dengan kolam air deras dimana kolam didesain agar memungkinkan terjadinya aliran air flowtrough dalam pemeliharaan ikan dengan padat penebaran yang
tinggi Effendi 2009. Kolam juga bisa diklasifikasikan berdasarkan jenis dasar kolam, yaitu kolam tanah, kolam semen dan kolam terpal. Kolam tanah
merupakan jenis kolam yang banyak digunakan untuk budidaya ikan di Kabupaten Cianjur. Kolam tersebut memiliki dinding dan dasar berupa tanah.
Tipe kolam ini cukup banyak pemilihnya bahkan cenderung paling populer di kalangan petani ikan karena pembuatannya cukup mudah dan sederhana yaitu
hanya menggali tanah dan mengisinya dengan air. Meskipun ada juga kolam tanah yang terjadi secara alami dan siap digunakan untuk memelihara ikan.
2.2.2 Budidaya Ikan di Sawah
Minapadi adalah sistem budidaya terpadu antara ikan dan padi di sawah. Minapadi dapat dilakukan secara tumpang sari ikan bersama padi, penyelang
saat menunggu tanam padi dan palawija di sawah lahan kering yang sebagian digenangi air Koesoemadinata 2003 dalam Yamin dan Haryadi 2010. Sistem
minapadi memungkinkan petani bisa mendapatkan beberapa keuntungan diantaranya meningkatnya produktifitas lahan dan bertambahnya pendapatan dari
panen padi dan ikan.
Dalam sistem minapadi, setelah proses pengolahan tanah sambil menunggu waktu tanam, lahan ditanami benih ikan dan dipelihara selama 30-40 hari.
Selanjutnya ikan dipanen dan dilakukan penanaman padi. Penanaman benih ikan selanjutnya baru dilakukan beberapa hari kemudian dan dilakukan pemeliharaan
selama 30-40 hari. Dengan demikian dalam sekali siklus budidaya minapadi dapat dilakukan pemanenan ikan 2 dua kali dan pemanenan padi 1 satu kali.
Penerapan sistem minapadi dapat menekan pertumbuhan gulma, mengurangi serangan hama dan penyakit serta meningkatkan jumlah musuh alami bagi hama
tanaman Lu dan Li 2006 dalam Yamin dan Haryadi 2010. Hal ini disebabkan karena benih ikan memakan plankton dan organisme kecil lain yang terdapat di air
termasuk telur dan larva hama padi. Hal ini menguntungkan karena ikan yang dipelihara memperoleh makanan tambahan. Selain itu, berkurangnya aplikasi
pestisida dalam budidaya minapadi memberi keuntungan lain karena mendorong berkembangnya musuh alami bagi hama padi. Dengan berkurangnya aplikasi
pestisida selain memberi keuntungan bagi petani dengan berkurangnya biaya produksi, juga memberi keuntungan bagi kesehatan manusia dan pelestarian
lingkungan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP telah mengembangkan program ”gerakan sejuta hektar mina padi” atau disingkat GENTANADI.
Program tersebut dapat meningkatkan produksi ikan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani. Agar kondisi lahan sawah ideal bagi budidaya
minapadi maka beberapa modifikasi perlu dilakukan. Pada dasarnya modifikasi yang dilakukan adalah untuk memperdalam area bagi budidaya ikan tanpa
membuat tanaman padi tergenang lebih dalam serta meminimalkan akses ikan masuk lokasi budidaya padi. Paling tidak ada empat perbaikan fisik untuk
budidaya minapadi yaitu: 1 meningkatkan tinggi pematang sehingga meningkatkan tinggi genangan dan meminimalkan kerusakan bila lokasi terendam
air; 2 memasang jaring atau pembatas sehingga ikan tidak melarikan diri serta
melindungi dari masuknya predator; 3 melakukan pengeringan; dan 4 membuat daerah yang lebih dalam untuk perlindungan ikan.
2.3 Evaluasi Sumberdaya Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan
–penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar perencanaan tataguna lahan sehingga dapat digunakan
secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan. Inti dari evaluasi
lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, sesuai dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang
dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan demikian, akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaiankemampuan lahan untuk tipe penggunaan
lahan tersebut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2011. Logika dilakukannya evaluasi lahan adalah:
1.
Sifat lahan beragam, sehingga perlu dikelompokkan ke dalam satuan-satuan yang lebih seragam, yang memiliki potensi yang sama;
2. Keragaman ini mempengaruhi jenis-jenis penggunaan lahan yang sesuai untuk
masing-masing satuan lahan; 3.
Keragaman ini bersifat sistematik sehingga dapat dipetakan; 4.
Kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu dapat dievaluasi dengan ketepatan tinggi bila data yang diperlukan untuk evaluasi cukup tersedia dan berkualitas
baik; 5.
Pengambil keputusan atau pengguna lahan dapat menggunakan peta kesesuaian lahan sebagai salah satu dasar untuk mengambil keputusan dalam perencanaan
tataguna lahan. Analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan ikan air tawar telah
dilakukan untuk beberapa jenis komoditas, diantaranya Ikan Mas Hossain et al. 2009 dan Ikan Lele Radiarta et al. 2012. Analisis kesesuaian lahan dapat
dibangun dari kriteria yang spesifik untuk budidaya, meliputi karakteristik lingkungan fisik dan biologi, sosial-ekonomi dan fasilitas pendukung Radiarta
et al. 2010. Hossain et al. 2009 menyatakan bahwa prosedur penentuan pengembangan akuakultur seharusnya mencakup parameter-parameter kualitas air,
kualitas tanah, dan faktor sosial-ekonomi. Nath et al. 2000 menyebutkan bahwa kesesuaian lahan untuk perikanan dapat disusun berdasarkan kriteria biofisik,
sosial-infrastruktur dan
constraint . Pengembangan akuakultur yang tidak sesuai
dengan potensi lahan menyebabkan terjadinya over exploitation dan ketidakberlanjutan penggunaan sumberdaya tersebut Radiarta et al. 2008.
Klasifikasi kesesuaian lahan menurut sistem FAO 1976 dibagi menjadi 4 empat kategori yaitu ordo, kelas, sub-kelas dan unit. Hasil analisis kesesuaian
lahan pada tingkat kelas dikelompokan menjadi 5 lima kelas, yaitu: 1.
S1: sangat sesuai very suitable, lahan tidak mempunyai pembatas yang besar dan tidak menurunkan produktivitas secara nyata;
2. S2: cukup sesuai suitable, lahan mempunyai faktor pembatas yang agak besar
dan berpengaruh terhadap produktivitas serta meningkatkan input masukan yang diperlukan;