26
Menurut Murni Winarsi 2007 : 44, ada dua faktor yang dapat mengganggu perkembangan bahasa, antara lain “faktor medis yaitu
gangguan akibat fungsi otak atau akibat kelainan alat bicara dan pendengaran. Faktor sosial yaitu gangguan akibat lingkungan kehiduan
manusia yang tidak alamiah, seperti tersisih atau terisolai dari lingkungan kehidupan masyarakat yang sewajarnya”. Sedangkan
menurut Dardjowidjojo 2008: 258, “ kosakata awal yang diketahui
anak diperoleh dari ujaran di lingk ungannya”.
Beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa banyak hal, faktor, dan berbagai kondisi yang turut mempengaruhi penguasaan
kosakata. Faktor tersebut baik secara internal maupun eksternal individu. Begitu pula pada anak tunarungu terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kemampuan penguasaan kosakata, seperti organ bicara, kondisi akibat kelainan fungsi pendengaran, serta lingkungan.
Lingkungan memiliki peranan yang cukup berarti, karena pada lingkungan tempat anak beradaptasi pemahaman dan penguasaan
kosakatanya berkembang. Selain itu juga harus sesuai dengan tingkatan umurnya.
5. Ruang Lingkup Kosakata
Kosakata dalam suatu bahasa ada dalam kelompok masyarakat dan sering digunakan di kehidupan sehari-hari tidak ada yang tetap.
Kosakata akan terus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Henry
G. Tarrigan
1985:197 –198,
27
menyatakan bahwa “kosakata terdiri dari dua, yaitu kosakata dasar dan kosakata serapan. Kosakata dasar adalah perbendaharaan kata dasar
sesuatu bahasa, tidak mudah berubah dan sedikit sekali kemungkinan diambil dari bahasa lain. Kosakata serapan adalah kosakata yang dapat
berubah dan merupakan serapan dari bahas a asing”.
Secara lebih rinci Tarigan 1994:529-533 menyebutkan kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut ini:
a Kosakata dasar
Kosakata dasar basic vocabularry adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya
dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk ke dalam kosakata dasar yaitu:
1 Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek,
paman, bibi, mertua, dan sebagainya; 2
Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya;
3 Kata ganti diri, petunjuk, misalnya: saya, kamu, dia, kami,
kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya; 4
Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya;
5 Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan
sebagainya; 6
Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya;
7 Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang,
matahari, dan sebagainya. b
Kosakata aktif dan kosakata pasif Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam
berbicara atau menulis, sedangkan kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak pernah dipakai, tetapi
biasanya digunakan dalam istilah puitisasi. Sebagai contoh dapat tergambar dalam tabel di bawah ini.
KOSAKATA AKTIF DAN PASIF
Kosakata Aktif Kosakata Pasif
Bunga, kembang Matahari
Angin Hati
Jiwa Puspa, kusuma
Surya, mentari Bayu, puwana
Kalbu Sukma
28
zaman dahulu dsb.
Bahari dsb.
c Bentukan kosakata baru
Kosakata baru ini muncul disebabkan adanya sumber dalam dan sumber luar bahasa. Sumber dalam diartikan sebagai
kosakata swadaya bahasa Indonesia sendiri, sedangkan sumber luar merupakan sumber yang berasal dari kata-kata bahasa
lain. Kosakata sumber luar ini meliputi pungutan dari bahasa daerah ataupun juga bahasa asing.
d Kosakata umum dan khusus
Kosakata umum adalah kosakata yang sudah meluas ruang lingkup pemakaiannya dan dapat menaungi berbagai hal,
sedangkan kosakata khusus adalah kata tertentu, sempit, dan terbatas dalam pemakaiannya.
e Makna denotasi dan konotasi
Makna denotasi yaitu kata atau kelompok kata yang didasarkan pada penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar
bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu, sifatnya objektif. Makna denotasi ini biasa disebut juga dengan makna
sebenarnya; makna yang mengacu pada suatu referen tanpa ada makna embel-embel lain; bukan juga makna kiasan atau
perumpamaan. Makna denotasi ini tidak menimbulkan interpretasi dari pendengar atau pembaca.
Makna konotasi adalah makna yang timbul dari pendengar atau pembaca dalam menstimuli atau meresponnya. Dalam
merespon ini terkandung emosional dan evaluatif yang mengakibatkan munculnya nilai rasa terhadap penggunaan atau
pemakaian
bahasa atau
kata-kata tersebut.
Dalam pembagiannya, makna konotasi ini terbagi menjadi konotasi
positif dan konotasi negatif. Konotasi positif yaitu konotasi yang mengandung nilai ras tinggi, baik, halus, sopan dan
sebagainya. Misalnya: suami isteri, jenazah, nenek dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud konotasi negatif adalah
konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, porno, dan sebagainya. Misal: laki bini, buruh, mayat,
bunting, udik, dan sebagainya.
f Kata tugas
Kata tugas dapat bermakna apabila dirangkaikan dengan kata lain. Kata tugas ini hanya memiliki arti gramatikal seperti ke,
karena, dan, dari, dan sebagainya.
g Kata benda nomina
Kata benda atau nomina dapat diklasifikasikan ke dalam tiga segi, yaitu dari segi semantis, sintaksis, dan segi bentuk.
Secara semantis kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Secara
sintaksis biasanya diikuti oleh kata sifat dan dapat diikuti kata
29
„bukan‟. Sedangkan dari segi bentuk morfologinya, kata benda terdiri atas nomina bentuk dasar dan nomina turunan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata memiliki ruang lingkup yang bermacam
– macam dan ada yang berubah seiring perkembangan zaman. Kosakata yang dikuasai
manusia tergantung pada perkembangan bahasanya dan stimulasi yang didapatnya. Seperti itu pula yang terjadi pada siswa tunarungu.
Kosakata yang dikuasai tergantung pada stimu
6. Ruang Lingkup Kosakata Benda