92 Tabel 4. Produksi Pertanian pada Awal Pelita I Tahun 1969 dan Pelita V
Tahun 1992 Komoditi
1969 ribu ton
1992 ribu ton
Kenaikan persen
1. Beras 12249
30741 251
2. Jagung 2292
6764 295
3. Ubikayu 10917
15280 140
4. Ubijalar 2260
1917 -85
5. Kedele 389
1476 379
6. Kacang tanah 267
674 252
7. Ikan laut 785
2628 335
8. Ran darat 429
844 197
9. Daging 309
1130 366
10. Telor 36,3
535 1466
11. Susu 28,9
382 1322
12. Karet 778
1294 166
13. Kopi 175
421 241
14.Kelapa 189
3162 1673
15. Kelapakopra 1221
2342 192
16. Teh 62
163 263
17. Lada 17
70 412
18. Tembakau 84
161 192
19. Gula tebu 922
2316 251
20. Kapas 3
30 1000
Sumber : Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
2. Bank Rakyat Indonesia BRI
Dalam seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian hampir selalu melibatkan Bank Rakyat Indonesia BRI. Oleh karena itu
hasil yang telah dicapai dari pembangunan pertanian di Indonesia, tidak terlepas dari peran BRI.
Peran BRI dalam pembangunan pertanian sendiri, dapat dilihat dari sejak lahirnya tanggal 16 Desember 1895 dengan nama Hulpen Spaarkbank der
Inlansche Bestuurs Ambtemaren yang kemudian dikenal dengan Bank Perkreditan
Rakyat Pertama di Indonesia. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 21
93 tahun 1968, tugas BRI menjadi lebih ditegaskan lagi, yaitu diarahkan kepada
perbaikan ekonomi rakyat dan pembangunan ekonomi nasional, antara lain dengan mengutamakan pemberian kredit kepada koperasi, petani dan nelayan.
Misinya sebagai agen pembangunan mulai terlihat dengan jelas semenjak awal tahun 1969, yaitu dengan dicetuskannya Rencana Pembangunan Lima Tahun
Pertama Repelita I oleh pemerintah orde baru. Repelita I yang berlangsung dari tahun 1969 - 1974 menjadikan sektor pertanian sebagai titik sentral pembangunan
nasional. Program pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian dan mencapai swasembada pangan ini menjadi misi yang disandang BRI, dan
semenjak itu mulailah BRI ditugaskan untuk menyalurkan berbagai kredit program pemerintah.
Sekitar tahun 1970, BRI menyalurkan kredit kepada peserta program Bimas. Kredit Bimas yang meliputi padi dan palawija berkembang dengan pesat
dari tahun ke tahunnya, dan mencapai puncaknya pada tahun 19751976. Kredit Bimas dihentikan pada tahun 1985 1 April 1985 dan diganti dengan kredit
usahatani KUT. Jenis Kredit Program meliputi antara lain : Kredit Usaha Tani, Kredit Tebu
Rakyat Intensifikasi, Kredit Pengadaan Pangan, Kredit PIR Lokal, BULOG, Kredit Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor PRPTE dan
Kredit Pengadaan PanganPupuk. Sedangkan Kredit Non Program yang dapat diberikan adalah: Kredit Investasi KecilKredit Kecil Modal Kerja KIKKKM,
Kredit Umum Pedesaan Kupedes, Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan Tetap Kretap, Kredit Pensiun, Kredit EksporImpor, Kredit Sindikasi, Kredit
Multi Guna Kremuna, Kredit Investasi, Kredit dalam rangka Pengembangan
94 Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat PHBK, dan Kredit tak
langsung melalui Badan Kredit Desa BKD dan Tempat Pelayanan Simpan Pin - jam TPSP.
Peran BRI dalam pembangunan pertanian juga bukan semata-mata lembaga pemberi kredit, namun sekaligus memberi dukungan terhadap
pembangunan kelembagaan dan sumberdaya manusia yang mendukung pembangunan pertanian. KUT misalnya merupakan salah satu kredit yang
disalurkan atas kerja sama yang saling mengun tungkan antara koperasi KUD, petani dan BRI dan bermanfaat untuk pengembangan kelembagaan koperasi.
3. Koperasi Unit Desa KUD