ini berarti bahwa sektor perikanan lebih banyak menggunakan input dari sektor lain baik secara langsung maupun tidak langsung sementara penggunaan output
dari sektor perikanan sebagai input bagi sektor lainnya masih rendah.
Upaya pengembangan perikanan memerlukan keterkaitan dengan sektor lainnya, baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang. Informasi mengenai
sektor yang berkaitan dengan sektor perikanan sangat diperlukan. Gambar 29 dan 30 menyajikan keterkaitan ke belakang dan ke depan sektor perikanan dengan
sektor lainnya.
Gambar 29. Keterkaitan ke belakang sektor perikanan dengan sektor lainnya
Gambar 30. Keterkaitan ke depan sektor perikanan dengan sektor lainnya Sektor perikanan memiliki keterkaitan ke belakang yang lebih banyak 9
sektor dibandingkan dengan keterkaitan ke depan 3 sektor. Keterkaitan ke belakang menunjukkan kegiatan sektor yang menyediakan input bagi sektor
perikanan atau kemampuan sektor perikanan untuk menarik sektor-sektor
0,007 0,008
0,002 0,001
0,008 0,023
0,003 0,002
0,003
0.00 0.02
0.04 0.06
0.08 Tanaman Bahan Makanan
Peternakan Kehutanan
Industri Tanpa Migas BangunanKonstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran Hotel dan Restoran
Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
0,001 0,017
0,002
0.00 0.03
0.05 0.08
Industri Tanpa Migas Hotel dan Restoran
Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya
dibelakangnya sektor hulu. Keterkaitan ke depan menunjukkan kegiatan sektor lain yang menggunakan output dari sektor perikanan atau kemampuan sektor
perikanan untuk mendorong sektor yang ada di depannya sektor hulu. Sektor yang berkembang diharapkan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor
lainnya baik ke depan maupun ke belakang.
Sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan ke belakang dengan perikanan yaitu: 1 bank dan lembaga keuangan lainnya menyediakan permodalan; 2
pengangkutan mengangkut sarana produksi perikanan; 3 hotel dan restoran; 4 perdagangan besar dan eceran menyediakan sarana produksi perikanan; 5
Bangunankonstruksi menyediakan infrastruktur seperti jalan dan jaringan sungai; 6 industri tanpa migas pabrik pembuatan pakan; 7 kehutanan
menyediakan sumber air; 8 peternakan kotoran ternak ayam yang digunakan untuk campuran pakan ikan; dan 9 tanaman bahan makanan sawah sebagai
media minapadisebagian tanaman yang digunakan untuk pakan. Sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan ke depan dengan perikanan yaitu: 1 jasa sosial
kemasyarakatan serta jasa lainnya pariwisata; 2 hotel dan restoran makananolahan yang berasal dari produk perikanan; dan 3 industri tanpa
migas pengolahan.
Keterkaitan ke depan maupun ke belakang sektor perikanan perlu ditingkatkan. Apabila keterkaitan ke depan sektor perikanan dengan sektor
lainnya ditingkatkan akan maka semakin banyak sektor yang menggunakan output dari sektor perikanan sehingga permintaan terhadap produk perikanan naik. Sektor
yang berpotensi menggunakan input dari produk perikanan di Kabupaten Cianjur adalah industri pengolahan industri tanpa migas, pariwisata jasa, hotel dan
restoran menu makananhidangan, perdagangan besar dan eceran komoditas dagangan dan angkutan pengangkutan hasil produk pengolahan ikan. Sampai
saat ini, industri pengolahan belum berkembang di Kabupaten Cianjur. Ikan merupakan produk yang cepat mengalami pembusukan sehingga industri
pengolahan
sangat diperlukan.
Kegiatan pengolahan
bertujuan untuk
menambahmeningkatkan nilai jual dan daya tahan hasil produksi perikanan.
5. Multiplier
Multiplier adalah koefisien yang menyatakan kelipatan dampak langsung dan tidak langsung dari meningkatnya permintaan akhir suatu sektor sebesar satu
unit terhadap aspek-aspek tertentu ekonomi suatu wilayah Rustiadi et al. 2011. Analisis ini dapat dilakukan terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.
