hambatan masuk pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk adalah oligopoli.Slameto 2003 menganalisis struktur pasar dengan
melihat lembaga pemasaran dan kondisi keluar masuk pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar yang terbentuk yaitu oligopoli.
Menurut Effendi 1998 dalam penelitiannya tentang sistem tataniaga komoditas cabai merah, bahwa sistem pemasran yang terjadi belum efisien. Hal
ini disebabkan terdapatnya kesulitan bagi petani maupun pedagang untuk keluar atau masuk dalam sistem tataniaga.
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menganalisis struktur pasar digunakan karakteristik: 1 jumlah lembaga pemasaran, dan 2 hambatan masuk
pasar. Slameto 2003 melihat struktur pasar dari penentuan harga, seharusnya penentuan harga merupakan ukuran untuk menganalisis perilaku pasar.
2.3. Perilaku Pasar
Perilaku pasar merupakan tingkah laku dari perusahaan atau usahatani di dalam struktur pasar, khususnya berkaitan dengan bentuk-bentuk keputusan apa
yang harus diambil petani maupun pelaku pemasaran dalam struktur pasar yang berbeda. Pengetahuan dalam pelaksanaan pasar untuk memahami bagaimana
proses mengalirnya barang tersebut dari produsen sampai ke tangan konsumen. Ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perilaku pasar, yaitu : 1
Bagaimana barang tersebut membentuk harga. Pembentukan harga ini terkait dengan perlakuan-perlakuan tambahan pemilikan dan standarisasi sehingga
barang tersebut mempunyai nilai yang tinggi, 2 Apakah barang tersebut dikenakan pajak yang sama atau berbeda, 3 Apakah perdagangan sehat terjadi
produk yang sama, dan 4 Apakah dalam menganalisis barang dari produsen ke konsumen diperlukan perlakuan-perlakuan khusus agar kualitas produk memenuhi
selera konsumen. Slameto 2003 menganalisis perilaku pasar dilihat dari praktek
pembelian dan penjualan, proses penentuan dan pembentukan harga, dan praktek-praktek dalam menjalankan fungsi pemasaran.
Hukama 2003, perilaku pasar dapat dilihat dari praktek pembelian dan penjualan serta praktek-praktek dalam menjalankan fungsi pemasaran.
Adanya pencampuran kacang mete, pengurangan timbangan, pengisian kacang mete yang tidak utuh dalam kemasan merupakan praktek-praktek
ketidakjujuran yang dilakukan oleh pedagang. Andarias et al. 2003 melakukan penelitian analisis tataniaga dan pilihan
kelembagaan pemasaran tembakau di Kabupaten Temanggung. Hasilnya menunjukkan bahwa perilaku pasar tembakau ditentukan oleh konsumen yaitu
perusahaan rokok dan pedagang besar. Struktur pasar yang terbentuk oligopsoni. Distribusi keuntungan tidak merata. Maka, pemasaran tembakau di kabupaten
belum efisien. Kurniawan 2003 mengemukakan bahwa perilaku pasar yang ditunjukkan
oleh lembaga pemasaran menghasilkan bentuk kelembagaan pemasaran dengan sistem patron-klien. Sistem ini terjadi karena adanya hubungan ketergantungan
dan kontrak dagang. Perilaku patron dalam kelembagaan pemasaran gaharu cenderung eksploitatif kepada kliennya, baik dalam hal tenaga kerja maupun
maksimisasi keuntungan. Klien yang diperlakukan tidak adil dalam proses penilaian kualitas gaharu akibat tidak adanya standar baku merespon dengan
mengurangi loyalitasnya kepada patron, sehingga perilaku ini telah menimbulkan moral hazard.
Uraian diatas menunjukkan bahwa untuk menganalisis perilaku pasar dapat dilihat dari praktek penjualan dan pembelian, praktek dalam menjalankan
fungsi pemasaran, adanya hubungan ketergantungan dan kontrak dagang.
2.4. Keragaan Pasar