Tujuan Kegiatan Pembeajaran Uraian Materi i Pengertian Industri Petrokimia

286 seperti Methanol, Ethylene, Propylene, Butadine, Benzene, Toluene, Xylenes, Fuel Co- products, Pyrolisis Gasoline, Pyrolisis Fuel Oil, Raffinate dan Mixed C4. Kondisi ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas dan mahal mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan baku pengganti, diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed methane, dan limbah refinery coke. Indonesia mempunyai sumber yang potensial untuk pengembangan klaster industri petrokimia yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti sandang, papan dan pangan. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya industri tekstil, plastik, karet sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi, dan lain-lain. Pada 2010, tingkat pertumbuhan industri petrokimia tercatat sebesar 4,5 per tahun atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 pada 1,5. Namun demikian, tren pertumbuhan industri petrokimia tersebut cenderung mengalami tren pelemahan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2005 yang masih berada di level 8,8 pa. Nilai strategis industri petrokimia diatas dapat turut direfleksikan dari rantai nilai value chain yaitu keterkaitan output yang dihasilkan sebagai bahan baku bagi industri lain hilir. Dalam industri petrokimia, output yang dihasilkan merupakan bahan baku bagi industri lain hilir lainnya baik secara langsung ataupun tidak langsung seperti industri tekstil, plastik, karet sintetis, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan peledak, bahan bakar, kulit imitasi, otomotif dan lain- lain. 287 Tabel 16.6 Turunan Produk Petrokimia dari Refinery ii Pengelompokan Industri Petrokimia Industri petrokimia dapat dikelompokkan secara horizontal sebagai berikut :  Industri petrokimia methane-based C-1 beserta turunannya: amonia, metanol, urea, formaldehid, asam asetat, dsb.  Industri petrokimia olefin beserta turunannya: etilen, propilen, buten, butilen, etilen glikol, polietilen, dsb.  Industri petrokimia aromatik beserta turunannya: para-silen, orto-silen, toluen, benzen, alkil benzen, etil benzen, dsb. Industri petrokimia dapat dikelompokkan secara vertikal sebagai berikut :  Industri petrokimia hulu: industri C-1, olefin dan aromatik.  Industri petrokimia antara: industri turunan dari petrokimia hulu seperti etilen glikol, alkil benzen, etil benzen, pthalik anhidrid, PTA, dsb. 288  Industri petrokimia hilir: industri yang menghasilkan produk yang dimanfaatkan oleh industri pengguna akhir, seperti industri plastik, serat sintetis,dsb. Klasifikasi industri petrokimia secara vertikal dan horisontal seperti yang telah dijelaskan diatas dapat dijabarkan secara lengkap kedalam suatu pohon industri. Sehingga diperoleh gambaran peta industri petrokimia dan keterkaitannya baik secara basis produksi maupun sifat dari produkoutput yang dihasilkan. iii Pohon Industri Petrokimia a Pohon Industri Petrokimia Hulu Secara garis besar, dalam industri petrokimia hulu dapat dikelompokkan menjadi tiga cabang utama yang dapat diturunkan dari minyak, gas, maupun batu bara. Tiga cabang utama yang dimaksud adalah cabang-cabang yang menghasilkan produk- produk interbediate yang akan diturunkan lebih lanjut menjadi produk-produk setengah jadi sebagai bahan baku industri petrokimia hilir. Gas synthesis merupakan turunan dari produk migas berupa hydrogen dan karbon monoksida diperoleh melalui dua macam proses yang disebut sebagai proses partial oxidation dan steam reforming. Dari gas synthesis dapat diturunkan menjadi produk- produk petrokimia untuk keperluan industri pertanian pupuk, industri kayu bahan perekat, polimer melamin, dan industri kimia lainnya seperti ammonia, methanol, aldehyde, dan lain sebagainya. Olefin merupakan turunan dari produk migas berupa acetylene, ethylene, propylene, butylene, butadene, yang dapat diperoleh melalui proses perengkahan cracking. Dari olefin dapat diturunkan menjadi produk-produk berupa polimer seperti polyethylene, polypropylene, polyvinyl ….., neoprene yang umumnya banayak digunakan sebagai bahan plastik dan karet. 289 Aromat yang banyak digunakan sebagai bahan baku petrokimia merupakan turunan dari produk migas berupa benzene, toluene, ethylbenzene, dan xylene, yang dapat diperoleh melalui suatu proses perombakan struktur kimia dengan menggunakan katalis yang sehari-hari disebut catalytic reforming process. Dari aromat tersebut dapat diturunkan menjadi produk-produk berupa polymer seperti polyester, polystyrene, phenolic resin, dan lain sebagainya yang umumnya banyak digunakan sebagai bahan plastik, karet, tekstil, resin, pestisida dan insektisida. Sesuai dengan perkembangan industri petrokimia, untuk memenuhi kebutuhan spesifikasi tertentu tidak jarang produk-produk petrokimia yang diturunkan dari hasil perpaduan antara produk intermediate yang satu dengan yang lainnya, dan bahkan dari polimer yang satu dengan polimer yang lain. Sebagai contoh misalnya, styrene dapat dihasilkan dengan memadukan aromat benzene dan olefine ethylene, vinyl…. Dapat dihasilkan dengan memadukan ethylene dengan alkohol, asetat, aldehyde, dan lainnya. Demikian juga banyak produk-produk polimer yang dihasilkan oleh industri merupakan perpaduan antara monomer yang satu dengan monomer lainnya membentuk produk yang disebut kopolimer. Sebagai contoh misalnya kopolimer dari vinyl klorida dan vinyl asetat, vinyl klorida dan vinyl alkohol, styrene dan butadiena, terephthalic acid dan ethylene glycol, dan lainnya. 290 Gambar 16.1 Pohon Industri Petrokimia Hulu b Pohon Industri Petrokimia hilir Methane Pohon industri petrokimia berbasis migas dan kondensat dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini. 291 Gambar 16.2 Pohon Industri Petrokimia Berbasis Migas dan Kondensat 292 293 Gambar 16.3 Pohon Industri Petrokimia Hilir Methane 294 c Pohon Industri Hilir Olefin Gambar 16.4 Pohon Industri Petrokimia Hilir Olefin 295 d Pohon Industri Petrokimia hilir Aromatik Gambar 16.5 Pohon Industri Petrokimia Hilir Aromatik 296 e Pohon Industri Petrokimia Berbasis Biomassa Gambar 16.6 Pohon Industri Petrokimia Berbasis Biomassa 297 f Pohon Industri Petrokimia Berbasis Batubara Gambar 16.7 Pohon Industri Petrokimia Berbasis Batubara 298 3. Bahan Baku Petrokimia