Analisis ini ingin melihat seberapa jauh perubahan-perubahan dalam output pendapatan dan tenaga kerja sebagai akibat perubahan permintaan suatu sektor.
Penelitian ini menggunakan angka pengganda multiplier berupa pengganda tipe I yang memposisikan permintaan akhir rumah tangga sebagai exogenous dimana
rangsangan konsumsi rumah tangga ikut mempengaruhi sistem ekonomi dan output secara keseluruhan Nugroho dan Dahuri 2012. Analisis pengganda yang
dilakukan terdiri dari angka pengganda output output multiplier, angka pengganda pendapatan income multiplier dan angka pengganda NTB total
value added multiplier.
a. Output Multiplier Angka Pengganda Output
Output multiplier yaitu dampak meningkatnya permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah penelitian Rustiadi et al. 2011.
Hasil analisis angka pengganda output disajikan pada Gambar 31. Sektor listrik memperoleh angka pengganda output paling tinggi yaitu 1,47 lebih besar dari
sektor pengangkutan 1,46. Perikanan memiliki output multiplier yang rendah 1,13. Nilai tersebut diartikan apabila permintaan akhir sektor perikanan
meningkat Rp. 1,00, maka pengaruh langsungnya terhadap total output perekonomian Kabupaten Cianjur adalah sebesar Rp. 1,13. Nilai multiplier output
sektor perikanan dalam kelompok sektor primer lebih besar dari tanaman bahan pangan, kehutanan dan perkebunan dan hanya lebih kecil dari peternakan.
Gambar 31. Multiplier effect output sektor ekonomi di Kabupaten Cianjur
b. Income Multiplier Angka Pengganda Pendapatan
Angka pengganda pendapatan yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara
keseluruhan di wilayah penelitian Rustiadi et al. 2011. Hasil analisis angka pengganda pendapatan disajikan pada Gambar 32.
Sektor listrik merupakan pengganda pendapatan terbesar di Kabupaten Cianjur. Peningkatan permintaan akhir atas output sektor listrik akan memberikan
peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan yang paling tinggi. Sementara itu, sektor perikanan berada pada urutan 14 dengan nilai 1,12.
Angka ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1,00 rupiah permintaan akhir
1,04 1,09
1,27 1,07
1,13 1,19
1,12 1,45
1,43 1,46
1,33 1,11
1,44 1,05
1,23 1,46
1,14 1,19
1,16 1,19
1,25
0.00 0.60
1.20 1.80
Tanaman Bahan Makanan Perkebunan
Peternakan Kehutanan
Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan tanpa migas dan penggalian Pengilangan Minyak Bumi
Industri Tanpa Migas Listrik
Gas kota Air bersih
BangunanKonstruksi Perdagangan Besar dan Eceran
Hotel dan Restoran Pengangkutan
Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan
Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya
output untuk sektor perikanan akan meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar 1,12 rupiah. Secara umum, pengganda pendapatan pada kelompok sektor
primer lebih kecil dibandingkan kelompok sektor lainnya. Sektor primer adalah kelompok sektor yang hanya menggunakan sumberdaya alam tanpa ada proses
pengolahan sehingga tidak meningkatkan nilai tambah dan pendapatan untuk masyarakatrumahtangga.
Gambar 32. Multiplier effect pendapatan sektor ekonomi di Kabupaten Cianjur
c. Total Value-Added Multiplier PDRB Multiplier
PDRB Multiplier adalah dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor j terhadap peningkatan PDRB wilayah penelitian. Dalam Tabel I-O,
diasumsikan Nilai Tambah Bruto PDRB berhubungan dengan output secara linear Rustiadi et al. 2011. Hasil analisis PDRB Muliplier disajikan pada
Gambar 33.
