Hambatan Masuk Pasar Struktur Pasar
sumberdaya produksi. Kondisi tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi para pedagang pengumpul yang sudah ada. Hambatan yang cukup besar banyak
dihadapi oleh para pedagang pengumpul yang akan membeli rumput laut dari para petani rumput laut. Hal ini disebabkan adanya ikatan yang kuat antara para
pedagang pengumpul dengan petani rumput laut. Hambatan masuk pasar dapat dihitung dengan menggunakan Minimum
Efficiency Scale MES. MES diperoleh dari outputproduksi terbesar di Kepulauan Tanakeke terhadap total outputproduksi rumput laut di Kepulauan
Tanakeke. Jika nilai MES 10 persen mengindikasikan terdapat hambatan masuk Jaya, 2001. Berdasarkan hasil analisis MES Minimum Efficiency Scale pada
tingkat pedagang pengumpul sebesar 26.04 persen. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan masuk ke pasar rumput laut di Kepulauan Tanakeke cukup sulit karena
nilai MES lebih dari 10 persen. Sehingga tidak mudah bagi para pedagang pengumpul baru untuk masuk ke dalam pasar tersebut. Selain membutuhkan
modal yang cukup besar juga disebabkan telah adanya ikatan yang kuat diantara petani rumput laut dengan pedagang pengumpul, walaupun perjanjian tersebut
tidak tertulis, dimana apabila petani meminjam uang untuk modal usaha atau untuk keperluan yang lainnya, maka petani tersebut harus menjual hasil
produksinya kepada pedagang pengumpul yang bersangkutan. Hambatan bagi pedagang besar untuk masuk pasar juga relatif besar, hal
ini disebabkan telah terjalin ikatan yang kuat antara pedagang besar dengan para pedagang pengumpul, sehingga sulit bagi pedagang besar yang baru untuk
mengajak pedagang pengumpul beralih menjual rumput lautnya ke pedagang besar yang lain. Selain itu, para pedagang besar yang baru harus memiliki modal
yang cukup besar untuk dapat memberikan pinjaman modal kepada pedagang pengumpul agar dapat membeli rumput laut secara tunai dari para petani rumput
laut. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa para pedagang pengumpul yang memiliki rumput laut dalam jumlah banyak dan tidak terikat
dengan pedagang besar di tingkat kabupaten dapat melakukan penjualan langsung ke ekportir. Para pedagang pengumpul yang melakukan pemasaran rumput laut
pada saluran pemasaran ini disebabkan adanya keinginan untuk mendapatkan
harga yang lebih tinggi, selain itu karena pedagang pengumpul tersebut memiliki kemampuan untuk mengakses pasar.
Hambatan untuk memasuki pasar di tingkat eksportir juga cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingginya modal yang harus dimiliki, resiko yang relatif
tinggi, akses ke pasar luar negeri yang cukup sulit, serta persaingan harga diantara para eksportir. Resiko yang sering dihadapi oleh para eksportir adalah mutu
rumput laut yang mereka beli tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Selain itu, nilai tukar rupiah yang berfluktuasi cukup tinggi, sehingga
sering kerugian diakibatkan perubahan nilai tukar yang terjadi sewaktu-waktu. Penentuan harga pembelian rumput laut ditingkat pedagang pengumpul
sepenuhnya ditentukan oleh eksportir. Persyaratan mutu yang telah ditetapkan pihak eksportir adalah kadar air
antara 31-35 persen dengan kadar kotoran dan garam maksimal 5 persen dan rendemen minimal 25 persen. Rumput laut yang tidak memenuhi persyaratan
mutu tersebut akan dibeli dengan melakukan penyesuaian harga. Selama rumput laut tersebut masih bisa disortasi kembali dan kualitasnya masih dapat
ditingkatkan maka rumput laut tersebut akan dibeli oleh para eksportir. Namun, untuk rumput laut yang berasal dari ikatan kerjasama antara para eksportir dengan
pedagang pengumpul akan diserap seluruhnya oleh para eksportir walaupun kualitasnya rendah.
Hasil analisis struktur pasar rumput laut di Kepulauan Tanakeke menunjukkan bahwa posisi tawar bargaining position petani lemah dalam
menentukan harga rumput laut, sehingga harga rumput laut yang diterima petani rendah. Lemahnya posisi petani dalam menentukan harga rumput laut disebabkan
oleh adanya empat pedagang pengumpul terbesar dan adanya hambatan masuk pasar bagi pedagang baru.