Analisis Matriks Internal Eksternal I-E Analisis Matriks Space

sumber benih dan dekat dengan pasar. Akan tetapi, pengembangan di wilayah ini menghadapi kendala berupa konflik penggunaan lahan dan air yang tinggi; b. Wilayah Cianjur bagian tengah: potensi pengembangan untuk kolam pada lahan kelas S2 dan S3 dan minapadi pada lahan kelas S1 dan S3. Wilayah tengah ini mempunyai potensi pada lahan kelas S3 untuk kolam yang besar sehingga akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Diantara wilayah bagian lainnya, potensi pengembangan untuk kolam paling kecil, akan tetapi dapat dikembangkan sebagai pendukung minapadi. Kecamatan yang dapat dikembangkan untuk kolam sebanyak 7 tujuh kecamatan dan minapadi sebanyak 4 empat kecamatan. Kendala pengembangan kolam di wilayah ini adalah adanya pembatas pada lahan kelas S3 yang besar sehingga memerlukan pengelolaan yang yang dapat mempengaruhi produksi ikan yang dihasilkan; c. Wilayah Cianjur bagian selatan: potensi pengembangan kolam pada lahan kelas S2 dan S3, sedangkan potensi untuk minapadi tidak tersedia. Wilayah ini dapat dikembangkan sebagai pendukung pengembangan kolam karena mempunyai luas lahan kelas S2 yang besar. Kecamatan yang dapat diarahkan untuk kolam sebanyak 6 enam kecamatan. Kendala pengembangan di wilayah ini berupa aksesibilitas yang rendah sehingga akan mempengaruhi ketersediaan sarana prasarana perikanan maupun pemasaran produk perikanan. Peta potensi pengembangan untuk kolam disajikan pada Gambar 36 dan untuk minapadi disajikan pada Gambar 37. Gambar 36. Peta potensi pengembangan kolam di Kabupaten Cianjur Gambar 37. Peta potensi pengembangan minapadi di Kabupaten Cianjur Pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Cianjur dibatasi oleh masih adanya kecamatan yang belum memiliki komoditas yang unggul, padahal kecamatan tersebut mempunyai potensi lahan yang sesuai untuk kolam. Kecamatan-kecamatan yang tidak memiliki komoditas unggulan adalah Kecamatan Cibeber, Cilaku, Cugenang, Gekbrong, Cijati, Pasirkuda dan Leles. Beberapa kecamatan memperlihatkan potensi lahan untuk kolam pada kelas S1 dan S2 yang tinggi, diantaranya Kecamatan Cibeber 1.335 ha, Cilaku 1.337 ha, Cugenang 914 ha, Pasirkuda 1.079 ha dan Leles 1.217 ha. Berdasarkan analisis komoditas unggulan perikanan yang telah dilakukan, hasil analisis keunggulan kompetitif menunjukkan bahwa nilai SS Shift Share pada Kecamatan Cibeber, Cugenang, Gekbrong, Cilaku, Cijati dan Leles negatif. Hanya kecamatan Pasirkuda yang menunjukkan nilai LQ 1. Dalam artian, kecamatan yang tidak memiliki komoditas unggul banyak dipengaruhi oleh hasil analisis keunggulan kompetitif daripada hasil analisis keunggulan komparatif. Hal ini dapat disebabkan karena pada kecamatan tersebut terjadi penurunan produksi ikan tahun 2011. Upaya peningkatan kinerja aktivitas perikanan di level kecamatan perlu dilakukan dengan memanfaatkan semua sumberdaya yang ada agar memiliki daya saing. Apabila kecamatan-kecamatan tersebut dapat menciptakan komoditas ikan yang unggul maka potensi pengembangan budidaya ikan air tawar semakin tinggi.