Gambar 33 menunjukkan bahwa dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor pengilangan minyak bumi mengakibatkan peningkatan terhadap
PDRB yang paling tinggi. Sementara itu, sektor perikanan memiliki nilai 1,10. Angka ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1,00 rupiah permintaan akhir
output untuk sektor perikanan akan meningkatkan PDRB sebesar 1,10 rupiah.
Hasil analisis I-O diketahui bahwa keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor perikanan dengan sektor lainnya masih kecil. Dampak pengganda output,
pendapatan dan PDRB sektor perikanan juga masih rendah. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengembangkan sektor perikanan adalah melalui peningkatan
keterkaitan dengan sektor lainnya.
1,05 1,07
1,16 1,08
1,12 1,42
1,09 1,58
1,44 1,95
1,28 1,08
1,31 1,09
1,13 1,74
1,17 1,28
1,63 1,09
1,18
0.00 0.80
1.60 2.40
Tanaman Bahan Makanan Perkebunan
Peternakan Kehutanan
Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan tanpa migas dan penggalian Pengilangan Minyak Bumi
Industri Tanpa Migas Listrik
Gas kota Air bersih
BangunanKonstruksi Perdagangan Besar dan Eceran
Hotel dan Restoran Pengangkutan
Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan
Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya
Gambar 33. Multiplier effect nilai tambah bruto sektor ekonomi di Kabupaten Cianjur
Output total sektor perikanan berdasarkan tabel I-O adalah Rp. 783.684,00,
yang terbagi menjadi permintaan antara sebesar Rp. 177.813,00 22,69 dari total output sektor perikanan dan permintaan akhir sebesar Rp. 605.871,00 77,31.
Permintaan akhir sektor perikanan paling besar untuk konsumsi rumah tangga dan ekspor. Permintaan antara mencerminkan jumlah penawaran output dari sektor
perikanan ke sektor lainnya yang akan digunakan dalam proses produksi. Permintaan antara yang rendah menunjukkan adanya keterkaitan antar sektor yang
lemah. Oleh karena itu, perlu diciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya keterkaitan dengan sektor lainnya yang lebih kuat. Hubungan timbal balik yang
kuat inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah.
Peningkatan keterkaitan ke depan sektor perikanan dapat dilakukan dengan mengembangkan industri pengolahan produk perikanan. Industri pengolahan yang
ada di Kabupaten Cianjur masih bersifat tradisional, seperti kebersihan bahan baku, peralatan
dan kemasan yang masih kurang diperhatikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas hasil produksi dan menurunnya nilai jual
Disnakanla 2012. Keterkaitan ke depan sektor perikanan dapat pula di lakukan dengan sektor hotel dan restoran menu makananhidangan, perdagangan besar
dan eceran komoditas dagangan, angkutan pengangkutan hasil produk pengolahan ikan dan jasa pariwisata dan lembaga pendidikan untuk peningkatan
kualitas SDM.
Keterkaitan ke belakang sektor perikanan antara lain dengan penggunaan benih dan induk lokal serta industri non migas yang menghasilkan sarana
produksi perikanan seperti pakan, obat-obatan, pupuk dan lain sebagainya.
1,04 1,07
1,24 1,05
1,10 1,14
1,08 1,81
1,45 1,59
1,27 1,08
1,54 1,08
1,11 1,68
1,13 1,19
1,12 1,17
1,23
0.00 0.70
1.40 2.10
Tanaman Bahan Makanan Perkebunan
Peternakan Kehutanan
Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan tanpa migas dan penggalian Pengilangan Minyak Bumi
Industri Tanpa Migas Listrik
Gas kota Air bersih
BangunanKonstruksi Perdagangan Besar dan Eceran
Hotel dan Restoran Pengangkutan
Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Usaha Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum dan Pertahanan
Jasa Sosial kemasyarakatan serta jasa lainnya
Apabila proses produksi sudah dilakukan dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada di Kabupaten Cianjur maka peluang terjadinya kebocoran wilayah dapat
ditekan. Peningkatan keterkaitan tersebut akan mengakibatkan kenaikan multiplier effect baik output, nilai tambah bruto maupun pendapatan.
