72
4.1.1. Masa Orde Lama
Selama revolusi fisik periode tahun 1945-1950, usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam kaitannya untuk meningkatkan produksi pangan
salah satunya dengan mencari sistem penyuluhan yang dapat menjamin peningkatan produksi padi lebih besar dalam waktu yang lebih singkat. Pada
tahun 1947 pemerintah mengintesifkan penyuluhan pertanian melalui Balai Pendidikan Masyarakat Desa BPMD. BPMD merupakan tempat yang dikelilingi
oleh areal seluas kurang lebih 2 hektar yang diusahakan sebagai tempat percontohan berkaitan dengan aktivitas pertanian. Pada tempat tersebut diadakan
kursus-kursus, pertemuan dan musyawarah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam bidang tanaman pangan, perikanan, peternakan,
kehutanan, kerajinan, koperasi, pengairan dan lain-lain. Selain itu di BPMD ini para petani dapat membeli alat-alat pertanian dan sarana yang diperlukan. Karena
revolusi fisik pada tahun 1949, maka rencana pembentukan BPMD ini baru dapat terlaksana pada tahun 1950, padahal rencana tersebut telah dimasukkan dalam
rencana peningkatan produksi tiga tahun Kementrian Pertanian atau yang lazim disebut Kasimo Plan Silitonga, et al,1995.
Sementara itu, produksi padi dalam periode itu mengalami pertumbuhan yang lambat, sehingga memaksa pemerintah terus -menerus mengimpor beras
untuk menutupi kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat. Jika pada tahun 1950 impor beras berjumlah 334 ribu ton maka pada tahun 1956 jumlah
impor meningkat menjadi 763 ribu. Selanjutnya pada tahun 1957 jumlah impor berkurang menjadi 563 ribu ton. Namun pada tahun 1958 dan 1959 meningkat
kembali menjadi 681 ribu ton dan 800 ribu ton. Meningkatnya impor beras
73 merupakan beban berat bagi negara, karena menurunnya penerimaan devisa sejak
tahun 1950. Sementara itu konsumsi beras dari tahun ke tahun semakin bertambah, seiring dengan kenaikan jumlah penduduk, pergeseran menu makanan
non beras ke beras dan naiknya konsumsi beras perkapita. Keadaan ini mendorong usaha untuk menemukan cara-cara baru dalam peningkatan produksi pangan
secara massal dan terintegrasi. Pada tahun 1959 pemerintah membentuk suatu badan hukum yang disebut
Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah BMPT. Badan tersebut bertugas meningkatkan produksi beras dengan tiga macam usaha,
yaitu : 1 intensifikasi produksi padi dilaksanakan oleh Bagian Perusahaan Padi Sentra, 2 usaha produksi bahan makanan di tanah kering dan pembukaan tanah
secara mekanis diselenggarakan oleh Bagian Perusahaan Tanah Kering dan Pembukaan Tanah, dan 3 pembukaan tanah pasang surut penyelenggaranya
diserahkan kepada Bagian Pembukaan Tanah Pasang Surut. Usaha-usaha tersebut telah tercakup dalam “Rencana Tiga Tahun Produksi
Beras”. Selanjutnya untuk mempercepat gerak usaha tersebut di atas, pemerintah membentuk Komando Operasi Gerakan Makmur KOGM. Pada awal usaha yang
dapat dengan segera dilaksanakan hanya intensifikasi produksi padi yang dilaksanakan oleh padi sentra, sedangkan usaha yang lain masih harus dilakukan
penelitian dan persiapan lebih lanjut. Pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan padi sentra memperlihatkan
beberapa kelemahan antara lain : 1 terdapat tanggapan yang kurang baik dari para petani karena seolah -olah terjadi ironi penerapan sistem ijon yang
seharusnya dicegah dalam pelaksanaan penggabungan tugas penyuluh dan badan
74 kredit yang berakhir dengan pengumpulan padi yang harganya dinilai relatif
rendah, 2 terbukanya kesempatan untuk menyelewengkan kredit akibat prosedur kredit yang terlalu mudah dari penyuluh sebagai petugas kredit kepada petani
penerima kredit dan tidak melibatkan aparat perbankan , dan 3 beban yang terlalu berat dipikul hanya oleh badan Padi Sentra yaitu tugas pendidikanlatihan
petani dan penyuluhan, dis tribusi pupuk dan sarana produksi lainnya serta penyalur kredit. Semua ini mengakibatkan tugas yang diemban tidak dapat ter-
laksana dengan sempurna. Pada kurun waktu 1963 - 1965 kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
program padi sentra dicoba diperbaiki. Namun dengan keadaan politik saat itu yakni perebutan kembali Irian Barat dari tangan Belanda serta konfrontasi dengan
Malaysia yang banyak meminta dana dan pengorbanan lainnya, mendorong Presiden untuk mengeluarkan gagasan sistem ekonomi terpimpin. Sebaliknya
para cendekiawan berpendapat bahwa sebaiknya sistem perekonomian dibentuk dengan bersendikan kepada sistem ekonomi pasar.
4.1.2. Masa Orde Baru