Feed Stock. Waktu. Pengaruh Kondisi Cracking.

169 C = S Dimana : T = Molal average absolute boilling point o K S = Specific Gravity pada 6060 o F Dalam tabel dibawah ini terlihat bahwa ada sesuatu korelasi antara faktor C dengan derajat crackability. Akan tetapi samapai sekarang khususnya untuk residual cracking, perkiraan tersebut belum dapat digunakan secara sempurna. Tabel : 9 - 1 Factor C Dengan Derajat Crackbility Stock Average Boilling Point o K SG 6060 o F Fakto r TS Perkiraan Temp. Cracking yang diperlukan Straight run tops Naphthenic base gasoline Parafine base gasoline Naphthenic base gasoil Parafine base gasoil Naphthenic base kerosine Parafine base kerosine Butane Cyclohexane Benzene 333 - 273 398 - 273 398 573 573 513 513 297 354 255 0,670 0,750 0,730 0,900 0,860 0,800 0,830 0,584 0,885 0,885 497 531 545 637 666 641 618 468 452 398 570 - 580 530 - 550 520 - 540 510 – 520 600 620 750

b. Waktu.

170 Proses cracking merupakan kombinasi dari sejumlah reaksi yang bermacam- macam sehingga tidak mungkin untuk mengukur kecepatan reaksi matematis secara sempurna tetapi dengan melakukan perumpamaan terjadinya : - gas - gasoline - dan hasil-hasil cracking lainnya. Tetapi dengan melakukan beberapa perumpamaan, maka terjadinya gas, gasoline dan hasil-hasil cracking lainnya ternyata mengikuti persamaam “First order Reaction Rate” temperatur konstant. - dxdt = K A-X atau K = 1t ln A A-X Dimana : K = konstant kecepatan reaksi t = waktu reaksi, sec A = konsentrasi awal dari produkhasil X = jumlah hasil yang didapat dalam waktu t.

c. Temperatur.

Temperatur merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam cracking. Suatu hubungan theoritis antara konstante kecepatan reaksi K dengan temperatur T diberikan dalam persamaan Arrhenius : d ln K d T = E RT 2 atau ln K = - E RT + C 171 Dimana : K = konstante kecepatan reaksi T = temperatur absolute, o K R = konstante gas = 1,985 E = activation energy, cal C = konstante Khusus untuk cracking gasoil persamaan diatas akan menjadi : Ln K = 55.000 RT + 30 Secara sederhana pengaruh temperatur pada cracking dapat dilakukan bahwa makin tinggi temperatur maka makin banyak gas dan gasoline yang dihasilkan dan makin sedikit recycle yang didapat. Tetapi pembentukan coke akan bertambah cepat terjadinya.

d. Tekanan.

Secara teoritis pada reaksi tingkat pertama, konversi persatuan waktu dapat dikatakan tidak tergantung pada tekanan dimana tidak mempengaruhi konversi persatuan waktu dari cracking. Tetapi pada reaksi tingkat kedua dimana terjadi polymerisasi dan kondensasi pengaruh tekanan akan terlihat. Tekanan dimaksudkan untuk mengatur waktu reaksi, lagi pula mempunyai pengaruh yang besar terhadap sejumlah feed stock yang harus ditahan sebagai cairan didalam dapur. Adapun gambaran pengaruh tekanan dalam cracking dapat dikemukanan bahwa tekanan yang rendah 6 - 20 atm akan dihasilkan banyak gas dan sedikit gasoline. Dan pada tekanan yang tinggi 20 - 60 atm akan dihasilkan sedikit gas dan banyak gasoline.