5.5 Analisis A’WOT
Strategi pengembangan budidaya ikan air tawar dirumuskan melalui analisis A’WOT yang merupakan kombinasi antara metode AHP dan SWOT. Rangkuti
2001 menyatakan bahwa proses perumusan strategi dilakukan melalui tiga tahap yaitu identifikasi data, analisis data dan pengambilan keputusan. Identifikasi
faktor strategi internal dan eksternal diperoleh melalui wawancara responden dan studi literatur Tabel 38.
Tabel 38. Faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan ancaman pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten
Cianjur
No Faktor internal
Faktor eksternal Kekuatan
Peluang
1 Potensi SDA sumberdaya alam
Kesadaran akan gizi yang meningkat 2
Teknik budidaya ikan yang dikenal secara turun temurun
Permintaan kebutuhan ikan yang meningkat
3 Tenaga kerja yang selalu tersedia
Penghasil bahan pangan asal ikan di Provinsi Jawa Barat
4 Dukungan kebijakan pemerintah pusat
dan daerah Rentang
harga yang
dapat menjangkau
semua kalangan
masyarakat 5
Adanya kelompok petani ikan Dekat dengan daerah pemasaran
Bandung, Jakarta, Bogor 6
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi perikanan
Pendidikan non formal pelatihan, seminar, dll masih terbuka
Kelemahan Ancaman
1 Diversifikasi usaha pengolahan hasil
produk perikanan kurang berkembang Akses permodalan yang rumit bagi
pembudidaya 2
Kualitas sumberdaya manusia dan kelompok masih rendah
Kualitas air yang akan semakin menurun
tercemar dimasa
mendatang 3
Kualitas induk dan benih masih rendah Konflik penggunaan lahan dan air
4 Pembinaan dan supporting aparatur
terhadap pembudidaya masih kurang jumlah penyuluh perikanan belum
memadai Kemampuan
permodalan yang
rendah sehingga pembudidaya bergantung kepada tengkulakbandar
5 Pasardepo ikan belum tersedia
Persaingan usaha dengan daerah lain 6
Minat generasi
muda dibidang
perikanan semakin berkurang Harga pakan ikan tinggi
Faktor internal dan eksternal yang sudah diidentifikasi berdasarkan hasil wawancara responden dan studi literatur selanjutnya disusun menjadi matriks
IFAS Internal Factor Analysis Strategic dan EFAS External Factor Analysis
Strategic. Matriks IFAS dan EFAS akan digunakan untuk menyusun strategi pengembangan perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Cianjur.
5.5.1 Analisis Faktor Strategi Internal Internal Factor Analysis
StrategicIFAS
Evaluasi faktor strategi internal terhadap kekuatan mendapatkan hasil bahwa skor paling tinggi adalah potensi sumberdaya alam sebesar 0,44. Faktor kekuatan
lainnya dengan rating 4 yaitu teknik budidaya ikan yang sudah dikenal secara turun temurun 0,36. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut dinilai
sebagai faktor yang paling kuat untuk pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Cianjur. Faktor yang dinilai paling lemah dalam pengembangan
budidaya ikan air tawar adalah kualitas benih dan induk sebesar 0,40. Faktor- faktor kelemahan lainnya yaitu pembinaan dan supporting aparatur 0,27,
pasardepo ikan yang belum tersedia 0,24, minat generasi muda terhadap budidaya ikan 0,24, diversifikasi usaha pengolahan yang kurang berkembang
0,21 dan kualitas SDM dan kelompok 0,21. Evaluasi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan perikanan budidaya di Kabupaten Cianjur disajikan pada Tabel 39.
