2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Wilayah
Wilayah menurut Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danatau aspek fungsional. Rustiadi et al. 2011 berpandangan
bahwa kerangka klasifikasi konsep wilayah yang mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah: 1 wilayah homogen uniform;
2 wilayah sistemfungsional; dan 3 wilayah perencanaanpengelolaan planning
region atau
programming region.
Penetapan wilayah
perencanaanpengelolaan salah
satunya adalah
pewilayahan komoditas,
berdasarkan faktor alamiah dan non alamiah. Konsep pewilayahan komoditas diawali oleh kegiatan evaluasi sumberdaya alam seperti evaluasi kesesuaian lahan
land suitability atau kemampuan lahan land capability. Adanya sistem pewilayahan komoditas diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sistem produksi
dan distribusi komoditas.
Pengembangan wilayah tidak terlepas dari penggunaanpemanfaatan sumberdaya. Oleh karena itu, pengembangan wilayah memerlukan perencanaan
penggunaan lahan yang strategis agar dapat memberikan keuntungan ekonomi wilayah strategic land-use development planning. Perencanaan penggunaan
lahan merupakan salah satu kegiatan dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lahan. Tujuannya untuk mengetahui potensi pengembangan wilayah
dan daya dukung wilayah melalui proses inventarisasi dan penilaian keadaankondisi lahan, potensi dan pembatas-pembatas suatu daerah tertentu
Djakapermana 2010. Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan memberdayakan masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat Zen 2001.
Selanjutnya, Tarigan 2010 mengungkapkan bahwa pendekatan sektoral dilaksanakan dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan di
wilayah tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor- sektor yang seragam atau dianggap seragam. Pendekatan kewilayahan dilakukan
bertujuan melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah sehingga terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang
yang lainnya. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang
yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang.
2.2 Perikanan Budidaya Air Tawar
Effendi 2009 menyatakan bahwa budidaya ikan adalah kegiatan untuk memproduksi biota organisme akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka
mendapatkan keuntungan. Kegiatan budidaya dicirikan oleh adanya campur tangan manusia untuk menciptakan produktivitas perairan melalui kegiatan
budidaya. Kegiatan budidaya meliputi pemeliharaan untuk reproduksi,
menumbuhkan growth dan meningkatkan mutu biota akuatik. Berbeda dengan kegiatan penangkapan ikan yang hanya memanen ikan dari alam, pemanenan ikan
dalam budidaya dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan ikan yang mencakup persiapan wadah pemeliharaan, penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan
kualitas air serta penanganan hama dan penyakit.
Budidaya perikanan dicirikan oleh jenis media budidaya dan komoditas yang bervariasi. Beragamnya jenis media dan komoditas budidaya perikanan
merupakan potensi yang besar dan diharapkan mampu menjadi pendukung ketersediaan pangan bagi masyarakat. Jenis media yang akan digunakan dalam
pengembangan budidaya hendaknya disesuaikan dengan potensi suatu wilayah Effendi 2009.
Kegiatan perikanan budidaya dapat dilakukan di air laut, air payau maupun air tawar selama masih ditemukan sumber air yang memadai secara kualitas dan
kuantitas. Pembagian menjadi air tawar, air payau dan air laut ditentukan berdasarkan kadar garamnya salinitas. Air tawar memiliki salinitas 0-5 ppt part
per thousand, air payau 6-29 ppt dan air laut 30-35 ppt. Berdasarkan wadah produksinya, perikanan budidaya dapat dilakukan secara closed system maupun
open system. Kedua sistem tersebut dicirikan oleh ada tidaknya pembatas antara unit budidaya dengan perairan sebagai sumber air. Contoh pembudidayaan secara
closed system adalah budidaya ikan di kolam air tenang, kolam air deras, tambak dan sawah. Contoh pembudidayaan secara open system adalah budidaya ikan di
jaring apung, karamba dan kombongan.
Kegiatan budidaya ikan tidak terlepas dari ketersediaan air dan lahan. Budidaya ikan mempunyai nilai strategis dalam meningkatkan pendapatan petani
mengingat budidaya perikanan air tawar lebih terkonsentrasi di daerah perdesaan yang memiliki sumber air yang cukup. Pemilihan wadah budidaya yang
digunakan disesuaikan dengan potensi daerah. Beberapa wadah budidaya yang banyak di gunakan adalah budidaya ikan di kolam dan sawah minapadi.
2.2.1 Budidaya Ikan di Kolam
Lahan yang cocok untuk budidaya ikan di kolam adalah lahan yang memiliki sumber air, baik dari sungai, air irigasi maupun sumber mata air.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih lahan untuk kolam adalah:
-
Sumber air. Lokasi harus memiliki sumber air yang memadai; -
Jenis tanah dan kemiringan. Tanah harus mampu menahan massa dan tidak mudah bocor. Akan tetapi, syarat ini tidak berlaku bila kolam dibuat permanen.
Faktor kemiringan akan berpengaruh terhadap kemudahan dalam pengairan air secara gravitasi;
- Kualitas air. Air untuk budidaya ikan adalah air yang tidak tercemar. Kualitas
air untuk kegiatan budidaya ditentukan oleh kualitas dari sumber air yang digunakan. Air selalu menjadi faktor pembatas dalam produksi ikan skala
komersial. Oleh karena itu, kondisi kualitas perairan perlu diketahui secara baik guna memantau kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap sumber air
yang digunakan Swann 1996 dalam Radiarta et al. 2010.
Budidaya ikan di kolam dapat dibedakan menjadi 2 dua yaitu kolam air tenang dan kolam air deras. Kolam air tenang merupakan media pemeliharaan
ikan yang di dalamnya terdapat air yang bersifat menggenang stagnant, berbeda