Tujuan Kegiatan Pemelajaran Uraian Materi i Klasifikasi Bahan Baku Petrokimia
299
1. Acetylene: Berasal dari cracking atau partial oxidation apakah dari metana dari gas alam atau
parafin-parafin panjang. 2. Metan:
Gas ini merupakan unsur utama didalam gas alam. 3. Parafin panjang:
Etan, propan dan butan dipisahkan dari refinery gas atau gas alam. Bahan baku lain dalam katagori ini adalah parafinik naphtha dan n-parafin dari berbagai rantai
karbon panjang. 4. Ethylene:
Adanya sangat terbatas dalam refinery gas, dan gas ini dihasilkan dari perengkahan etana, propana, butana atau hidrokarbon cair.
5. Propylene: Diperoleh dari refinery gas atau thermal cracking propana dan hidrokarbon cair.
6. Hidrokarbon C
4
: Diperoleh dari refinery gas atau thermal cracking hidrokarbon cair.
7. Olefin panjang: Dari wax cracking, dehidrogenasi n-parafin atau penggabungan ethylen.
ii Refinery Gas
Refinery gas mulai dari hidrogen sampai dengan hidrokarbon dengan empat atom
karbon sesungguhnya terdiri dari hidrogen, olefin dan parafin olefin berupa ethylene sampai butylene dan parafin berupa metana sampai propana. Disamping gas-gas
tersebut juga ada sedikit gas lain seperti acetylene sampai butadiene dan impurities
300
seperti hidrogen sulfida dan nitrogen. Refinery gas biasanya digunakan untuk pembuatan bahan petrokimia dan sekarang mutlak dari proses thermal cracking.
Beberapa proses yang meliputi thermal cracking seperti cooking, viscosity breaking banyak dilakukan dalam proses pengolahan minyak. Sekarang ada tiga sumber utama
refinery gas yaitu proses crude oil distillation, catalytic cracking, catalytic reforming dan
hydrocracking . Distilasi crude oil menghasilkan fraksi yang volatile berupa gas-gas
parafinik. metana, etana, propana dan butana merupakan unsur utama dari fraksi gas tersebut. Komposisi gas yang dihasilkan crude oil yang satu dengan crude oil lainnya
bervariasi dan berbeda. Catalytic cracking telah berkembang dan menggantikan thermal cracking
, karena itu akan memberikan produk-produk yang lebih bernilai terutama gasoline bermutu tinggi.
Hydrocracking adalah cracking yang dilakukan dalam suatu lingkungan pereduksian
yang kuat. Dalam hal ini menunjukkan suatu alternatif pada catalytic cracking dalam meningkatkan hasil gasoline. Disini katalis berfungsi ganda yaitu melakukan
hidrogenasi dan dehidrogenasi. Biasanya katalis yang dipakai adalah jenis zeolite yang dikarbonasikan dengan metal atau oksida metal, metal-metal tersebut adalah cobalt,
molibdenum, nickel, palladium, vanadium, platinum atau kombinasi dua atau lebih darinya.
Catalytic reforming adalah proses yang dirancang untuk memperbaiki mutu
gasoline dari heavy gasoline termasuk naphtha. Katalis yang digunakan adalah
bimetallic yang umumnya dari platinum dan rhenium pada alumina. Katalis akan menghantarkan reaksi pada tekanan rendah dan lebih cepat. Reaksi utamanya adalah
isomerisasi dan dehidrogenasi naphtha menjadi aromatik. Jenis reaksi yang kedua yang cukup penting adalah siklisasi parafin yang juga
menghasilkan aromatik. Reaksi akan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, dan bimetallic akan menaikkan hasil aromatik dari parafin. Secara keseluruhan proses ini
akan menaikkan mutu gasoline yang diukur dengan anti-knock rating.
301
Hasil-hasil dari catalytic reforming yang berupa gas dengan bahan baku naphtha adalah sekitar 15 berat dengan perincian sebagai berikut:
hidrogen : 2,3 propan
: 3,8 metan
: 1,5 butan
: 5,3 etan
: 2,1
iii Natural Gas
Gas alam adalah suatu campuran hidrokarbon mulai dari metan sampai C
7
atau yang lebih tinggi lagi. Disamping unsur-unsur yang disebutkan tadi, gas alam juga
mengandung sekitar 45 gas-gas impurities seperti H
2
S dan CO
2
. Didalam proses pengolahan gas alam ditujukan untuk menghasilkan gas yang hanya terdiri dari metan
dan etan saja, dimana gas ini di negara-negara yang bersuhu dingin digunakan sebagai pemanas. Di negara-negara maju gas alam juga digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan gas sintesa. Senyawa-senyawa gas alam yang lebih berat dari metan juga sangat baik untuk
bahan baku petrokimia. Etan adalah yang paling disukai yaitu untuk pembuatan ethylene. Propana dan butana merupakan campuran yang dikenal sebagai LPG, dan
dapat juga direngkah menjadi olefin. Disamping itu butana juga dapat di-dehidrogenasi menjadi butadiene.
Fraksi cair yang telah dipisahkan dari gas campurannya dikenal sebagai natural gasoline
, yang mana mempunyai angka oktan rendah dan oleh karena itu ia hanya digunakan untuk memperbaiki tekanan uap gasoline. Bisa juga fraksi cair ini dicampur
dengan crude oil untuk diolah lebih lanjut. Gas alam terutama metana banyak juga yang digunakan untuk membuat gas acetylene.
iv Liquid Hydrocarbon
302
Hidrokarbon cair yang sering digunakan sebagai bahan baku adalah mulai naphtha sampai gasoil, tetapi lebih disukai light naphtha, dan untuk memperolehnya dapat
dilakukan dengan proses cracking. Produk yang dihasilkan dari bahan baku ini diantaranya adalah ethylen, propylen, butadiene, butylene dan benzene.
Bahan baku diuapkan dengan dipanaskan secara cepat dan diikuti dengan steam hingga mencapai suhu cracking. Pemanasan pada suhu tinggi dalam waktu singgah
yang singkat dapat menghindari terbentuknya coke didalam furnace. Suhu cracking untuk naphtha sekitar 850 - 900
o
C. Steam yang diinjeksikan 0,5 kg per kg hidrokarbon. Jika bahan bakunya berupa hidrokarbon cair yang lebih berat dari naphtha maka
suhunya diturunkan hingga 810 - 820
o
C tetapi jumlah steam yang digunakan ditambah hingga perbandingan 1 kg steam per 1 kg hidrokarbon.
4. Gas Synthetis