1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, manusia memiliki kemampuan, potensi dan kebutuhan hidup. Untuk mengembangkan kemampuan dan pemenuhan
kebutuhan hidup diperlukan kemampuan dalam mencari, menerima, mengolah dan mengaplikasikan informasi dalam kehidupan. Semua itu
tidak dapat dilakukan secara langsung dan instan tanpa adanya proses berpikir dan belajar yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa
menjadi penting karena merupakan alat yang sangat diperlukan manusia untuk menunjang kehidupannya sebagai makhluk sosial, yang akan selalu
berusaha berkomunikasi dengan manusia lainnya baik secara lisan meliputi berbicara dan menyimak maupun tulisan meliputi menulis dan
membaca. Bahasa sangat diperlukan semua orang termasuk anak tunarungu
dalam komunikasi karena untuk menunjang proses bertukarnya informasi dari manusia satu ke manusia lainnya secara baik. Komunikasi akan
berjalan lancar dan baik apabila mereka saling memahami, mengerti apa yang mereka bicarakan dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Hal
ini tergantung pada kemampuan berbahasa yang dimiliki. Kualitas kemampuan bahasa dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas kosakata yang
dimiliki. Semakin banyak dan baik kosakata yang dimiliki dan dikuasai seseorang, maka semakin baik pula kualitas keterampilan bahasanya.
2
Anak tunarungu sebagai anak yang mengalami hambatan fungsi pendengaran mendapatkan hambatan dalam perkembangan dan proses
penerimaan informasi bahasa, sehingga berpengaruh terhadap pemahaman akan bahasa itu sendiri, artinya siswa tunarungu sukar memahami bahasa
atau bicara. Dengan kata lain akibat rusaknya fungsi pendengaran membuat potensi dan perkembangan bahasanya terhambat. Kemampuan
berbahasa penting untuk berimajinasi, mengemukakan ide atau berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Siswa tunarungu sulit
dalam melakukan aktivitas komunikasi seperti mempersepsikan, mengerti, memahami atau menirukan ucapan kata atau kalimat yang orang lain.
Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan latihan sejak siswa usia dini atau saat awal masuk sekolah. Latihan ini dengan mengenalkan
kosakata – kosakata benda mulai dari benda yang ada di sekitar siswa.
Untuk memberikan latihan ini perlu adanya persiapan yang matang seperti tenaga pengajar, metode yang digunakan, serta media yang cocok sesuai
dengan karakteristik dan usia siswa. Sering dijumpai permasalahan dalam proses belajar mengajar, baik di
sekolah umum maupun di sekolah luar biasa, khususnya dalam hal media pembelajaran. Pada era modern seperti saat ini, sebenarnya sudah tersedia
berbagai macam media pengajaran yang dapat digunakan guru sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi sekolah. Media pengajaran sangat
bervariasi dan memiliki tujuan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan informasi dan pesan pembelajaran kepada siswa. Informasi
3
dan pesan ini nantinya akan merangsang pikiran, minat dan perhatian siswa sehingga proses penyaluran ilmu pengetahuan dapat terjadi.
Media pengajaran yang sudah banyak diketahui seperti foto, kartu bergambar, gambar, poster, suara, audio visual, permainan, dan masih
banyak lagi. Salah satu media untuk melatih kemampuan berbahasa siswa yaitu media permainan bahasa. Media permainan bahasa yang dimaksud
merupakan suatu
kegiatan menyenangkan
untuk mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, kegembiraan, kesenangan, dan kepuasan. Hasil pengamatan awal di kelas 2 SLB Wiyata Dharma 1, siswa
mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan siswa khususnya dalam penguasaan kosakata sangatlah
rendah sehingga siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami kata benda yang terdapat di materi pelajaran. Kurangnya kosakata benda ini
dapat dilihat dari jawaban siswa saat menjawab soal yang diberikan dan sikap yang ditunjukkan siswa saat tidak mengerti kata
– kata yang dimaksud. Dari jawaban itu terlihat siswa kesulitan menuliskan nama dari
gambar yang diberikan dan ditunjukkan. Mereka sering lupa dengan kosakata yang sudah disampaikan ajarkan guru pada pertemuan
sebelumnya. Secara akademis, kemampuan siswa tunarungu di kelas 2 ini termasuk
normal terbukti dari cepatnya siswa mengikuti dan menerima pelajaran. Namun untuk tingkat pemahaman dan penguasaan kosakata terutama
kosakata benda yang baru dikenal masih rendah dan perlu ditingkatkan.
