107 dan tandanya sesuai dengan harapan dan cukup logis dari sudut pandang teori
ekonomi dengan dikaitkan pada kondisi realitas.
5.2. Dugaan Parameter Persamaan Stuktural
Setelah melakukan beberapa alternatif spesifikasi model, maka akhirnya diperoleh model kebijakan pembangunan pertanian dan kemiskinan di Indonesia
yang terdiri dari beberapa persamaan perilaku, yaitu sebagai berikut :
5.2.1. Produksi Pertanian
Hasil pendugaan parameter pada produksi pertanian dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Hasil Pendugaan Parameter Produksi Pertanian Elastisitas
Peubah Penjelas Parameter
Dugaan Nilai
Peluang SR
LR
Intersep -6830.79
0.9183 Pengalokasian Lahan
2.790628 0.0276
1.440854 1.661898
Luasan Lahan Irigasi -14.8022
0.2260 -1.88004
-2.16846 Kredit Pertanian
0.705835 0.0158
0.904546 1.043314
Subsidi Pupuk -4.75941
0.1875 -0.05545
-0.06395 Mekanisasi Pertanian
4.975E-7 0.5373
Investasi Pertanian 0.095814
0.0285 0.195642
0.225655 Penelitian
88.67491 0.0464
0.089759 0.103529
Lag Produksi pertanian 0.133007
0.0005 R
2
= 0.98074 F Hitung = 63.64
DW = 1.782879
Dari tabel hasil pendugaan parameter produksi pertanian dapat dilihat bahwa respon produksi pertanian berhubungan positif dengan pengalokasian lahan
pertanian, kredit pertanian, mekanisasi, investasi di sektor pertanian, dan anggaran penelitian. Sedangkan untuk peubah luas lahan irigasi dan subsidi pupuk memiliki
respon negatif. Luasan lahan irigasi memiliki respon negatif, hal ini diduga akibat semakin berkurangnya lahan kelas A yang dikonversi untuk keperluan lain,
108 karena pada umumnya lahan yang beririgasi dan memiliki potensi tin ggi untuk
menghasilkan produksi pertanian adalah lahan kelas A. Sedangkan untuk subsidi pupuk, hal ini diindikasikan dengan adanya jalur distribusi pupuk yang panjang
serta hampir 25 persen lebih anggaran subsidi pupuk dipakai untuk distribusi dan pengawasan. Selain itu banyaknya kebocoran dan penyelundupan pupuk yang
bersubsidi sehingga kebijakan ini menjadi tidak tepat sasaran. Dari hasil dugaan parameter pada persamaan produksi pertanian tersebut
juga diketahui bahwa kredit pertanian berpengaruh positif dan nyata dengan nilai peluang sebesar 0.015 jauh dibawah 0.25 sebagai angka toleransi sehingga bisa
dikatakan berpengaruh nyata. Sedangkan peubah penelitian dapat dijelaskan bahwa penambahan angg aran penelitian sebesar satu milyar rupiah akan
berpengaruh pada peningkatan produksi pertanian senilai 88.67 milyar rupiah. Peningkatan luasan lahan akan memberikan respon positif pada produksi
pertanian, dengan respon elastis jangka pendek 1.44 dan elastis jangka panjang 1.66, artinya bahwa penambahan lahan untuk pertanian sebanyak satu persen
akan meningkatkan hasil produksi pertanian sebesar 1.44 persen untuk jangka pendek dan 1.66 persen untuk jangka panjang. Selain itu peningkatan luas lahan
untuk pertanian memiliki pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil produksi pertanian, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya nilai peluang sebesar 0.027.
Hasil estimasi parameter pada peubah luas lahan yaitu sebesar 2.79, artinya dengan adanya penambahan seribu hektar luasan lahan untuk pertanian, maka
akan memberik an tambahan hasil produksi senilai 2.79 milyar rupiah. Peubah lain yang juga memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap
peningkatan produksi pertanian adalah peubah investasi pertanian dengan nilai
109 peluang sebesar 0.03. Dari hasil perhitungan elastiasitas yang dilakukan, diperoleh
hasil respon inelastis sebesar 0.195 untuk jangka pendek, artinya dengan penambahan investasi di sektor pertanian sebesar 1 persen akan berdampak pada
peningkatan hasil produksi sebesar 0.195 persen. Untuk jangka panjang memiliki respon elastis sebesar 0.22, yang berarti dengan penambahan satu persen investasi
di sektor pertanian akan mampu meningkatkan hasil produksi pertanian sebesar 0.22 persen dalam jangka panjang.
Jika dilihat dari besaran nilai statistik R
2
= 0.98, artinya semua peubah penjelas mampu menjelaskan peubah endogennya sebesar 98 persen sedangkan
dua persen lagi dijelaskan oleh faktor lain di luar persamaan dengan nilai statistik F Hitung = 63.64. Dengan kata lain, bahwa persamaan tersebut mampu
menjelaskan peubah endogennya dengan baik.
5.2.2. Investasi Pertanian