109 peluang sebesar 0.03. Dari hasil perhitungan elastiasitas yang dilakukan, diperoleh
hasil respon inelastis sebesar 0.195 untuk jangka pendek, artinya dengan penambahan investasi di sektor pertanian sebesar 1 persen akan berdampak pada
peningkatan hasil produksi sebesar 0.195 persen. Untuk jangka panjang memiliki respon elastis sebesar 0.22, yang berarti dengan penambahan satu persen investasi
di sektor pertanian akan mampu meningkatkan hasil produksi pertanian sebesar 0.22 persen dalam jangka panjang.
Jika dilihat dari besaran nilai statistik R
2
= 0.98, artinya semua peubah penjelas mampu menjelaskan peubah endogennya sebesar 98 persen sedangkan
dua persen lagi dijelaskan oleh faktor lain di luar persamaan dengan nilai statistik F Hitung = 63.64. Dengan kata lain, bahwa persamaan tersebut mampu
menjelaskan peubah endogennya dengan baik.
5.2.2. Investasi Pertanian
Persamaan dan pendugaan parameter investasi di sektor pertanian akan dijeskan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Hasil Pendugaan Parameter Investasi di Sektor Pertanian
Elastisitas Peubah Penjelas
Parameter Dugaan
Nilai Peluang
SR LR
Intersep -1394.14
0.9878 Harga Komoditas Pertanian
7101.627 0.8641
Tenaga Kerja Pertanian 442.6767
0.7109 Pendapatan Disposibel
0.017501 0.7987
Suk u Bunga Domestik -1725.93
0.0064 -0.28936
-2.42034 Dummy Krisis Ekonomi
-21396.8 0.1240
-0.28172 -2.35645
Lag Investasi Pertanian 0.880448
0.0011 R
2
0.96728 F Hitung = 59.12
DW = 2.3386
Persamaan perilaku respon investasi di sektor pertanian tersebut dapat dikatakan sangat baik, dimana nilai koefisien determinasinya R² = 0.97 dan uji
110 statistik F
Hitung = 59.12, artinya bahwa peubah penjelas yang ada dalam persamaan mampu menjelaskan peubah endogennya dengan baik dengan tingkat
hubungan sebesar 97 persen. Pada Tabel 8 dijelaskan bahwa harga komoditas pertanian, tenaga kerja
pertanian dan pendapatan disposibel memberikan pengaruh positif terhadap tingkat investasi di sektor pertanian. Sedangkan untuk suku bunga domestik dan
adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1997 memberikan pengaruh yang negatif pada investasi di sektor pertanian. Secara
keseluruhan semua peubah penjelas yang ada dalam jangka pendek memberikan respon inelastis pada tingkat investasi di sekor pertanian. Sedangkan dalam jangka
panjang semua peubah tersebut memberikan pengaruh atau respon yang positif. Pada hasil pendugaan yang dilakukan bisa diketahui bahwa peningkatan
indeks harga komoditas pertanian satu level akan meningkatkan investasi pertanian sebesar 7.1 trilyun rupiah. Sedangkan tenaga kerja di sektor pertanian di
Indonesia yang relatif murah ternyata juga menjadi pendorong tingkat investasi, hal ini ditunjukkan dengan nilai parameter dugaan sebesar 442.68. Dari angka
tersebut bisa diartikan bahwa adanya peningkatan tenaga kerja di sektor pertanian sebanyak satu ribu orang akan mampu mendorong adanya inves tasi sebesar
442.68 milyar rupiah. Suku bunga domestik dan adanya krisis ekonomi ternyata memberikan
pengaruh yang nyata terhadap penurunan investasi di sektor pertanian, dengan ditunjukkan nilai peluang sebesar 0.006 dan 0.12. Untuk tingkat suku bunga
domestik nilai parameter dugaannya sebesar -1725.93, artinya dengan
111 peningkatan tingkat suku bunga satu persen maka akan mengurangi tingkat
investasi sebesar 1725.93 milyar rupiah.
5.2.3. Tenaga Kerja Sektor Pertanian