4
Penguasaan kosakata benda bagi siswa tunarungu kelas 2 sangat perlu untuk diatasi, ditangani, dan ditingkatkan karena merupakan dasar untuk
memahami materi pelajaran di jenjang selanjutnya dan melakukan komunikasi untuk mendapatkan informasi. Setelah menguasai kosakata
benda, siswa akan mampu menggunakan kata benda tersebut dan melanjutkan penguasaan pada kata kerja dan kata sifat untuk membantu
menunjang dalam melakukan komunikasi dan interaksi sosial. Kemampuan siswa dalam penguasaan kosakata yang masih rendah ini
dipengaruhi oleh daya ingat siswa yang cepat lupa serta penggunaan media pembelajaran yang belum optimal. Selain itu pemanfaatan media yang
kurang optimal dan kurang bervariasi juga berpengaruh terhadap penguasaan kosakata peserta didik. Selama ini guru cenderung masih
menggunakan media konvensional seperti menggambar di papan tulis, buku pelajaran dan media kartu gambar yang ada di kelas sehingga
terkadang siswa salah mengerti materi pelajaran yang dimaksudkan. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
adalah metode demonstrasi. Selama pembelajaran siswa terlihat melakukan aktivitas lain dikarenakan kurang tertarik untuk mengikuti
pelajaran. Guru dalam pembelajaran sudah melibatkan partisipasi siswa tetapi belum menggunakan kegiatan bermain, sedangkan siswa tunarungu
kelas 2 termasuk siswa tingkat permulaan yang masih berada pada masa kanak-kanaknya penuh dengan kegiatan bermain. Dengan menggunakan
permainan untuk mengajarkan kosakata, siswa akan merasa senang,
5
gembira dan lebih tertarik untuk mencoba. Sekolah turut andil dalam perkembangan kemampuan berbahasa siswa. Untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa siswa, sekolah memberikan program berupa pembinaan artikulasi dan BKPBI. Penerapan program ini belum optimal
karena waktu pembinaan artikulasi yang terlalu singkat dan pelatihan BKPBI masih dilakukan secara klasikal.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kosakata benda siswa tunarungu kelas 2 di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman. Peneliti
menggunakan media rantai huruf sebagai media dalam proses pembelajaran. Media rantai huruf merupakan salah satu jenis dari media
permainan bahasa guna meningkatkan pengetahuan, minat dan motivasi belajar siswa. Media yang digunakan adalah media bermain dengan
peraturan dan cara sederhana yang mengharuskan siswa untuk membentuk kata baru dengan menyambungkan huruf terakhir pada kata sebelumnya.
Penerapan media ini dapat dimodifikasi sesuai keinginan dan kebutuhan pemainnya. Materi permainan juga dibatasi sesuai dengan tema dan
pembelajaran saat itu. Selain itu karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang berupa kegiatan bermain, maka siswa akan
lebih mudah memahami dan mengingat konsep dari kosakata benda baik secara bentuk nyata, gambar, dan tulisannya.
Media permainan bahasa rantai huruf merupakan kegiatan bermain dengan menyambungkan huruf terakhir pada suatu kata untuk membentuk
kata baru lainnya. Media ini sebagai upaya untuk meningkatkan dan
6
membina penguasaan kosakata siswa tunarungu kelas 2 di SLB Wiyata Dharma 1, Sleman. Kosakata yang dimaksud yaitu kosakata benda yang
ada di sekitar siswa.
B. Identifikasi Masalah