Total Value-Added Multiplier PDRB Multiplier

dan selisih skor peluang dan ancaman pada matriks EFAS sebesar -0,03. Posisi perikanan budidaya air tawar Kabupaten Cianjur dengan demikian berada pada kuadran II Gambar 35. Posisi ini menghadapi berbagai ancaman tapi masih memiliki kekuatan internal. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dihadapi dengan membuat strategi alternatif melalui matriks SWOT. 4 Tinggi 3 Rata-rata 2 Lemah 1 Berbagai Peluang Kelemahan Internal Kuadran III Kuadran I Kekuatan Internal Kuadran IV Kuadran II Posisi perikanan 0,13;-0,03 Berbagai Ancaman Gambar 35. Posisi perikanan Kabupaten Cianjur

5.5.5 Analisis SWOT

Analisis SWOT menggambarkan strategi dalam pengembangan budidaya ikan air tawar. Berdasarkan matriks SWOT, posisi kuadran II dapat diciptakan strategi S-T Strenght-Threat sebagai strategi yang paling tepat, yaitu meminimalkan ancaman yang dihadapi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan 1 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertikal 2 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal 3 RETRENCHMENT Turn around 4 STABILITY Hati-hati 5 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal STABILITY Tidak ada perubahan profit strategi 6 RETRENCHMENT Captive Company atau Divestmen 7 GROWTH Diversifikasi Konsentrik 8 GROWTH Diversifikasi Konglomerat 9 RETRENCHMENT Bangkrut atau likuidasi Nilai Jumlah Skor Faktor Strategi Internal Tinggi Rata-rata Lemah 3,27 N il ai Ju m lah Sko r Fak to r S tr at eg i Eks te rna l 3,11 Gambar 34. Hasil analisis matriks internal eksternal yang ada. Hasil matriks SWOT perikanan Kabupaten Cianjur disajikan pada Tabel 41. Alternatif strategi utama Strenght-Threat yang dirumuskan untuk pengembangan perikanan Kabupaten Cianjur berdasarkan matriks SWOT, yaitu: 1 Menciptakan kerja sama pembudidaya dan kelompok serta membuka akses permodalan yang mudah; 2 Menerapkan kebijakan pemanfaatan pola ruang yang konsisten; 3 Melaksanakan pengelolaan kualitas air dan menggunakan ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap penurunan kualitas air untuk mengantisipasi terjadinya penurunan kualitas air; dan 4 Meningkatkan koordinasi semua pihak untuk membuat pakan murahekonomis dan menyediakan benihinduk yang berkualitas serta mendorong perkembangan industri pengolahan. Tabel 41. Matrik SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal KEKUATAN S 1. Potensi SDA; 2. Teknik budidaya ikan; 3. Tenaga kerja; 4. Ketersediaan sarana dan prasarana produksi ikan; 5. Dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah; 6. Adanya kelompok petani ikan KELEMAHAN W 1. Kualitas induk dan benih 2. Usaha pengolahan ikan; 3. Pasardepo ikan; 4. Kualitas SDM dan kelompok; 5. Pembinaan dan supporting aparatur terhadap pembudidaya; 6. Minat generasi muda PELUANG O 1. Kesadaran masyarakat akan gizi; 2. Permintaan kebutuhan ikan; 3. Dekat dengan daerah pemasaran Bandung, Jakarta, Bogor; 4. Penghasil bahan pangan yang cukup potensial; 5. Rentang harga yang luas; 6. Pendidikan non formal SO 1. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk meningkatkan produksi S 1-4 ;O 1-5 2. Mendorong dan memanfaatkan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah S 5 ;O 1-6 3. Meningkatkan kualitas kelompokkelembagaan melalui seminar, pelatihan dan lainnya S 6 ;O 1-6 WO 1. Memperbaiki kualitas induk dan benih dengan menggunakan induk bersertifikat W 1 ;O 1-5 2. Melaksanakan fasilitasi dan introduksi usaha pengolahan ikan melalui pelatihan dan demo dengan memanfaatkan tenaga muda W 2,6 ; O 1-5 3. Membenahi keterbatasan sumber daya yang ada W 3-5 ;O 1-6 ANCAMAN T 1. Harga pakan ikan; 2. Kualitas air yang semakin menurun; 3. Konflik penggunaan lahan dan air; 4. Kemampuan permodalan yang rendah; 5. Akses permodalan yang rumit; 6. Persaingan usaha dengan daerah lain ST 1. Menciptakan kerja sama pembudidaya dan kelompok serta membuka akses permodalan yang mudah S 5-6 ;T 4-6 2. Menerapkan kebijakan pemanfaatan pola ruang yang konsisten S 5, ;T 3 3. Melaksanakan pengelolaan kualitas air dan menggunakan ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap penurunan kualitas air S 1-6 ;T 2 4. Meningkatkan koordinasi semua pihak untuk membuat pakan murahekonomis dan perbaikan kualitas benihinduk serta mendorong perkembangan industri pengolahan S 1-6 ;T 1,6 WT 1. Menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk meningkatkan produksi W 1- 6 ;T 6 2. Menggunakan induk dan benih berkualitas W 1 ;T 2,6 5.5.6 Arahan Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar dalam Kerangka Pengembangan Wilayah di Kabupaten Cianjur

