkan nantinya atau berapa harga yang terjadi.
Dengan cara itulah pedagang membangun otoritasnya dalam penilaian barang.