Kemiskinan di Perkotaan Dugaan Parameter Persamaan Stuktural

117 parameter yang negatif pada kedua peubah tersebut, dan khusus untuk peubah indeks harga impor pertanian memiliki nilai elastisitas yang tinggi. Sedangkan untuk peubah penjelas stok pangan nasional memberikan respon yang negatif terhadap perilaku impor komoditas pertanian, hal ini sejalan dengan teori dan kondisi aktual. Namun peubah stok pangan ini tidak memberikan pengaruh nyata pada perilaku impor komoditas pertanian.

5.2.7. Kemiskinan di Perkotaan

Hasil pendugaan parameter pada kemiskinan di perkotaan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Hasil Pendugaan Parameter Kemiskinan di Perkotaan Elastisitas Peubah Penjelas Parameter Dugaan Nilai Peluang SR LR Intersep 4.786854 0.6235 Tingkat Upah -2.72E-6 0.1603 -0.11539 -0.17999 Pertumbuhan Ekonomi -0.17378 0.1186 -0.05722 -0.08924 Belanja Pemerintah di Sektor Jasa -0.00007 0.1934 -2.5E-05 -3.9E-05 Belanja Pemerintah di Sektor Industri 6.484E-7 0.4180 Stok Pangan Nasional -0.00070 0.8641 Inflasi 0.043954 0.1391 0.037978 0.059236 Dummy Krisis Ekonomi 3.087323 0.2123 0.270818 0.422408 Lag Kemiskinan di Perkot aan 0.358871 0.1379 R 2 = 0.81869 F Hitung = 5.64 DW = 2.231885 Dari Tabel 13 dapat diduga bahwa respon negatif yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di perkotaan dipengaruhi oleh tingkat upah, pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah di sektor jas a dan stok pangan nasional. Sementara itu, ternyata belanja pemerintah di sektor industri tidak mampu memberikan respon yang negatif terhadap kemiskinan di perkotaan. Bersama-sama dengan belanja pemerintah di sektor industri, peubah penjelas inflasi dan krisis ekonomi 118 memberikan pengaruh yang positif terhadap kemiskinan di perkotaan. Dari hasil perhitungan respon elastisitas tiap-tiap peubah penjelas masing-masing memberikan respon inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Untuk peubah tingkat upah menghasilkan nilai respon elastisitas sebesar -0.12 dalam jangka pendek dan -0.18 untuk jangka panjang. Artinya, dengan peningkatan upah sebesar satu persen maka akan mampu mengurangi tingkat kemiskinan di perkotaan sebesar 0.12 persen dalam jangka pendek dan untuk jangka panjang sebesar 0.18 persen. Sementara itu dari hasil dugaan parameter pertumbuhan ekonomi yang dikatahui sebesar -0.17378, memberikan intepretasi bahwa dengan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen akan mampu mengurangi tingkat kemiskinan di perkotaan sebesar 0.17378 persen. Sementara itu belanja pemerintah di sektor jasa memiliki dampak yang cukup baik dalam mengurangi kemiskinan di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan sektor jasa layak dikembangkan di perkotaan, dengan dibuktikan dengan nilai respon elastisitas terhadap kemiskinan di perkotaan sebesar -2.5E-05 dan -3.9E-05 masing-masing untuk jangka pendek dan jangka panjang. Peubah stok pangan nasional memberikan respon negatif terhadap kemiskinan di perkotaan, hal ini mengindikasikan bahwa ketahanan dan ketersediaan pangan merupakan salah satu kunci menekan kemiskinan. Untuk peubah penjelas inflasi dan krisis ekonomi sesuai dengan teori dan kondisi aktual yang menunjukkan adanya respon positif terhadap kemiskinan di perkotaan. 119

5.2.8. Kemiskinan di Pedesaan