5.5.6.1 Potensi Pengembangan Kolam dan Minapadi di Kabupaten Cianjur

Potensi pengembangan budidaya ikan di kolam dan minapadi diperoleh dengan menggabungkan hasil analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan dan analisis komoditas unggulan perikanan di setiap kecamatan. Lahan yang sesuai dan tersedia serta terdapat di kecamatan yang mempunyai komoditas unggulan perikanan akan ditetapkan sebagai lahan yang berpotensi untuk pengembangan kolam dan minapadi. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa pengembangan budidaya ikan di kolam dan sawah minapadi di Kabupaten Cianjur masih memungkinkan. Pengembangan pada lahan kelas S1 dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pengembangan pada lahan dengan kelas lainnya. Penggunaan lahan untuk budidaya ikan di kolam dan minapadi pada lahan kelas S2 dan S3 perlu memperhatikan pembatas yang ada. Kecamatan yang memiliki komoditas unggulan perikanan berjumlah 25 kecamatan dengan jumlah kombinasi dari keempat komoditas unggulan tersebut sebanyak 8 delapan kombinasi. Kecamatan yang tidak memiliki komoditas unggulan perikanan adalah Kecamatan Cugenang, Cibeber, Cilaku, Gekbrong wilayah Cianjur bagian utara, Cijati dan Pasirkuda bagian tengah dan Leles bagian selatan. Analisis kesesuaian dan ketersediaan lahan menghasilkan luasan dan kecamatan yang dapat dikembangkan untuk budidaya ikan di kolam dan sawah. Lahan yang sesuai dan tersedia untuk kolam sebesar 74.062 ha, terbagi menjadi lahan kelas S1 2.549 ha, kelas S2 25.563 ha dan kelas S3 45.950 ha. Potensi lahan yang sesuai untuk lokasi kolam tersebar di semua kecamatan baik di wilayah Cianjur bagian utara, bagian tengah maupun bagian selatan. Mengacu pada hasil analisis komoditas unggulan perikanan, maka kecamatan yang dapat digunakan untuk budidaya ikan di kolam sebanyak 25 kecamatan. Hal ini karena berdasarkan potensi lahan, semua kecamatan memungkinkan untuk lokasi kolam. Lahan yang sesuai dan tersedia merupakan potensi yang dapat diarahkan untuk perencanaan pengembangan perikanan air tawar. Lahan yang dapat diarahkan untuk pengembangan perikanan sebesar 20.826 ha Tabel 42. Lahan tersebut merupakan lahan pada kelas S1 dan S2 serta berada pada 25 kecamatan yang mempunyai komoditas unggulan perikanan. Lahan yang sesuai dan tersedia untuk minapadi sebesar 8.824 ha, sebagian besar berada di wilayah Cianjur bagian utara sebesar 8.783 ha. Sisanya berada di wilayah Cianjur bagian tengah Tabel 42. Meskipun luas lahan eksisting untuk sawah irigasi lebih besar dibandingkan dengan luas lahan hasil analisis, akan tetapi belum tentu sawah irigasi tersebut digunakan untuk minapadi. Kegiatan budidaya ikan sistem minapadi sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah Cianjur bagian utara. Beberapa kecamatan yang dapat diarahkan untuk minapadi adalah Kecamatan Bojongpicung, Cikalongkulon, Ciranjang, Haurwangi, Karangtengah, Mande dan Sukaluyu. Hasil produksi ikan melalui sistem minapadi yang dilakukan di wilayah bagian utara menghasilkan benih ikan yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembesaran, baik di kolam pembesaran maupun KJA Waduk Cirata.