Tabel 39. Evaluasi faktor strategi internal
5.5.2 Analisis Faktor Strategi Eksternal External Factor Analysis
StrategicEFAS
Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi pengembangan budidaya ikan air tawar. Peluang yang memiliki nilai tertinggi
yaitu permintaan pasar dengan skor 0,44. Permintaan pasar yang meningkat dipengaruhi oleh kenaikan jumlah penduduk sehingga kebutuhan akan ikan
meningkat. Faktor lainnya mempunyai rating 3 agak kuat. Skor paling rendah yaitu pendidikan non formal yang diselenggarakan dalam bentuk seminar dan
Faktor Strategis Internal Bobot
Rating Skor
Kekuatan
1. Potensi SDA 0,11
4 0,44
2. Teknik budidaya yang dikenal turun temurun 0,09
4 0,36
3. Tenaga kerja selalu tersedia 0,08
3 0,24
4. Dukungan kebijakan pusatdaerah 0,07
3 0,21
5. Kelompok ikan 0,06
3 0,18
6. Sarana dan prasarana produksi perikanan 0,09
3 0,27
Kelemahan
1. Diversifikasi usaha pengolahan 0,07
3 0,21
2. Kualitas SDM dan kelompok 0,07
3 0,21
3. Kualitas induk dan benih 0,10
4 0,40
4. Pembinaan dan supporting aparatur 0,09
3 0,27
5. Pasardepo ikan 0,08
3 0,24
6. Minat generasi muda berkurang 0,08
3 0,24
Jumlah skor faktor strategi internal 1,00
3,27 Jumlah skor faktor kekuatan-kelemahan
0,13
pelatihan sebesar 0,14. Faktor ancaman yang mempunyai nilai rating 4 adalah harga pakan yang tinggi 0,40. Faktor lainnya mempunyai rating 3 agak kuat.
Persaingan usaha dengan daerah lain dinilai kurang menjadi ancaman karena memperoleh skor paling rendah yaitu 0,18. Evaluasi faktor-faktor peluang dan
ancaman disajikan pada Tabel 40.
Tabel 40. Evaluasi faktor strategi eksternal
Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rating Skor
Peluang
1. Kesadaran masyarakat terhadap gizi 0,07
3 0,21
2. Permintaan kebutuhan ikan 0,11
4 0,44
3. Penghasil bahan pangan 0,08
3 0,24
4. Rentang harga luas 0,09
3 0,27
5. Dekat daerah pemasaran 0,08
3 0,24
6. Pendidikan non formal terbuka 0,07
2 0,14
Ancaman
1. Akses permodalan 0,07
3 0,21
2. Kualitas air yang semakin menurun 0,10
3 0,30
3. Konflik penggunaan lahan dan air 0,07
3 0,21
4. Kemampuan permodalan 0,09
3 0,27
5. Persaingan usaha dengan daerah lain 0,06
3 0,18
6. Pakan ikan 0,10
4 0,40
Jumlah 1,00
3,11 Jumlah skor faktor peluang-ancaman
-0,03
5.5.3 Analisis Matriks Internal Eksternal I-E
Analisis matriks I-E dilakukan dari hasil analisis matriks IFAS dan EFAS yang telah dilakukan sebelumnya. Skor yang diperoleh dari hasil analisis matriks
IFAS dan EFAS tersebut akan digunakan untuk mengetahui posisi pengembangan budidaya ikan air tawar pada sel-sel matriks internal eksternal. Skor faktor
internal sebesar 3,27 sedangkan total skor faktor eksternal sebesar 3,11. Selanjutnya skor tersebut akan dipetakan ke dalam matriks internal eksternal
seperti disajikan pada Gambar 34.
5.5.4 Analisis Matriks Space
Matriks space digunakan untuk mempertajam strategi pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Cianjur. Matriks IFAS dan EFAS
menunjukkan tingkat kepentingan yang ditunjukan dengan bobot dan tingkat pengaruh yang ditunjukkan dengan rating. IFAS dan EFAS dapat digunakan
untuk mengetahui posisi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Cianjur. Posisi tersebut dapat dikelompokkan dalam kuadran I, II, III, atau IV. Marimin
2004 menyatakan bahwa penempatan pada kuadran yang sesuai dengan kondisi eksternal dan internal saat ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan
strategi yang paling tepat. Berdasarkan hasil analisis IFAS dan EFAS diketahui bahwa selisih skor antara kekuatan dan kelemahan pada matriks IFAS yaitu 0,13