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 diharapkan siswa dapat :  Menyebutkan klasifikasi bahan baku petrokimia  Menjelaskan bahan baku petrokimia dari refinery gas  Menjelaskan bahan baku petrokimia dari natural gas  Menjelaskan bahan baku petrokimia dari liquid hydrocarbon

b. Uraian Materi i Klasifikasi Bahan Baku Petrokimia

Indonesia memiliki sumber daya alam berupa minyak bumi, gas alam, batubara dan biomassa yang realatif besar dan semua sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan dalam mendorong perkembangan industri petrokimia. Namun demikian, industri petrokimia masih menghadapi permasalahan terkait dengan kurangnya dukungan kebijakan untuk pemanfaatan sumber daya minyak bumi, gas alam dan batubara lokal sebagai bahan baku industri petrokimia nasional. Sebagai contoh, tersedianya sumber bahan baku naphta, condensate dan gas bumi saat ini lebih banyak ditujukan untuk orientasi ekspor, sementara batubara dan biomassa belum diarahkan pada pengembangan lanjutan sehingga tetap diekspor dalam bentuk raw material yang minim nilai tambahnya. Bahan baku dasar untuk pembuatan bahan petrokimia adalah gas alam, refinery gas dan fraksi hidrokarbon cair. Disamping itu ada sedikit wax. Dari bahan baku dasar diturunkan bahan baku sekunder. Bahan baku sekunder dan turunannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 299 1. Acetylene: Berasal dari cracking atau partial oxidation apakah dari metana dari gas alam atau parafin-parafin panjang. 2. Metan: Gas ini merupakan unsur utama didalam gas alam. 3. Parafin panjang: Etan, propan dan butan dipisahkan dari refinery gas atau gas alam. Bahan baku lain dalam katagori ini adalah parafinik naphtha dan n-parafin dari berbagai rantai karbon panjang. 4. Ethylene: Adanya sangat terbatas dalam refinery gas, dan gas ini dihasilkan dari perengkahan etana, propana, butana atau hidrokarbon cair. 5. Propylene: Diperoleh dari refinery gas atau thermal cracking propana dan hidrokarbon cair. 6. Hidrokarbon C 4 : Diperoleh dari refinery gas atau thermal cracking hidrokarbon cair. 7. Olefin panjang: Dari wax cracking, dehidrogenasi n-parafin atau penggabungan ethylen. ii Refinery Gas Refinery gas mulai dari hidrogen sampai dengan hidrokarbon dengan empat atom karbon sesungguhnya terdiri dari hidrogen, olefin dan parafin olefin berupa ethylene sampai butylene dan parafin berupa metana sampai propana. Disamping gas-gas tersebut juga ada sedikit gas lain seperti acetylene sampai butadiene dan impurities