Temperatur. Pengaruh Kondisi Cracking.

171 Dimana : K = konstante kecepatan reaksi T = temperatur absolute, o K R = konstante gas = 1,985 E = activation energy, cal C = konstante Khusus untuk cracking gasoil persamaan diatas akan menjadi : Ln K = 55.000 RT + 30 Secara sederhana pengaruh temperatur pada cracking dapat dilakukan bahwa makin tinggi temperatur maka makin banyak gas dan gasoline yang dihasilkan dan makin sedikit recycle yang didapat. Tetapi pembentukan coke akan bertambah cepat terjadinya.

d. Tekanan.

Secara teoritis pada reaksi tingkat pertama, konversi persatuan waktu dapat dikatakan tidak tergantung pada tekanan dimana tidak mempengaruhi konversi persatuan waktu dari cracking. Tetapi pada reaksi tingkat kedua dimana terjadi polymerisasi dan kondensasi pengaruh tekanan akan terlihat. Tekanan dimaksudkan untuk mengatur waktu reaksi, lagi pula mempunyai pengaruh yang besar terhadap sejumlah feed stock yang harus ditahan sebagai cairan didalam dapur. Adapun gambaran pengaruh tekanan dalam cracking dapat dikemukanan bahwa tekanan yang rendah 6 - 20 atm akan dihasilkan banyak gas dan sedikit gasoline. Dan pada tekanan yang tinggi 20 - 60 atm akan dihasilkan sedikit gas dan banyak gasoline. 172

e. Recycle ratio.

Untuk pengaturan hasil yang didapat khususnya untuk mempertinggi hasil gasoline, proses cracking biasanya dilengkapi dengan sistim recycle. Pengertian recycling disini setelah terlebih dahulu didinginkan dibawah temperatur reaksi cracking. Derajat recycling biasanya dinamakan recycle ratio yaitu perbandingan antara jumlah feed ke furnace dikurangi fresh feed dibandingkan terhadap fresh feed nya. Total feed to furnace – fresh feed Recycle Ratio = Fresh Feed Recycle ratio dapat dikontrol dengan mengubah kondisi operasi atau mengeluarkan sebagian dari recycle product. Dengan memilih recycle ratio yang tepat, crack per pass melalui furnace akan dapat dikontrol untuk sesuatu yang tertentu. Persamaan ini hanya dapat dipakai dalam proses cracking dengan mengumpamakan X = jumlah gas dan gasoline yang terjadi, dan A-X jumlah cracked residue. Tentu saja hubungan ini hanya bersifat perkiraan, karena gas dan gasoline hanyalah sebagian dari hasil-hasil cracking. Pengaruh hasil gasoline sendiri atas waktu cracking tergantung juga pada feed stock yang dicraked Sementara itu secara sederhana pengaruh waktu dalam cracking dapat disimpulkan pula : makin lama waktu yang diberikan untuk pemecahan, maka makin sedikit hasil gasoline yang didapat sementara hasil Tar dan coke akan bertambah. Hal ini terjadi karena setelah terjadi pemecahan, maka akan bertambah. Hal ini terjadi karena setelah terjadi pemecahan, maka akan terjadi pula polymerisasi antara senyawa-senyawa tidak jenuh secara simultan.

3. Panas Reaksi.