12
2.1.1. Kebijakan Harga
Kebijakan harga di sini adalah kebijakan harga output pertanian. Secara umum kebijakan harga output pertanian ini memiliki tiga fungsi utama di dalam
sistem ekonomi. Ketiga fungsi tersebut antara lain : 1 untuk mengalokasikan sumberdaya pertanian secara merata, 2 untuk mendistribusikan pendapatan, dan
3 mendorong investasi dan formasi modal di sektor pertanian Mellor dan Ahmed, 1988. Selain itu fungsi dari kebijakan harga output pertanian juga bisa
dideskripsikan sebagai isyarat, insentif dan instrumen untuk alokasi sumberdaya dan pendapatan secara merata.
Tiga tujuan utama dari kebijakan harga output pertanian adalah : pertama, untuk mempengaruhi output pertanian; kedua, untuk mencapai perubahan pada
sisi distribusi pendapatan; dan yang ketiga adalah untuk mempengaruhi kontribusi sektor pertanian pada semua proses pembangunan ekonomi Norton, 2004.
Sementara itu Ellis 1992, juga menyebutkan bahwa instrumen dari kebijakan harga ini merupakan intervensi pemerintah yang bisa dilakukan dengan
berbagai jalan. Instrumen disini dikelompokkan mengarah pada masing-masing tipe dampak pada tingkat dan stabilitas harga pertanian. Deskripsi dari instrumen
kebijakan harga diikuti oleh beberapa observasi yang dikonsentrasikan pada interaksi antar instrumen, dan hubungan antara instrumen dengan tujuan.
Instrumen tersebut antara lain adalah instrumen kebijakan harga itu sendiri, kebijakan nilai tukar, kebijakan pajak dan subsidi dan kebijakan atau intervensi
langsung yaitu seperti memberikan batasan harga dasar pada komoditas pertanian tertentu pada saat panen.
13 Kebijakan harga dalam bidang pertanian berkaitan erat dengan
kebijaksanaan dagang. Langkah-langkah yang diambil dalam perdagangan luar negeri dapat mempengaruhi baik harga di dalam maupun di luar negeri,
sebaliknya kebijakan harga produk pertanian dapat mempengaruhi volume dan komposisi dagang. Kecuali untuk pembayaran defisit, bantuan ekspor diperlukan
untuk menunjang harga produsen di negara-negara surplus, sedangkan dukungan impor diperlukan apabila harga konsumen harus dilindungi dari keadaan
kekurangan pangan.
Jenis pokok dari kebijakan harga dalam pertanian masuk dalam dua kategori, yaitu stabilitas harga dan penetapan tingkat harga perlindungan harga,
kebijakan akhir -akhir ini ditujuk an untuk mendukung kelompok tertentu produsen dan konsumen pada sasaran produksi, anggaran atau akumulasi devisa
tertentu. Stabilisasi harga menurut Ellis 1992 adalah salah satu hal yang akan
dijadikan alasan umum bagi pemerintah untuk melakukan intervensi pada pasar pertanian, dan hal ini merupakan ciri yang sangat kuat adanya suatu kebijakan
pertanian baik yang ada di negara maju maupun di negara berkembang. Intervensi pada pasar pertanian ini dilakukan karena pasar bebas pada produk pertanian
terkenal cenderung memiliki harga yang fluktuatif. Analisis sederhana dari stabilisasi harga dapat dijelaskan menggunakan
keseimbangan parsial yang ditunjukkan pada Gambar 2 berikut :
14
Gambar 2 . Dampak Stabisasi Harga Akibat Pergeseran Penawaran Terhadap Kesejahteraan
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa : 1. Jika terjadi kekurangan penawaran, yang biasa terjadi ada musim paceklik
maka penawaran akan turun menuju S2. Hal tersebut mengakibatkan harga meningkat menjadi P2. Penjualan dari stok penyangga akan
mengembalikan menuju Pe. Consumer surplus gain
= a + b Producer surplus loss
= a Buffer stock income
= d + g dari hasil penjualan 2. Jika terjadi kelebihan penawaran, yang biasa terjadi saat panen maka
penawaran akan bergeser menuju S1 dan harga akan jatuh menuju P1. Penjualan yang dilakukan oleh stok penyangga akan mengembalikan harga
pada Pe. Consumer surplus loss
= c + d + e Producer surplus gain
= c + d + e + f
Q2 Qe
Q1 d
f D
e b
P
a c
Q P1
Pe P2
S2 Se
S1
15 Buffer stock costs
= e + f + h dari biaya pembelian 3. Posisi akhir pada keseimbangan antara kesejahteraan dan perubahan
sumberdaya adalah sebagai berikut : Buffer stock cancels out
: d + g = e + f + h Consumer surplus loss
: d sebab c + e = a + b Producer surplus gain
: d + e + f Net welfare gain
: e + f pertambahan untuk produsen Kebijakan harga barang hasil pertanian yang tepat memegang peranan
kunci dalam pembangunan suatu perekonomian yang terbelakang. Harga barang pertanian sangat rawan terhadap keadaan permintaan dan penawaran. Karena
output pertanian merupakan 50 persen dari produk nasional, maka tingkat harga
pada umumnya ditentukan oleh perilaku harga barang pertanian. Kebijakan harga barang pertanian tersebut harus bertujuan mengurangi fluktuasi harga, sehingga
mengurangi kerugian produsen akibat jatuhnya harga secara tajam karena hasil panen yang melimpah, dan meminimumkan konsumen akibat naiknya harga
secara tajam karena kegagalan panen atau kelangkaan persediaan. Untuk kebijakan harga harus serba mencakup berbagai tindakan sejak produksi hasil
pertanian sampai pada distribusinya. Tujuan penting dari kebijakan pertanian adalah untuk menentukan harga minimum dan maksimum semua barang hasil
pertanian untuk kebutuhan pangan pokok. Kebijakan harga yang baik juga mencakup pengadaan cadangan penyangga dan pengoperasian melalui penjualan
dan pembelian serupa harus diusahakan oleh negara dan organ -organnya Jhingan, 2002.
16
2.1.2. Kebijakan Pasar