Kebijakan Fiskal dan Moneter untuk Pengentasan Kemiskinan

41 tidak langsung harga juga turut mempengaruhi tingkat invesatsi, karena dengan naik dan turunnya harga akan memberikan pengaruh terhadap perilaku investasi. Sektor moneter bisa didekati berdasarkan perilaku permintaan dan penawaran uang. Berdasarkan teori Keynes, permintaan uang mempunyai tiga tujuan, yaitu : 1 tujuan transaksi, 2 tujuan berjaga-jaga, dan 3 tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga besarny a ditentukan oleh tingkat bunga, sehingga banyaknya permintaan uang banyak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan juga tingkat inflasi. Sementara itu, jumlah penawaran uang sangat ditentukan oleh tingkat bunga pasar, inflasi, nilai tukar, dan intervensi pemerintah berupa giro wajib minimum atau cadangan wajib bank komersial. Oleh karena itu tingkat suku bunga dalam keseimbangan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran uang Asnawi, 2005.

2.3.5. Kebijakan Fiskal dan Moneter untuk Pengentasan Kemiskinan

Mengurangi kemiskinan dapat dipandang sebagai salah satu tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa secara berkeadilan. Untuk mencapai hal ini, secara simultan, beberapa indikator pembangunan yang relevan seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin hendaklah ditargetkan secara tepat. Pada propenas 2000-2004 ditetapkan bahwa pertumbuhan ekonomi mencapai 6-7 persen secara bertahap, tingkat pengangguran menurun menjadi 5.1 persen, dan jumlah penduduk miskin menurun menjadi 14 persen pada tahun 2004. Upaya untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi menjadi 6-7 persen perlu dilakukan, mengingat angka kemiskinan serta tingkat pengangguran akan sulit ditekan apabila tingkat 42 pertumbuhan masih relatif rendah, yang diperkirakan hanya sekitar 5 persen pada tahun 2004. Keadaan ekonomi riil, khususnya pengangguran dan kemiskinan, hingga akhir-akhir ini belum menunjukkan perkembangan yang cukup baik, Sebelum krisis, jumlah penduduk miskin dibawah 16 persen, namun ketika krisis datang pada pertengahan 1997, meningkat menjadi 40 persen. Hingga tahun 1999, angk a tersebut masih 23.4 persen dan pada tahun 2002 sekitar 18.2 persen. Pada tahun 2003, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup besar yakni mencapai 37 juta jiwa atau 17 persen dari julah penduduk. Diprediksikan dalam Propenas 2000-2004 bahwa angka kemiskinan tahun 2004 kemungkina hanya bisa ditekan hingga 16 persen. Komitmen untuk mengurangi utang luar negeri, yang akan membawa konsekuensi terhadap berkurangnya dana-dana pembiayaan pembangunan, mengurangi dana untuk penanggulangan kemiskinan. Upaya menekan angka pengangguran dan kemiskinan memerlukan kebijakan-kebijakan yang komprehensif. Kebijakan moneter yang diterapkan setelah diberlakukannya UU No. 231999, yang hanya memfokuskan pada pengendalian inflasi dan nilai tukar rupiah, sulit diharapkan secara langsung dapat menekan pengangguran dan kemiskinan. Dengan kata lain, stimulus ekonomi melalui kebijakan moneter sulit dilakukan. Kebijakan fiskal lebih efektif untuk merangsang perekonomian. Kebijakan fiskal melalui peningkatan tarif pajak akan berdampak pada dunia usaha, yang selanjutnya berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Tenaga kerja yang memiliki kemampuan rendah, yang biasanya merupakan tenaga kasar, akan sangat terpengaruh oleh kenaikan tarif pajak. Tenaga kerja ini memiliki peluang yang relatif tinggi menjadi pengangguran. Tenaga kerja terampil dan 43 berpendidikan memiliki kerentanan yang relatif kecil untuk menjadi penganguran Yudhoyono, 2004.

2.4. Hasil Penenelitian Terdahulu